Aku tau alasan nya mereka menerimamu di sini"
Terlihat dua orang sedang makan siang di cafeteria bawah.
"Apa?," Tanya yang seorang pada yang lain
"Soalnya, tulisan tangan kamu tu bikin bappaer tau nggak?
Yang satu terlihat makan dengan santai, yang lain sibuk mengomel. Itulah pemandangan yang biasa terlihat oleh siapun yang melintas siang itu. Usianya tak terlalu beda jauh, membuat keduanya saling bicara panjang kali lebar kali tinggi satu sama lainnya.
"Hmmm"
"Kok Cuma Hmm,…?" Tanya yang satu lagi pada teman barunya.
Yang satu benar-benar lebih pasif. Yang lain nyerocos gak ada habisnya dan mulai lebih kesal lagi saat sadar temannyan tak terlalu tertarik pada hasil investigasi yang sudah ia lakukan.
"Kau mau aku jawab bagaimana?"
Tampak orang yang antusias tadi menyendok salad yang dipesannya. Salad dari berbagi macam campuran sayur dan buah dan…terlihat tidak segar karena tertutup banyak mayonaise.
"Ok, Menurut Tuan Handeri , Ia ingin lihat betapa beratnya hidupmu melalui tulisan-tulisan tanganmu. Dan membagikan semuanya itu pada para pembaca. Ia juga sudah membaca Novel yang kau buat tahun lalu. Orang gagal adalah orang yang berpotensi bagus membuat tulisan-tulisan tangan penuh dengan cita rasa bapper dan bumbu lebay, dst dst…" tampak wanita itu terus bicara tak berhenti.
Ia tak sadar jam makan siang sudah hampir habis. Hope yang dari tadi sibuk habiskan makanannya, kini mulai menanggapi dan mendengarkan dengan serius. Ia menyingkirkan piring makanan yang ia sudah habiskan. Sementara Dela, tak kunjung habiskan salad peanut with mayo with apalah itu istilahnya. Terlihat sangat banyak dan menumpuk.
"Ok, terimaksih atas analisisnya, kita ketemu lagi besuk ya?,"
Hope ngengakhiri percakapan mereka tepat jam 14.00. Ia kembali ke ruangannya. Sementara Dela pada akhirnya meminta petugas kebersihan membuang makanan yang ia pesan. Ia pun segera kemabil ke ruangan editor. Ia beberapa kali meoleh pada jam tangan buatan swiss miliknya. Sebagai kepala editor ia harus serahkan banyak artikel ke Tuan Handeri sebelum jam 16.00. Sebelum di serahkan ia harus segera memeriksa kembali semua hasil revisi dari para penulis lepas dan tetap di tempat itu.
*******************************************************
"Ini sudah satu bulan sejak terakhir kita bicara di ruangan ini,nona Hope"
Hope hanya diam tak terlalu banyak menjawab. Atasannya pun tak meminta banyak jawaban darinya.
"Besuk akan jadi satu bulan, Kau bisa lanjutkan kerja di sini jika kau mau?"
Hope mulai paham maksudnya.
"Trainingnya kan 3 bulan?" Tanya Hope meyakinkan.
"Anggap saja sudah terlewati. Ada beberapa dokumen yang harus kau tanda tangani di HRD, tapi sebelumnya tanda tangani dulu ini"
Bos besar yang ada di depannya mengambil buku setebal satu cm dan mengarahkannya pada Hope.
"Itu Novel ku"
Tuan Handeri membenarkannya. Hope pun mengambil tinta hitam di depannya, Tapi Tuan Handeri memintanya memakai pulpen tinta biru lainnya.
"Jika hitam, orang tak akan percaya jika aku dapatkan tanda tangan asli dari penulisnya."
Yoel masuk ke ruangan itu. Ia membawa beberpa lembar kertas yang harus di tandatangani.
"Di atas materai,tolong" serunya pada Hope. Setelah semua selesai, Yoel menyerahkan ATM baru atas nama Escada Hope.
"Besuk uangnya baru di transfer. Semoga beruntung" Yoel menutup sesi penandatanganan kontrak mereka dan segera pamit meninggalkan ruangan tersebut.
Escada Hope masih takpercaya pada apa yang yang baru saja ia alami. Di benaknya terlihat banyak sekali hal yang ingin ia tanyakan. Tapi ia yakin sahabat barunya dari bagian editor akan cukuppenasaran dan melalukan investigasi dadakan tanpaia minta.Serahkan semuanya pada naluri detektif Dela pikirnya.
"Kenapa?"
"Tidak,tidakada apa-apa Pak,"
Tuan Henderi segera menangkap apayang ada dalampikiran Hope.
"Apa aku tak boleh bekerja sambil membca Novel?"
Hope menggeleng bahagia.
"Aku meminta bantuan dari Ford yang ada di recepsionis untuk memesankannya, jikaaku minta tanda tangan pengaranya apa aku salah Nona Hope?"
Hope tersenyum dan berdiri mengisyaratkan pamit dari hadapan tuan rria besar yang memiliki pengaruh di perusahaan The Indonesia Post.
"Tunggu,aku kirim 4 sampai 5 novelpenggugah inspirasi ke –email ya. Pilih satu yang bagus untuk di terbitkan."Tambah Tuan Handeri kepada Hope sambil lalu.
"Baiklah akan saya pilihkan"
Tuan Handeri mebuka-buka novel pada halaman yang belum ia baca, ia memutar kursi nya menghadap ke arah luar. Hope berjalan dengan santai. Handle pintu di tekan Hope
"Satu minggu lagi ya, laporannya sudah di meja. Jika aku tak ada di tempat letakkan di meja" teriak Tuan Handeri pada Hope.
Hope yang mendengarnya spontan berfikir 1 minggu 5 novel. Dan harus dipilih yang terbaik, Novelkan bukan komik yang penuh gambar ilustrasi. Dilengkapi laporan dan rekomendari untuk di terbitkan. Dari sisi baik buruk, moral dan alur cerita harus diberikan analisis. Bukan hal yang terdengar masuk akal baginya.
"Udah nggakusah dipikirin, baca aja 1-2 halaman ,nggak suka ganti!"She-She membagikan cara jitunya menyelesaikan maasalah.
"Atau kalo nggak, baca aja proposal dari penulisnya" Jawab Qatar.
"Gini aja, baca, bayangkan 1 -10 lembar gak dapat, tinggalin. Beres! Tuh! Tanya aja Editor kepala di kantor sebelah. Dia juga gitu!"
Dela yang masuk ruangan tak sengaja mendengar perbincangan mereka. Ia menaruh semua lembaran-lembaran tulisan pada meja bundar tempat para penulis itu berkumpul.
"Nih, Revisi semua! . "
She-She mengambil kertas besar miliknya, Lah, revisi, wong tulisannya ACC kok" celetuknya.
"Tadi nya ACC, sekarang revisi. Gue gak suka" jawab Dela sesukanya.
"Sesuka Hatiku kan?" tambahnya"Semua segera bubar dan mengambil kertasnya masing-masing"