Chereads / Wanita dititik Terendah / Chapter 17 - Pengorbanan sia-sia

Chapter 17 - Pengorbanan sia-sia

"Tentang kamu"

Kamu adalah alasan untukku bertindak tanpa berpikir, untuk berbuat tanpa takut salah. Apapun itu hanya untukmu~~

Achiera Grey-

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Darah segar itu mengalir dengan deras membanjiri lokasi tempat Achiera tergeletak, bau amis pun mengisi jalan itu. Tanpa menunda-nunda lagi Hans dan Steven bergegas hampir kompak mendekati Achiera dan mengangkat Achiera.

Dengan tatapan dinginnya Hans mengancam Steven yang hendak menyentuh Achiera itu.

"Berani kau menyentuhnya, aku akan tidak akan segan-segan untuk membunuhnya di depan matamu!" ucap Hans kejam. 

Mendengar hal itu, Steven mundur 2 langkah dan membiarkan Hans yang menggendong Achiera.

Dengan panik dia memanggil orang-orang di sekitarnya.

"Siapapun tolong selamatkan dia, dia banyak berdarah," ucapnya sambil berlari masuk kerumah sakit itu.

"Dexter.....!!!! Tolong dia!" ucap Hans masih dengan nada khawatirnya.

"Hans apa yang terjadi, kenapa dia berlumuran darah lagi?" tanya Dexter panik.

"Kau selamatkan dia dulu, cepat jangan banyak tanya. Darahnya tidak mau berhenti, dia kehilangan banyak darahnya," jerit Hans sambil meletakkan Achiera di ranjang pasien.

"Ok, kau tunggu di sini, aku akan memeriksanya. Aku akan berusaha," ucap Dexter menenangkan Hans. "Sus, siapkan ruang operasinya terlebih dulu," lanjut Dexter.

Kaili dan Steven melihat Hans sedang mondar mandir disekitar pintu ruang operasi itu, dengan nada pelan Kaili berbicara kepada Hans sambil mendekat.

"Bagaimana kabar Achiera, Mr.Hans, apa kata dokter?"

Mendengar suara itu Hans menoleh dan melihat sumber suara itu, tapi matanya langsung menangkap wajah Steven yang saat itu sedang berada di samping Kaili.

Dengan penuh Emosi Hans mengepalkan tangannya. "Masih berani kau datang ke sini setelah semua yang terjadi?" teriak Hans sambil hendak melayangkan sebuah pukulan keras di wajah Steven.

Dengan cekatan Steven menghindar dari pukulan Hans dan akhirnya pululan itu meleset. Melihat Hal itu Kaili yang sedari tadi diam karena khawatir, membuka suaranya dan berbicara penuh emosi yang meluap.

"Apa-apaan kalian ini? bagaimana keadaan Achiera masih belum bisa dipastikan, tapi kalian malah ribut tidak jelas di sini. Mr Hans, maaf tapi sadar tidak  Achiera seperti ini itu karena kau!!" ucap Kaili setengah marah.

Di saat Hans ingin menjawab ucapan dari Kaili, Dexter ke luar dari pintu ruang operasi tersebut.

"Bagaimana keadaannya Dexter, apa yang terjadi?" tanya Hans terlebih dulu.

"Darahnya banyak yang terbuang, ditambah lagi dia memang memiliki Anemia. Jadi kita harus melakukan transfusi darah. Sialnya stok darah di Bank darah rumah sakit ini habis. Achiera memiliki jenis golongan darah yang langka yaitu O Rh negatif. Jadi kita harus segera menemukan pendonor itu, kalau tidak Achiera boleh kehilangan nyawanya," jelas Dexter.

"Ambil darah saya saja Dok, saya O Rh negatif juga." Steven cepat menawarkan diri.

Mendengar itu Hans melirik Steven dengan ekor matanya dan mengatakan penolakannya.

"Dexter aku akan menemukan pendonor itu secepat mungkin, yang pasti bukan dia!" ucap Hans tajam.

"Hans kita tidak bisa menunda, jika memang dia cocok, kita harus segera lakukan transfusi itu. Kita tidak memiliki waktu yang banyak, ini menyangkut nyawa seseorang!" ucap Dexter menjelaskan.

"Aku--" ucap Hans, tetapi Kaili langsung memotong perkataan Hans dan dengan emosi. "Apakah anda belum puas melihat keadaan Achiera? anda masih tetap terus menyiksanya perlahan-lahan hingga mati? dia di dalam bertaruh nyawa antara mati dan hidupnya, tetapi anda bahkan tidak mengizinkan seseorang menolongnya? apakah anda sangat puas jika dia tersiksa tuan muda Matthew?"

"Perhatikan kata-katamu! tidak hanya kau tetapi keluargamu juga akan merasakan akibat dari menggurui aku!!!" ucap Hans dengan tajam terhadap Kaili.

"Dexter, karena pendonornya sudah ada, lakukan transfusi nya sekarang," lanjutnya.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Dering ponsel Hazel yang memang sedari tadi berdiri di situ, memecahkan keheningan di ruang tunggu operasi itu. Setelah melihat nama si pemanggil dengan gugup dia pun berkata;

"Sa-saya permisi angkat telepon dulu ya," ucapnya langsung pergi tanpa menunggu jawaban salah satu dari mereka.

"Beraninya kau masih menelponku, setelah kau gagal membunuhnya!" teriak Hazel kepada si penelpon begitu menjawab telepon itu.

"Nona Hazel, aku sudah melakukan seperti apa yang kau minta, kau di sana menyaksikannya sendiri. Jika dia masih hidup, itu bukan salahku, melainkan dia yang memiliki nyawa yang banyak," jawab si penelpon itu dengan tegas. 

"Alasan...!!! Intinya kamu gagal dalam membunuhnya, dan sekarang masih ada muka untuk menelpon ku? sungguh sangat tidak tau diri," ucap Hazel marah.

"Aku tahu aku gagal, tapi kau tidak mungkin mengingkari janjimu tentang bayarannya bukan? Aku tunggu 1 jam kemudian, kalau tidak, aku akan adukan semua ini kepada tuan Hans Matthew!!!" ancam si penelpon itu.

"Lucunya kau, kau mengancamku? Apa kau pikir, kalau Hans tahu kau yang menabrak wanita itu, kau juga akan dikirimnya ke penjara!" jawab Hazel tidak mau kalah.

"Kau benar, aku akan di penjara dan disiksa, tetapi kau akan kehilangan segalanya, termasuk kehilangan cintamu yaitu Hans! jika kau memang ingin mengadukan aku, sekarang juga aku boleh datang dan menyerahkan diri, bagaimana?" tanya si penelpon untuk mengancam Hazel.

"Sialan!!! Baik kau menang, nanti akan kutransfer sesuai yang aku janjikan. Tapi setelah ini kau pergi jauh entah ke mana, intinya pergi dari negara F ini. Karna Hans dan segala koneksinya tetap akan bisa menemukanmu kalau kau masih tetap di negara F ini," ucap Hazel mengalah.

Hans yang tiba-tiba di sana, mendengar sekilas pembicaraan Hazel dan langsung berkata; "siapa yang harus pergi dari Negara F ini?

"Hans, sejak kapan kau sudah di sini?" Hazel berbalik bertanya dengan gugup.

"Aku mencarimu ke sini, karena aku ingin mengajakmu pergi. Aku ada meeting, baiknya kau juga pergi dari sini, berada di sini tidak bagus untuk kesehatanmu" jelas Hans.

"Ah ... iya kau benar, ayo kita pergi saja," jawab Hazel dan langsung menarik tangan Hans.

"Tunggu dulu, tadi kau berbicara dengan siapa? dan siapa yang harus pergi dari negara F ini?" tanya Hans mengintrogasi.

"Ah, ini. Aku tidak ingin kembali lagi kepada mantan suamiku itu. dia selalu menyiksaku, aku sungguh tidak sanggup. Tadi dia datang dan ingin menjemputku, aku menolaknya dan menyuruhnya pergi dan berkata bahwa kau akan selalu melindungiku. Aku benarkan, Hans?" ucap Hazel manja sambil hampir terisak.

Dengan lembut Hans memeluk Hazel dan berkata;

"tetaplah di sampingku, aku akan melindungimu."

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Achiera bangun dan menyadari dirinya berada di rumah sakit, dia melihat Dexter sedang memeriksa infusnya dengan sangat serius, sehingga Dexter tidak menyadari bahwa Achiera sudah sadar.

"Dexter..." panggil Achiera.

"Wah kau sudah sadar Achiera? Syukurlah, bagaimana perasaanmu?" tanya Dexter sambil menatap Achiera.

"Kepalaku sedikit sakit," jawab Achiera jujur.

"Oh iya, bagaimana aku bisa berada di sini? bukankah waktu itu aku sudah mau pulang?" tanya Achiera sambil memegang kepalanya.

"Apa kau tidak ingat, waktu mau pulang kau mengalami incident, kau ditabrak lari," jawab Dexter.

"Ah iya aku ingat, jadi bagaimana keadaan tuan Steven itu? apa yang Hans perbuat padanya?" tanya Achiera.

"Sepertinya kau terlalu mengkhawatirkannya, lebih baik khawatirkan dirimu sendiri dulu dan fokus untuk kesembuhanmu. Kau sudah koma sangat lama," jelas Dexter.

"Koma? Berapa lama aku koma?" tanya Achiera.

"Kau sudah koma selama 3 minggu, dan aku sempat berpikir kau akan lewat (mati). Tapi beberapa hari ini hasil medismu memperlihatkan kemajuan, tapi aku tak pernah menyangka akan secepat ini. Kau terlalu kuat Achiera, semangat hidupmu yang membuatmu lepas dari maut," ucap Dexter bersungguh sungguh.

"3 minggu? bagaimana mungkin?" ucap Achiera dengan pelan.

Raut wajahnya yang menunjukkan kepanikan tertangkap jelas oleh Dexter.

"Achiera, kau jangan khawatir tentang apapun, Hans tidak sejahat yang terlihat. Selama kau koma, dia selalu datang ke sini untuk menjengukmu," ucap Dexter, karena Achiera tak membalas perkataannya dia melanjutkan perkataannya.

"Baiklah aku akan menghubunginya dan mengatakan bahwa kau telah sadar dari koma, dia pasti akan sangat senang,"

"Eh Dexter..." panggil Achiera ketika Dexter hendak pergi.

"Ada apa Achiera?" tanya Dexter langsung berbalik melihat ke arah Achiera.

"Itu ... ponsel-ku ada di mana? apa kau tahu di mana?" tanya Achiera dengan cepat.

"Oh ponsel-mu ya, kalau tidak salah Hans meletakkannya di laci itu. Tapi aku rasa baterainya sudah low, ini ada power bank. Pakailah," ujar Dexter.

Achiera tersenyum sebagai tanda terima kasihnya.

Segera setelah Dexter meninggalkan ruangan itu,  Achiera pun dengan buru-buru menelpon Ferisha,adiknya. Ia ingin mengetahui kabar Steven selama dia koma.

Tanpa menunggu lama teleponnya langsung dijawab, dan tanpa sapaan Ferisha langsung dengan marahnya berbicara keapada Achiera.

"Kakak ke mana aja? aku berulang kali menelpon kakak, tapi ponsel kakak tidak aktif. Apa kakak tahu bahwa Steven sudah meninggal? dan kami melakukan upacara penguburannya tanpa kakak," ucap Ferisha sambil terisak.

Achiera tercengang mendengar kabar itu, jantungnya serasa berhenti berdetak.

Steven adalah alasan besarnya melakukan semua kejahatan itu, yaitu menjual dirinya dan menjadi simpanan lelaki seperti Hans yang susah ditebak jalan pikirannya.

Dia mengorbankan mimpi dan martabatnya demi adik lelakinya itu, tetapi adiknya menyerah untuk hidup.

Air mata turun membasahi pipinya yang pucat, berulang kali dia menarik dan membuang nafasnya sebagai tanda kesesakan di dadanya yang tidak tertahankan.

"Steven kau membuat perjuanganku sia-sia," ujarnya tanpa berhenti menangis.