"Day... mari menikah" Ucap mika pelan sambil memandang Dayana yang hampir tenang
"Menikah?" Dayana mengdongak kan kepala nya dari pelukan Mika
" Ya menikah, aku akan bertanggung jawab " jawabnya tegas, Dayana terkejut, dan melepaskan pelukan Mika sambil berdiri
" Jangan Gila Mika, tidak ada yang terjadi dan tidak ada yang harus di pertanggung jawabkan" Dayana menghapus air matanya
" Tapi day... bagaimanapun aku harus tanggung jawab sama kamu" Mika mulai mendekat kearah Dayana.
" Tidak ada yang harus di pertanggung jawabkan, itu hanya kecelakaan dan aku juga tidak menyalahkan mu" Dayana bersandar di mobil mika sambil menghapus air mata yang tersisa
" Tapi gimana kalau kamu hamil day?" mika mulai mendekat kearahnya
" Aku punya tunangan, dan kami akan menikah"
" Apa?" Mika menjawab dengan kebingungan dan rasa bersalah bercampur marah mulai menghinggapinya
" Tunangan mu g akan menerima mu, kalau kau telah mengkhianatinya" Mika mulai marah
Dayana terdiam memikirkan apa yg telah terjadi, seberapa besar dia telah mengkhianati tunangan nya itu. " Dia akan menerima aku jika aku jujur padanya, aku tau dia sangat mencintaiku. dan kau tidak perlu bertanggung jawab" air mata mulai berlinang di matanya
" Day, apa kau pikir dia akan menerima ketika wanitanya sudah tak perawan lagi." Mika mulai sedikit marah dengan perkataan Dayana yang menolaknya
" Aku memang sudah tidak perawan lagi, dan dia tau itu, kami sudah pernah melakukannya" air matanya terus membasahi matanya.
Mika yang mendengarkan apa yang dikatakan Dayana merasa tidak percaya dengan kata katanya itu mengingat tingkah laku dan perbuatan Dayana padanya sangat sopan dan betapa histerisnya dia ketika tau bahwa mereka sudah tidur bersama.
Mika mendorong Dayana yang bersandar di mobil sehingga terdorong dan terperangkap tangan Mika "Tidak day, kita harus tetap menikah. suka atau tidak suka kita akan tetap menikah Day.."
"jangan memaksa Mika, tidak ada yang harus di pertanggung jawabkan" Dayana memandang mika dengan marah
"Day aku tidak mau kalau anakku memanggil orang lain ayah, dan aku harus memastikan dia bahagia. jangan memisahkan anak dan ayahnya Day. kau tau kalau itu kejam" Mika membalas tatapan Dayana dengan marah dan mata memerah
"Aku belum tentu hamil Mika" Dayana mulai meronta dengan posisi mereka yang terlalu dekat
" Kita harus menikah sebelum kau hamil"
"Tidak Mika, jangan memaksaku" Dayana mulai mencoba melepaskan tangan Mika yang telah mencengkram bahunya
" Kau hanya punya 2 pilihan Dayana, menikah sekarang atau akan kubuat kau benar benar hamil" Mika mulai mendekatkan wajahnya ke arah Dayana dengan sangat marah dan tanpa bisa berpikir dengan jernih untuk dapat membujuk Dayana yang tidak mau menikah dengan nya.
" Mika apa yang kau lakukan" Dayana meronta dengan wajah Mika yang terus mendekat dengannya
" Pilih lah Dayana, atau aku bisa saja menghamilimu disini jika kau menginginkannya" Mika mengancamnya dengan terus mendorong tubuhnya kearah Dayana
"Oke oke... kita menikah, tapi hanya 3 bulan, jika aku tidak hamil. kita bercerai" Dayana mengangkat tangannya bersamaan dengan Mika yang juga melepaskan tangannya dan menjauh dari Dayana
" Baik lah" mika merasa legah dan tersirat senyum di wajahnya sambil berbicara di dalam hatinya " ternyata harus dipaksa untuk melunakkannya"
" Aku akan pulang dulu, setelah itu kita menikah" Mika yang mendengar ucapan Dayana berbalik lagi kearah Dayana dan kembali menjebaknya denga kedua tangannya penuh amarah dengan kata kata Dayana
"Tidak Dayana, apa kau pikir aku bodoh? kita akan menikah besok" desak mika
" aku butuh persiapan dan mengabari saudaraku dulu" Dayana memberi alasan
" itu hanya akal akalanmu saja Dayana, setelahnya kau akan kabur dan menghilang" Mika bisa menebak apa yang terencana di otak Dayana.
" kita menikah besok, dan kau telah memilih. tapi kau bisa memilih pilihan kedua Dayana" Mika menatap kan pandangannya pada Dada Dayana, seolah mengancam dengan sentuman dibibirnya.
"Oke ...oke...tapi aku akan tetap bekerja dan kembali kenegra ku" Dayana tetap mencari alasan
"oke , tidak masalah setelah kita menikah"
Mika melepaskan cengkeramannya dengan senyum penuh kepuasan dan seoalah mengenali kalau perempuan itu harus sedikit di paksa.