Chereads / on my wedding day / Chapter 5 - bab 5. Ragu dan Bimbang

Chapter 5 - bab 5. Ragu dan Bimbang

On My Wedding Day ( Di hari Pernikahan ku)

Setiap hari Harith terus menghubungi Kadita. Tanya apa kabar? Sudah makan apa belum? Lagi Apa? Hari ini makan siang nya apa? Mungkin buat sebagian orang itu hal yang wajar dan lumrah. Ketika seseorang sedang jatuh cinta dan sedang pendekatan untuk memikat hati yang di cintai.Tapi buat Kadita itu hal yang paling di sukainya. Karena buat dia mau seseorang bilang cinta dan sayang bila kenyataan nya setiap hari tak menanyakan kabar sama sekali untuk apa menjalani hubungan rumit namun tanpa harapan dan kejelasan. Hanya seperti hubungan main-main selayaknya cinta monyet pada zaman sekolah.Dan hampir sebulan pula Kadita menghindari untuk bertatap muka dengan mas Ferdi karena perasaan nya yang sedang goyang dengan kehadiran Harith atau mungkin sebuah harapan untuk berlabuhnya kapal. Saat Kadita sedang rapat di kantor dengan atasannya. Tiba-tiba mas Ferdi masuk ke ruangan sambil ikut rapat dengan mereka. Sejam kemudian rapat selesai. Namun Mas Ferdi langsung mendekati Kadita.

"Tolong kamu ikut ke ruangan saya" ucap Mas Ferdi tegas.

" Baik,pak" ujar Kadita mengangguk.

Mereka pun akhirnya masuk ke ruangan Staff HRD. Ruangan tempat mas Ferdi bekerja.

"Kamu kenapa sih? Salah saya apa? " tanya Mas Ferdi penasaran.

"Enggak ada apa-apa ,pak" jawab Kadita.

"Sebulan ini saya perhatikan kamu menghindari saya terus. Saya ajak ketemuan gak pernah mau" ujar Mas Ferdi.

"Disini tempat kerja pak. Kalo mau membahas hal itu di luar kantor." ucap Kadita.

"Oke. Nanti sepulang kerja dari kantor aku tunggu di tempat biasa. Kalo kamu gak mau datang. Aku bakalan ke rumah kamu" ujar Mas Ferdi mengancam.

" Iya pak."

Setelah pulang kantor. Mas Ferdi sudah datang lebih awal di tempat angkringan biasa menikmati makan malam bareng Kadita. Namun Kadita agak sedikit terlambat datang karena sibuk mengerjakan laporan kerja.Tak lama kemudian Kadita datang dengan wajah datar.

" Kamu mau makan apa? tanya Mas Ferdi perhatian.

" Gak usah mas. Aku pesen teh manis hangat aja." ujar Kadita.

"Kamu kenapa sih? Sebulan ini kalo aku enggak hubungi kamu. Kamu gak ngasih kabar. Masih marah ya waktu di pulau Tidung aku gak hubungi kamu? tanya mas Ferdi nada lemah lembut.

"Aku enggak kenapa-kenapa mas. Cuma emang lagi sibuk juga pusing ngurusin laporan kerja di kantor." jawab Kadita ngeles.

" Enggak mungkin hanya karena ngurusin laporan kerja kamu sampe gak mau ketemuan ma aku. Udah jawab jujur aja" ujar Mas Ferdi.

"Aku mau kita putus aja" ujar Kadita.

" Putus? Kenapa mendadak? Kita kan biasanya kalo berantem gak begini. Biasanya Langsung baikan." sahut Mas Ferdi kaget.

" Aku pikir-pikir. Aku capek jalani hubungan yang enggak ada ujungnya. Hubungan tanpa status. Tanpa orang lain boleh tau. Takut posisi mas di permasalahkan banyak orang-orang kantor? Atau takut di gosipin banyak orang.? ujar Kadita bernada serius.

" Kamu kok jadi begini? Ada apa sih? Dulu pas aku bilang kita jalani aja. Kamu bilang oke. Dan gak masalah. Sekarang kenapa kamu tanya kejelasan hubungan kita? . Kita kan pacaran tapi ..." ujar Mas Ferdi

" Tapi mas enggak mau semua orang lain tahu kalo aku pacar mas kan. Takut pamor mas turun. Dan mas belum siap buat jadi seorang Suami dan Ayah? bener kan? Udahlah kita akhiri aja. Aku gak mau berharap terlalu jauh tentang hubungan kita. Aku juga ingin berlabuh seperti Citra dan Rudi" ucap Kadita sambil pergi dari mas Ferdi.

Lalu Kadita di antar ojek online ke rumahnya. Sesampainya di rumah langsung masuk kamar dan menangis tersedu-sedu. Dan tak menyapa ayah dan ibunya yang sedang menonton TV. Ibu Kadita melihat sikap anaknya akhir akhir ini berbeda langsung masuk ke kamarnya.

" Ada apa ndok? Kok kamu pulang kerja langsung masuk kamar. Biasanya ngobrol dulu sama ibu dan ayah? cerita dong sama ibu. Siapa tahu ibu bisa kasih solusinya? tanya ibu Kadita sambil mengelus tubuh anaknya.

" Enggak ada apa-apa,Bu. Cuma aku capek akhir-akhir ini kerja. Aku mau resign aja Bu. " ujar Kadita.

"Resign? Kamu gak sayang ndok? Kan kamu sudah jadi karyawan tetap? ujar Ibu Kadita.

"Aku enggak sayang Bu. Lagian aku mau usaha aja Bu. Biar kalo aku lagi capek kan bisa di tangani karyawan aku" ucap Kadita.

" Memangnya kamu mau usaha apa? Aku mau buka usaha Salon+ rias pengantin aja Bu. Kan aku hobi make up" ujar Kadita manja.

" Butuh banyak modal loh,ndok usaha begitu. Tabungan kamu udah cukup? tanya ibu Kadita.

"Insyaallah 3 thn kerja ini aku nabung lumayan buat modal usaha. Nanti aku juga buka toko roti di sebelahnya. Udah survei tempat nya sama udah dp ruko 2 lantai Bu" sahut Kadita.

"Kok kamu baru kasih tau ibu sekarang,ndok? tanya ibu Kadita.

"Niatnya mau bikin surprise. Tapi keburu ibu udah nanya duluan. Jadi aku kasih tau. Aku mau memulai usaha juga bu. Biar aku punya banyak waktu di rumah sama ayah dan ibu.Secara aku kerja kantoran pulang malem terus. Kalo enggak makan bareng karyawan kantor atau enggak lemburan nya rapat.

"Iya juga sih,ndok. Tapi ibu cuma mau bilang. Kamu lakukan apa yang bikin kamu senang dan nyaman. Insyaallah ibu akan dukung kamu" ujar Ibu Kadita.

Dan obrolan mereka berlangsung lama. Hingga Kadita tertidur pulas di pangkuan ibunya. Sedangkan ibu Kadita pergi meninggalkan kamar Kadita dan kemudian beristirahat. Keesokan harinya saat sedang sarapan dengan ayah dan ibunya. Kadita memberitahu ayahnya kalo Kadita mau resign dari pekerjaan nya dan berwirausaha.

"Ayah,aku boleh ngomong sesuatu?" tanya Kadita.

"Iya ngomong aja" ujar Ayah Kadita.

"Ayah,aku mau resign kerja" ucap Kadita.

"Resign? terus kamu mau ngapain kalo udah resign?" tanya Ayah Kadita.

" Aku mau usaha wedding organizer dan toko roti. Aku kerjasama ma temen aku yg jago baking. Kalo wedding aku usaha impian yang aku harapkan dari dulu. " ujar Kadita.

"Terus modal gimana? tanya lagi Ayah Kadita.

"Alhamdulillah kalo masalah modal ayah gak perlu khawatir. Selama aku kerja selalu menyisihkan uang untuk di tabung.Makanya sekarang aku berani ambil keputusan untuk resign" ujar Kadita menjelaskan.

''Ya syukur lah ,ndok. Kalo persiapan usaha kamu udah matang. Ayah pikir baru wacana saja. Ayah dan ibu selalu dukung semua keputusan terbaik kamu" ucap ayah Kadita.

Mendengar hal positif dari ayah dan ibu membuat Kaditapun bersemangat untuk membuat surat resign. Agar kaditapun tidak dalam bayang-bayang mas Ferdi dan memang ingin fokus memulai karir bisnis dari nol. Karena impian selama ini menjadi make up artist dan pengantin. Mas Ferdi sebenarnya masih tak terima dengan keputusan dari Kadita yang ingin putus sepihak. Namun sekarang sulit sekali menghubungi Kadita karena nomer mas Ferdi telah di blokir. Dan bertemu pun makin sulit karena kesibukan masing-masing. Tak begitu dengan Kadita yang sangat bahagia dan lebih riang. Setelah mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan nya dengan Mas Ferdi. Yang notabennya sudah mapan dan Mandiri. Terlebih lagi pasti banyak para wanita yang ingin menjadi istri mas Ferdi karena status kerja dan juga ketampanan serta kemapanan yang telah di milikinya. Namun semua itu bakalan sia-sia buat Kadita bila terus bertahan dengan hubungan yang tidak sehat tanpa kejelasan status dan akan berujung kemana. Tanpa tahu kapan kapal berlabuh dan berlayar bersama mengarungi samudera kehidupan rumah tangga. Setiap masing-masing orang pasti berbeda pemikiran bila membahas tentang Pernikahan. Jika pasangan tak lagi ingin berlabuh untuk apa di pertahankan bila hanya rasa sakit yang di terima. Meskipun hati sakit melepaskan Mas Ferdi. Ada obat penyembuhan untuk luka hati yang sakit. Saat hati bersedih dan terluka Harith datang di waktu yang tepat. Membuat Kadita bisa lebih cepat move on dari mas Ferdi. Seminggu kemudian Kadita memberikan surat pengunduran diri ke atasannya Bu Resti. Namun di tolak dengan alasan tak mau terima karena Kadita bekerja sangat baik. Kaditapun akhirnya memberikan alasan mengapa harus resign yang membuat Bu Resti menangis tersedu-sedu seakan tak sanggup bila harus melepaskan Kadita untuk keluar kerja dari kantor.

" Kamu beneran mau resign? tanya Bu Resti.

" Iya saya yakin Bu seratus persen. Ini bukan main-main. Saya sudah persiapkan dan pikiran matang-matang" jawab Kadita menahan tangis.

"Terus kamu mau kemana? Apa kamu udah ada tawaran pekerjaan di tempat lain?

"Alhamdulillah sudah ada Bu. Tapi bukan kerja di kantoran lagi. Tapi saya punya kantor sendiri."

" Kamu usaha apa?"

"insyaallah saya mau usaha toko roti dan wedding organizer"

"Wah hebat ya. Daerah mana kamu buka usaha?"

" Deket rumah saya. Seberang mall. Dan sudah saya sewa dua toko dua lantai. sekarang lagi tahap renovasi konsep ruangan aja"

" Alhamdulillah,kalo kamu udah pikir matang-matang soal usaha bisnis. Saya pikir baru wacana saja. Tapi saya mau cari pengganti kamu dulu. Baru saya bisa ijinkan kamu untuk resign".

"Baik,siap Bu. Nanti saya posting lamaran kerja via email dan sosmed"

"Tapi kalo bisa yang seperti kamu ya cara kerjanya,look nya dan cantiknya juga".

"Wah kalo itu pekerjaan berat Bu"

Kaditapun memposting lowongan kerja di sosial media dan via grup pencari kerja.Agar Kadita bisa langsung resign dan memulai usahanya.