Mereka berempat, Azka, Ronald, George dan Viona tampak duduk diruangan itu dalam diam sambil mendengarkan kembali rekaman hasil interogasi Tn.Alfred tadi, mereka hanyut dalam setiap pikiran dan imajinasi masing-masing.
Hari itu adalah hari yang melelahkan bagi Caroline Williams karena dia harus ke kampusnya dan menyelesaikan beberapa ujian semester yang terlambat dia ikuti Minggu lalu. Sepulang dari kampus ia menyempatkan mampir ke sekolah tari tempat ibunya mengajarkan tari gadis-gadis kecil, yang mana sekolah itu tidak jauh dari rumah mereka.
Caroline sempat bercerita dengan ibunya lalu kemudian pamit kembali ke apartemennya. Ia tidak menyadari jika seseorang tengah mengikutinya sejak tadi. Caroline yang lelah bahkan tidak menyadari jika saat masuk kedalam apartemennya ia lupa menutup pintu apartemen itu. Dengan mudah pria itu masuk ke dalam apartemen itu. Pria yang sejak Caroline bekerja pada agensi Markroverd Stylish telah menyimpan simpati pada gadis itu, pria itu adalah Tn.Alfred.
Tn.Alfred bak mendapatkan kesempatan emas, dengan mudahnya ia masuk kedalam kamar gadis itu dan bersembunyi di balik gorden jendela kamar Caroline. Caroline yang tidak menyadari kehadiran orang asing di dalam kamarnya tersebut dengan santai lalu membuka helai demi helai pakaian yang ada ditubuhnya itu. Lelaki itu menikmati pemandangan indah yang ada didepannya, ia bahkan tak sanggup untuk menelan air liurnya sendiri karena takjub dengan tubuh mempesona gadis itu. Caroline hendak mengambil handuk dan menuju kamar mandi saat akhirnya lelaki itu keluar dari persembunyiannya. Caroline yang terkejut dengan kedatangan lelaki tak dikenal tersebut lalu sontak berteriak minta tolong sambil berlari kearah tempat tidurnya hendak mengambil syal untuk menutup tubuh bagian depannya. Namun gerakan Caroline tidak secepat lelaki itu, dia dengan cepatnya meraih tubuh Caroline dan menyumpal mulut wanita itu dengan syal yang ada ditempat tidur. Dengan gampangnya lelaki itu menguasai tubuh Caroline, meskipun melawan namun tenaga gadis itu tak sekuat tenaga yang dimiliki lelaki itu. Lelaki itu lalu menidurkan tubuh Caroline di tempat tidur, kedua tangannya memegang erat tangan Caroline hingga wanita itu tidak berdaya lagi saat akhirnya lelaki itu mulai menikmati tubuh gadis itu. Lelaki itu dengan begitu agresif meniduri tubuh wanita yang tak berdaya itu, terdengar suara kecil Caroline yang merintih kesakitan dan pasrah dengan setiap tindakan yang dilakukan lelaki itu. Caroline melihat kesisi lain dari kamarnya tampak dibalik gorden jendela kamarnya sesosok pria yang lain, yang berdiri dalam diam. Ntah pria itu menikmati tontonan yang ada didepannya kini, ataukah pria itu takut untuk keluar dari persembunyiannya. Dengan wajah memohon, dengan mulut yang masih disumpal dengan syal tadi, Caroline memohon pertolongan dari pria tersebut dengan mata yang berlinangan air mata dan wajah memelasnya. Namun pria itu tetap berada disana dalam diam, sampai akhirnya lelaki itu telah selesai menyalurkan birahinya pada tubuh wanita itu.
Tiba-tiba ponsel lelaki tersebut berdering, lelaki itu mengangkat ponselnya lalu berkata "Aku sudah membunuhnya".
Lelaki itu lalu mengancing celananya, dia memegang rahang Caroline, membuka mulutnya dan memaksa wanita itu menelan beberapa butir obat sekaligus, Caroline menolak namun lelaki itu cepat menuangkan air ke mulutnya sehingga ia akhirnya menelan semua obat itu, tidak sampai disitu lelaki itu lalu mencekik leher wanita yang baru saja ditidurinya itu dengan syal yang tadi ia pakai untuk menyumpal mulut Caroline, tidak butuh waktu lama akhirnya wanita itu menghembuskan napas terakhirnya.
Lelaki itu sepertinya sudah lihai melakukan pekerjaan ini, dia sudah menyiapkan semuanya. Bahkan polisipun tidak akan menyangka jika dia ada disana, karena sejak awal semua jejaknya sudah ditutupi, dia menggunakan sarung tangan dalam aksinya, bahkan saat meniduri gadis malang itu dia sama sekali tak melepaskan baju dan juga celananya.
Dia akan mengangkat tubuh Caroline dari tempat tidur, namun karena tubuh gadis itu cukup berat akhirnya lelaki itu mengalami kesusahan. Tn.Alfred yang masih dalam posisi berdiri diam di balik gorden itu tiba-tiba terbatuk, lelaki itu lalu menghampiri datangnya suara, dia lalu menarik Tn.Alfref dari sana dan menarik kerah bajunya.
"Tolong. Tolong jangan bunuh saya" kata Tn.Alfred sambil memohon dengan mengatupkan kedua tangannya.
Lelaki itu berpikir kalau dia membunuh pria itu, lalu bagaimana ia akan keluar dari apartemen itu. Sedangkan ia sekarang sedang membutuhkan bantuan seseorang untuk menggantung mayat gadis itu.
"Saya akan lepaskan kamu, namun jika kamu macam-macam, kamu akan berakhir sama seperti gadis ini!!" ancam lelaki itu kemudian.
Dengan cepat akhirnya mereka berdua berhasil menggantung tubuh gadis itu di pintu kamar mandi. Dengan sigap mereka membereskan semua kekacauan yang ada. Mengganti seprai, dan memasukan seprai yang dahulu serta barang-barang yang akan dicurigai kedalam tas ransel lelaki itu. Mengelap sidik jari Tn.Alfred yang mungkin menempel pada peralatan di ruangan itu. Tidak butuh waktu lama, akhirnya mereka akan keluar dari ruangan itu dan meninggalkan tubuh gadis itu tergantung disana. Sebelum keluar, lelaki itu mengirim pesan pada ibu Caroline dari ponsel milik wanita itu 'Ibu, maafkan Aku'. Kemudian mereka keluar dari jendela kamar itu melompat ke Balkon kamar sebelah, apartemen tempat lelaki itu menginap.
...
Alice datang tergesa-gesa ke kantor polisi itu dan mencari dimana keberadaan Ronald, ia sudah menunggu Ronald sejak siang sampai sore ini, namun orang yang ditunggu tak kunjung datang. Dia penasaran apa sebenarnya yang ingin disampaikan Ronald padanya terkait pemilik akun yang menulis artikel dengan inisial namanya itu.
Alice lalu bergegas masuk ke ruangan Azka, ia membuka pintu ruangan itu dengan berhati-hati.
"Permisi..." ucap Alice saat pintu terbuka.
Didapatinya sahabatnya itu bersama ketiga orang polisi itu tampak serius memperbincangkan sesuatu.
"Alice" ucap Viona dan Ronald bersamaan.
Alice tampak kikuk di depan ke empat pasang mata yang menatapnya itu.
"Haii .." ujar Alice kemudian sambil melambaikan tangan kepada mereka berempat, sambil memperlihatkan senyum kikuknya
"Aku per..lu.. Ronald" kata Alice kemudian masih dengan kikuknya.
Ronald lalu bergegas kearah Alice "Ada apa?" kata pria itu seakan tak tahu kalau ulahnya itu telah membuat wanita itu penasaran.
"Tadi kau meneleponku tentang seorang bernama Gerald? Lalu sekarang kau tanya 'ada apa'??" tiba-tiba Alice mulai mengomeli Ronald dengan suara yang cukup besar, membuat mereka lalu menatap kearah pintu lagi.
Tanpa disangka Azka lalu bangkit dari duduknya dan berkata "Dokter Alice, tolong jaga sikap anda. Ini kantor polisi, bukan kantor milik nenek moyang anda. Jika kalian ingin membicarakan hubungan pribadi, tolong jangan disini!!" lelaki itu berkata dengan tegas dan tanpa senyum lalu keluar dari ruangan miliknya sendiri tanpa pamit pada yang lain.
Mereka semua terheran dengan sikap Azka, namun Alice dengan cepat mengejar pria itu lalu menarik lengan pria itu dan berkata "Saya minta maaf jika mengusik ketentraman hati anda Pak, namun saya ingin mengatakan bahwa saya datang ke kantor ini bukan untuk urusan pribadi." Alice menjelaskan dengan santai dan tetap tersenyum manis, lalu kemudian berkata lagi "Kalaupun itu urusan pribadi, Ronald bisa saja langsung menjemputku di apartemen." kata wanita itu kemudian sambil mengedipkan matanya pada Azka, terlihat jelas Alice sedang mengejek pria itu.
...
catatan penulis:
Happy satnight... semoga chapter ini bisa menemani malam Minggu pembaca sekalian..
harap bersabar untuk up selanjutnya..
jng lupa komentarnya, bintang n PS jg ðŸ¤
kalian yg tersayang 🥰🤗