Chereads / Wanita dititik Terendah / Chapter 21 - Menikmati senja

Chapter 21 - Menikmati senja

"Like the sunset tends to be dark teaches us that the beautiful is not always about the blinding"

-Wanita di Titik Terendah-

⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳

Kaili sangat khawatir dengan Achiera, semenjak Achiera keluar rumah sakit dia belum menemuinya dan dia tidak tau bagaimana kondisi dari sahabatnya itu.

Kekhawatirannya membuatnya memberanikan diri datang ke kediaman Hans. Menurut informasi yang dia dapatkan dari Achiera, Hans tinggal dengan Achiera di sebuah Apartemen ini.

Sesampainya di depan rumah Hans, Kaili menekan tombol bel rumah yang berwarna hitam berbentuk kapsul itu, yang berada di samping pintu itu. Segera setelah di tekan, tombol bel itu dengan otomatisnya menyapa Kaili.

"Hallo, selamat siang? anda siapa dan mau apa?" otomatis bel itu berbunyi sendiri.

Walau linglung, tetapi Kaili segera menjawab bel pintar itu. "Hai saya Kaili teman dekatnya Achiera, datang ingin bertemu dengannya."

"Baik, akan saya sampaikan, tunggulah!" balas Bel itu lagi.

'Aduhh...,kehidupan orang kaya,' gerutu Kaili dalam hati.

Tidak menunggu lama pintu dibuka kan oleh seorang pelayan yang memang semenjak Hazel datang, Hans telah menyuruh salah satu pelayan yang dari mansionnya pindah ke Apartemen-nya ini untuk mengurus rumah.

"Maaf nona, ada yang bisa di bantu?" tanya ibu Sun pelayan yang sudah separuh baya itu.

"Saya Kaili, saya temannya Achiera, saya berniat untuk menjumpainya. Apa saya boleh masuk?" ucap Kaili sopan.

"Baik silahkan masuk, saya akan panggilkan nona Achiera untuk anda," tawar Ibu Sun dan langsung bergegas pergi ke kamar Achiera.

Di sana Ibu Sun menemukan Hans yang sedang serius dengan Laptop-nya sembari menunggu Achiera tersadar.

"Permisi tuan, di depan ada tamu namanya Kaili, katanya dia teman nona Achiera , dia ingin menemui nona Achiera," lapor Ibu Sun begitu melihat Hans.

"Oh baiklah Ibu Sun, buatkan minumuntuknya. Saya yang akan menemuinya menggantikan Achiera," jawab Hans sopan.

Segera setelah itu, Hans menutup laptopnya dan bergegas menemui Kaili yang sudah di ruang tamu itu menunggu.

"Ada apa kau datang kemari?" tanya Hans dingin.

"Tuan Hans, saya khawatir dengan Achiera, apa saya boleh menemuinya, ada hal penting juga yang akan saya sampaikan."

"Soal apa?" tanya Hans dingin.

"Eh .... itu," tanya Kaili gugup.

"Apakah itu sesuatu hal yang tidak bisa aku ketahui nona Goh?" tanya Hans mengintimidasi.

"Eh bukan begitu maksud saya," jawab Kaili gugup.

"Nona Goh, aku harap anda mengerti, sekarang Achiera itu adalah milikku, jadi hal apa pun yang menyangkut tentang dia, itu semua urusanku tanpa terkecuali," jelas Hans dingin, sorot matanya menunjukkan ketidaksenangan-nya.

"Ini semua soal Steven," akhirnya Kaili memulai ceritanya.

"Steven...? Waaaowwww," tanya Hans tersentak matanya birunya melolot sangat besar dengan tajam.

"Jadi kau juga tahu tenteng Steven itu? jadi ternyata sudah sebegitu lamanya hubungan di antara mereka, bahkan sebelum dengan aku?"

"Apa maksud anda tuan Matthew? memang hubungan di antara mereka sangat dalam, bahkan jauh sebelum Achiera mengenal anda!" jawab Kaili walau sebenarnya dia sendiri tidak paham maksud perkataan Hans.

"Pergi dari sini.....!" bentak Hans kepada Kaili. "Berani-berani kau menemui wanitaku hanya untuk membahas lelaki lain dan itu di rumah ku!!" lanjut Hans masih dengan emosi yang tinggi.

Sebenarnya Hans sendiri bingung dengan dirinya, tidak tau kenapa setiap kali Achiera menyebut atau hanya bertatap sapa dengan lelaki lain, emosi selalu memenuhi isi hatinya. Ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan, yang selalu berusaha ditolaknya. Apa lagi semenjak Hans tau tentang Steven, ada rasa tidak terima jika Achiera ternyata mencintai lelaki lain, bukan dirinya.

Walaupun dia berkata pada Dexter bahwa dia tidak peduli tentang hal itu, dia hanya mencoba berusaha mencekal isi hatinya.

"Anda memang terikat sebuah kontrak dengan Achiera, tetapi anda tidak boleh membatasi hubungannya dengan keluarganya. Steven Grey adiknya meninggal dan dia berhak tahu tentang itu dan bahkan dia berhak untuk membakar dupa di makam adiknya itu dengan atau tanpa persetujuan mu." Kaili pun terpancing emosi melihat tingkah laku Hans itu.

"A-apa maksudmu?" kini Hans yang berbalik bertanya. "Maksudmu Steven yang selama ini disebut oleh Achiera itu adalah adik laki-lakinya? bukan lelaki yang mendonorkan darah buat Achiera?" lanjut Hans bertanya.

Mendengar tentang kebenaran ini, ada seutas senyum di bibir Hans, rasa bahagianya tidak bisa di bohongi lagi, dia senang mengetahui siluman pengacaunya tidak memiliki pria lain selain dia.

"Iya, adik Achiera yang bernama Steven mengalami incident kecelakaan tabrak lari. Sejak kejadian itu, adiknya koma dan berujung meninggal dunia saat Achiera juga koma. Itulah alasan kenapa Achiera menyetujui permintaanmu, menjadikannya pacar simpanan karena adiknya butuh biaya yang banyak, ditambah lagi rumah mereka digusur oleh oknum yang tidak bertanggung jawab!!" jelas Kaili.

"Dan Steven yg mendonorkan darahnya itu, memang mereka baru bertemu dihari di mana kau melihatnya," lanjut Kaili lagi.

Mendengar itu semua, Hans senang bukan main. Hatinya sungguh riang gembira. itu terlihat jelas dari ekspresi. Yaaaa..., siluman pengacau kecilnya hanya miliknya dari awal hingga akhirnya nanti.

Tapi kenyataan tentang adik Achiera yang bernama Steven memang sama sekali tidak pernah dia tau, dan dia tidak merencanakan tabrak lari itu pada adik Achiera.

Selama ini Hans berpikir bahwa Achiera adalah orang yang haus uang karena minta bayaran 2M. Menurut prediksi, jika hanya untuk rumah dan biaya hidup tentu tidak mungkin sampai sebanyak itu. Hans sempat berpikir, Achiera itu adalah wanita tamak yang bersembunyi dibalik wajah polosnya, hal itu semakin membuatnya untuk tidak sungkan-sungkan menyiksa Achiera habis-habisan.

Lama Hans berpikir, tapi akhirnya dia berbicara.

"Dia ada di kamar, kau naiklah biar aku antar!!!" ucap Hans sambil berjalan mendahului Kaili.

Sesampainya di kamar, Kaili langsung berjalan ke arah ranjang dan ingin membangunkan Achiera. Hans menangkap reaksi Kaili itu. "Dia tidak akan bangun, dia diberi obat bius oleh Dexter tadi. Dia akan bangun dalam waktu 4 jam lagi, kalau kau mau menunggu ya terserah," ucap Hans dan langsung kembali membuka laptop-nya.

"Tapi ... kenapa dia diberi obat tidur, apa yang salah?" Kaili bertanya dengan cepat.

"Tadi dia tenggelam, paru-parunya kemasukan cairan, so Dexter memberi obat untuk menghilangkan cairan yang di paru-parunya. Yah supaya obat itu bereaksi cepat dia harus di bius," jelas Hans.

Tanpa sadar Kaili menghembuskan nafas leganya dengan sangat kuat, membuat Hans mengerutkan dahinya.

"Achiera itu milikku, kau tidak perlu khawatir akan apa yang terjadi padanya!!!" ucap Hans dan langsung mulai sibuk dengan laptop-nya.

"Kalau begitu Mr Hans, saya tidak akan menunggu Achiera terbangun. Saya hanya mau titip pesan ketika Achiera terbangun, tolong sampaikan agar segera menghubungi saya," ucap Kaili berhenti sejenak.

"Jika begitu saya undur diri pamit dulu," lanjutnya lalu pergi tanpa menoleh lagi.

⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳

Matahari sudah mau terbenam ketika Achiera tersadar, warna kemerahan dari matahari yang akan terbenam itu masuk memenuhi ruangan kamar itu. 

"Seperti senja yang akan hilang dan digantikan oleh malam. Walau kehadirannya hanya sesaat, tapi selalu berhasil menarik perhatian penikmatnya dan akan selalu dinantikan kehadirannya lagi," gumam Achiera pelan, ada senyum kecil tapi indah tersiut di bibirnya.

Dia berjalan ke arah jendela, membuka lebar tirai yang menutupi jendela itu agar dia lebih leluasa bisa menikmati senja yang memang sangat di kaguminya.

"Menikmati sunset...?" tanya Hans yang datang dengan membawa secangkir kopi di tangannya.

Achiera membalik melihat sumber suara itu, tanpa jawaban atau ekspresi apa pun dia berbalik kembali menikmati senja yang sangat indah menurutnya itu.

"Sunset itu akan selalu cantik, kecuali saat kau sedang patah hati," ucap Hans sambil berjalan mendekat ke arah Achiera.

Hans bersandar di samping jendela, badannya menghadap ke arah depan Achiera yg berdiri di tengah-tengah jendela itu. Ia menyesap kopi-nya, lalu berkata; "mau kopi....?" tawarnya pada Achiera.

Achiera menggelengkan kepalanya dan tersenyum sedikit, sebagai tanda penolakan.

"Apa kau sangat menyukai sunset?" tanya Hans lagi.

"...." Achiera tetap bersikukuh tidak ingin menjawab Hans.

"Kalau kau suka, aku bisa membawamu ke tempat bagus untuk melihat sunset," tawar Hans lagi.

'Mau lelaki ini apa? baru tadi dia ingin membunuh aku, dan sekarang dia bisa bersikap seolah tidak berbuat apa pun,' batin Achiera.

"Di sana sangat indah, kau pasti tidak akan menyesal. Nanti kita buat suatu rencana untuk pergi menikmati sunset itu," tawar Hans. 

"Mr.Hans itu tidak perlu, aku sudah terbiasa untuk menikmati apa yang aku miliki. Melihat sunset dari sini pun, itu sudah sangat bagus menurutku." Akhirnya Achiera membuka mulutnya.

"Achiera, aku tau, aku sudah keterlaluan terhadapmu. Aku melakukan itu karena aku diburu rasa cemburu. Kau tidak pernah cerita tentang adikmu 'Steven' padaku, ya aku mana tau. Aku harap kau bisa memaafkan aku," ucap Hans dan langsung berjalan memeluk Achiera dari belakang dan merangkul perut wanita itu dengan penuh cinta.

"Tadi Kaili datang memberi info tentang adikmu Steven. Apa kau sudah tau?" tanya Hans sambil mencium kepala Achiera.

Fiiuuuhhhhh!!!

Achiera menghembuskan napasnya dengan kasar dan menganggukkan kepalanya.

"Besok pergilah pulang temui keluargamu," jawab Hans lalu memindahkan ciumannya ke bahu Achiera.