Chereads / Wanita dititik Terendah / Chapter 22 - Membelanya

Chapter 22 - Membelanya

"Sometimes, I feel something wrong with me when I start often to think about you- and I cannot accept it"

_Hans Matthew (Qoutes)_

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Hazel yang baru pulang dari bepergian itu, melihat langsung keintiman di antara Hans juga Achiera yang sambil menikmati sunset, saat ia ingin pergi ke kamarnya melewati pintu kamar Achiera.

Hal itu membuat Hazel semakin membenci Achiera dan ingin menghancurkan bahkan membunuhnya.

Bukan Hazel namanya kalau tidak memiliki banyak akal untuk menarik perhatian setiap orang. Dia sengaja menjatuhkan sebuah vas bunga dan dirinya sekaligus agar Hans mendengar.

Hans yang saat itu sedang berada di kamar menikmati senja dengan Achiera, pun langsung bergegas ke luar ingin mengetahui apa yang terjadi, dan dia melihat Hazel jatuh dengan telapak tangan yang sudah berlumuran darah.

"Hazel ada apa?" tanya Hans langsung panik.

"Hans, tiba-tiba tadi kepalaku sakit sekali, sepertinya penyakitku semakin parah," ucap Hazel dengan nada lemah. "A- aku kesakitan Hans, sakit sekali," lanjutnya.

Kali ini dia benar-benar menangis, entah karena tangannya yang terkena serpihan vas bunga yang pecah disengajakan atau memang sandiwaranya. Hanya dia yang tau. (author pun gak tau lho🤣)

"Hazel, jangan banyak bicara, lihat tanganmu berdarah, aku akan mengobati lukamu. Kita ke kamarmu dulu, aku akan bantu menggendongmu," ucap Hans dan langsung mengangkat Hazel dengan penuh kasih.

Achiera yang sedari tadi berdiri di samping Hans, menyaksikan setiap drama dari Hazel membuatnya tertawa geli.

Hans menangkap ekspresi geli tawa Achiera.

"Achiera, apa yang lucu? kenapa kau tertawa?" tanya Hans bingung.

"Akh tidak, aku cuma merasa aneh saja. Sebenarnya wanita yang kau cintai itu sakit apa ya? kenapa kambuhnya hanya di saat kau ada saja, sementara akan selalu baik-baik kalau tanpamu?" Achiera berterus terang mengungkapkan isi pikirannya, tentunya dengan ketawa kecil mengejeknya. 

"Apa yang kau katakan! sudahlah tolong bawakan kotak PPPK itu, biar aku balut lukanya," ucap Hans dan langsung pergi membawa Hazel ke kamarnya.

Hans mengolesi obat dan membalut luka Hazel dengan penuh perhatian, hatinya sedih melihat darah yang mengalir keluar dari tangan wanita yang menjadi cinta pertamanya itu.

Achiera yang menyaksikan kehangatan dari kedua orang itu, berdehem kecil.

"Ekhmmm ... Hans kenapa tidak kau bawa saja dokter terbaik di dunia ini untuk mengobati Hazel? pasti dia bisa sembuh," saran Achiera.

"Iya, aku telah membuat janji dengan Dokter Onkologi terbaik di dunia untuk mengobati Hazel," jawab Hans.

"Hazel kau pasti akan sembuh" ucap Hans kepada Hazel.

Seketika Hazel keringat dingin dan tampak pucat pasi mendengar Hans berkata seperti itu.

Achiera yang melihat perubahan ekspresi Hazel mencibir.

"Lho nona Hazel, kau kenapa pucat dan berkeringat setelah Hans berbicara tentang Dokter Onkologi? bukankah itu sebuah berita yang bagus, kau akan sembuh. Benarkan Hans?" ucap Achiera sambil menyipitkan matanya pada Hazel.

Ketika Hazel ingin menjawab Achiera, ponsel-nya berdering dan itu ternyata Kaili yang menghubunginya.

Achiera izin undur diri untuk mengangkat panggilan itu. 

"Hans, Kaili menelponku. Aku keluar dulu untuk menjawabnya," ujar Achiera dan langsung berlalu ingin pergi.

Ketika Achiera baru berjalan beberapa langkah, Hans memanggilnya dan Achiera terhenti.

"Achiera, kalau Kaili ingin mengajakmu pergi menjenguk keluargamu, maka setujuilah. Keluargamu juga membutuhkanmu!" ucap Hans.

Achiera mengangguk bahagia sebagai jawabannya.

"Hans...." panggil Hazel tiba-tiba.

"Apa kau sudah melupakan aku dan mencintai wanita lain?" lanjut Kaili bertanya.

"Hazel, ayolah jangan terlalu banyak berpikir. Kau perlu hati dan pikiran yang tenang untuk mempercepat proses penyembuhanmu," jawab Hans.

"Hans aku butuh jawaban, aku tidak mau jadi benalu di sini, dan juga lihat perilaku Achiera, sungguh tidak bersahabat dengan aku. Dia berpikir seolah-olah aku ini mengusik hubungan kalian dan merebutmu darinya. Padahal, yang aku inginkan hanyalah mendapatkan cintamu sebelum aku meninggal," lanjutnya dan berhenti sejenak.

"Aku tau perbuatanku di masa lalu tidak akan termaafkan, tapi aku punya alasan untuk itu dan maaf sampai sekarang aku tidak bisa memberitahumu, karena itu baik buat kita kalau kau tidak tau. Hans maukah kau memberiku kesempatan untuk berada di sisimu sebelum aku meninggal? aku mohon, agar aku tidak hidup dalam penyesalan dan agar aku bisa merasakan cinta di dunia ini sebelum aku pergi," ucap Hazel sambil menangis tersedu-sedu.

"Hazel, jangan berbicara berlebihan! Achiera tidak mungkin memandang orang seperti itu, dia bukan orang yang seperti itu. Kau terlalu banyak berpikir," jawab Hans datar.

"Kau membela dia, Hans? sepertinya kau sangat mengenal baik gadis itu. Kau sudah benaran jatuh cinta padanya? jadi benar aku telah tergantikan oleh dia, " Hazel bertambah menangis tersedu-sedu.

Sejenak Hans berpikir 'kenapa dia mendadak membela Achiera, dan secara tidak langsung menjelaskan tentang siapa Achiera kepada orang-orang yang berbicara buruk tentang gadis itu, karena dia seakan-akan tidak mau jika orang lain yang mencelanya'.

'Something wrong with me,' gumam Hans  dalam hati.

"Hans ... Kenapa kau diam? diam pertanda benar kau mencintainya?" tanya Hazel menggagalkan fokus Hans.

Melihat Hazel menangis tersedu-sedu begitu hati Hans mulai luluh dan membujuknya.

"Hazel jangan banyak berpikir, itu tidak baik untuk kesehatanmu. Tujuan utamamu adalah untuk sembuh, jadi lakukanlah hal-hal yang mendorong kesembuhanmu dan tinggalkan hal yang tidak penting," jelas Hans.

"Apakah kalau aku sembuh kau akan membuang dan meninggalkan aku? apakah itu tujuanmu memaksa aku untuk sembuh dari penyakit yang mematikan ini?" isak Hazel semakin menjadi-jadi,

"Hans persetan dengan kesembuhan, jika memang kesembuhanku membuatmu pergi dari aku, aku tak mau sembuh!! biarkan saja aku mati, asal aku bisa menutup mataku di pelukkan mu, hanya itu yang aku inginkan," lanjut Hazel sambil terisak.

Hans memeluk Hazel yang menangis itu dan menenangkannya.

"Sudah jangan menangis, itu tidak benar. Asal kau bisa sembuh dan menjalankan pengobatanmu dengan baik, tidak akan ada yang mengusirmu dari sini," Hans mencium kepala Hazel dengan lembut.

"Benarkah Hans? Kau tidak akan mengusirku dari hidupmu kalau aku sembuh?" tanya Hazel excited.

"Iya, makanya berusahalah..!!" balas Hans, sebuah senyuman kecil terbentuk di bibir nya.

"Aku tau itu, karena aku sangat yakin kau masih sangat mencintai aku. Hans aku bahagia bangat," ucap Hazel sambil mendekap Hans dengan erat.

"Ternyata benar, semua yang kau lakukan pada Achiera itu hanyalah taming untuk balas dendammu, kau masih Hans-ku yang dulu yang begitu mencintai aku," lanjut Hazel.

Seketika Hans tersentak mendengar ucapan Hazel, dan dia mendorong Hazel pelan dari pelukannya.

"Hazel apa maksudmu?? kenapa kau berbicara seperti itu?" tanya Hans heran.

"Iya aku tanpa sengaja mendengar perkataanmu dengan Dexter, ketika kau menjatuhkan Achiera ke kolam renang," jawab Hazel jujur.

"Apa ...? kau menguping pembicaraan kami?" tanya Hans lalu bangkit dari ranjang.

"Hans bukan begitu, aku hanya tidak sengaja saja. Sungguh!" jawab Hazel mulai memanjakan suaranya.

"Apa yang kau dengar ini lebih baik tidak kau katakan pada orang lain, atau tidak--" perkataan Hans segera di cegah oleh Hazel.

"Atau tidak semua rencanamu untuk balas dendam akan batal, iya kan?" ucap Hazel sambil berdiri dan memeluk Hans dari belakang.

"Tenang saja Hans, aku tidak akan mengkhianatimu untuk kedua kalinya," lanjut Hazel, dia merangkul kan kedua tangannya di perut Hans dan semakin memperat pelukannya.

"Tapi Hans--" ucapnya menghentikan perkataannya.

"Ada apa?" jawab Hans malas.

"Bukankah rumah ini kau buat khusus untuk aku? tapi kenapa Achiera yg tidur di kamar utama bukannya, aku? dia memandangku rendah karena hal ini, dan lagi pula bukannya kau hanya ingin balas dendam padanya, lantas kenapa kau bersikap sangat baik padanya?" gerutu Hazel.

"Hazel..!!!" ucap Hans sambil melepaskan tangan Hazel dari perutnya.

"Seperti apapun sikapku pada Achiera, tidak ada seorang pun yang boleh mengajariku bagaimana bersikap pada nya, termasuk kau!!! aku yang lebih tau bagaimana cara untuk membalas dendamku tanpa campur tangan orang lain!! Dan lagi pula aku belum menegurmu karena kau mencoba melenyapkan Achiera dengan mengirimkan seseorang untuk menabrak larinya. Ingat Hazel mati hidupnya Achiera, itu tergantung padaku dan tidak ada seorang pun yang boleh campur tangan," teriak Hans matanya menyorotkan emosi.

Hazel terhentak, mengetahui bahwa Hans  sudah tahu dialah dalang di balek kecelakaannya Achiera, dengan gemetar dia berusaha menjawab Hans. 

"Hans ... aku ngelakuin itu karna aku tidak mau kehilanganmu. Kau terlalu baik terhadapnya dan mengabaikan aku, aku pikir kau benaran jatuh cinta padanya. Hans maafkan aku," ucap Hazel mulai terisak lagi.

"Sudahlah, lupakan tentang ini, fokuslah untuk kesembuhanmu. Aku telah membuat temu janji dengan dokter onkologi terbaik yang ada di dunia ini. Kau akan sembuh, berusahalah!" ucap Hans.

"Tidak Hans, apa kau lupa aku sudah punya Dokter yang merawatku sejak awal, kalau aku mengganti Dokter ditengah-tengah pengobatannya aku takut semuanya tidak akan berjalan efektif," cegah Hazel.

"Nanti mereka boleh bekerja sama untuk mengobatimu, doktermu dan dokter yang aku rekomendasikan. Sekarang istirahatlah, aku punya banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan," ucap Hans dan langsung berlalu pergi.