Dina membaringkan kepalanya di atas meja kantin sekolah, baru empat hari dia tidak hadir dan sudah banyak tigas... sekolah bergengsi memang beda, harusnya dulu dia menurut akan di sekolahkan di sekolah biasa biasa saja. Dia bersyukur Arsyad menolak untuk menambah libur lagi kalau ia dia tidak bisa membayangkan setinggi apa tugas yang harus dia selesaikan.
Semalam Arsyad benar benar membawanya pulang tanpa berniat menunggu pagi, alhasil tadi pagi Ayah Arsyad mengetuk pintu kamar membangunkan mereka kalau tidak di jamin mereka akan terlambat ke sekolah
" ini " Amy meletakkan makanan pesanan Dina, karena malas bergerak jadi dia meminta bantuan Amy membelikan makan untuknya
" Syukron Mi " ucap Dina dalam bahasa arab, satu satunya bahasa arab yang dia tau padahal kalau mau di pikir dia lahir di Madinah " baru empat hari tidak sekolah, tugas sudah setinggi gunung " keluh Dina, Amy menggelengkan kepalanya
" ya resiko, kalau mau tidak ada tugas ya jangan sekolah " Amy memasukkan kerupuk ke dalam mulutnya " memang kamu ke mana? "
" Acara keluarga " bohong Dina, Amy menyipitkan matanya " ke... kenapa lo ngeliatin gue begitu banget? "
Amy memalingkan wajahnya dan memakan makanannya dengan santai " aku tau kamu nyembunyiin sesuatu "
Dina diam, dia sadar Amy bukanlah orang yang mudah dia bohongi terlebih mereka sudah berteman sejak lama jadi Amy tau sifat Dina seperti apa.
Dina langsung menatap Amy saat gadis itu menepuk bahunya, Amy tersenyum lembut
" jangan katakan itu kalau kamu tidak ingin " kata Amy " tidak semua harus aku tau "
" gue bakal kasih tau, tapi tidak sekarang " lirih Dina, Amy tertawa kecil
" ekhem... kayaknya ada pembicaraan serius " Mereka berdua mendongak dan mendapati Lintang dan kawan kawan, belakangan ini mereka sering gabung dengan mereka membuat kedua gadis itu kadang heran sendiri.
" tidak juga " jawab Dina
" kami gabung ya " izin Lintang, Dina dan Amy mengangguk saja, toh melarang juga mereka sudah duduk duluan.
" Selama empat hari gue gak liat lo, lo ke mana? " Ibra membuka suara setelah sekian menit hening, matanya melirik Arsyad juga.
Dina menunjuk dirinya " lo nanya gue? "
" menurut lo? " dengus Ibra " selain Ar, lo juga gak hadir selama empat hari. "
" kenapa gue harus kasih tau lo " ucap Dina tangannya terjulur meraih keripik Amy namun langsung di pukul gadis itu " akh... dasar pelit " Amy hanya mengedikkan bahunya
" lo gak ke bali? " tanya Ibra dia benar benar kepo, Dina memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung
" bali? ngapain gue ke sana? gue cuman dari nikahan om gue di bandung " bohong Dina " lagian ngapain lo kepo banget? teman bukan sahabat bukan pacar bukan apalagi suami " ketus Dina, " lo naksir sama gue? "
" hah? " Ibra memasang wajah ogah
" gue gak bakal naksir lo kok, gue udah ada yang punya, hak paten " songong Dina
Amy meliriknya sebelum memutar bola mata jengah " Sharukh khan kan? "
Dina langsung memeluk Amy dari samping sambil terkikik " lo kenal gue banget, kapan kapan kita ke india ya... temuin suami gue "
Amy mendorong wajah Dina " aku maunya ke Mekkah "
Mereka menatap Madina yang sepertinya fangirlnya artis kawakan india itu.
Dina melepaskan pelukannya ke Amy dia melongoskan tangannya ke piring Arsyad mengambil kerupuknya karena Amy pelit padanya.
" oh ya Mi, nanti gue ke rumah lo ya... mau pinjam catatan " ucap Dina lagi tangannya meraup kerupuk di piring Arsyad.
" ih Di " tegur Amy yang melihat tingkah Dina yang tidak biasanya " makan punya gue saja "
Dina cengir " dari tadi kek. pelit amat jadi teman. "
Arsyad tidak mengubris mereka dan memilih makan saja, menjadi pendengar yang baik.
" Lin, tang, aduh bingung gue mau manggil lo apa? Lin cewek banget. Tang? ya keleus kunci tang. Lintang? kepanjangan " cerocos Dina
" sayang saja " ucap Lintang sedangkan Dina langsung menatapnya datar " Canda Din "
" sayangnya gue sharukh khan seo- aduh " pekik Dina karena kakinya di tendang pelan Arsyad
" kenapa Di? "
" di gigit nyamuk " jawab Dina asal
" digigit nyamuk? " bingung mereka, Dina mengangguk, dia mencuri pandang ke Arsyad yang santai dengan makanannya.
" nyamuk besar "
" makanya ke sekolah itu pake rok panjang, gak sok sokan liatin betis " omel Amy, Dina cemberut
" iya... ntar beli, tapi gue mau palak orang dulu " ucap Dina.
" jam berapa mau ke rumah? "
" hm... setengah tigaan lah " jawab Dina
" bawain novel kamu yang beli minggu kemarin "
" ih.. gue belum baca... Minggu depan deh "
" no Madina, minggu depan aku harus ke pesantren. ada acara di sana " kata Amy.
" gak ngundang " cibir Dina, Amy terkekeh kecil
" bukan acara besar, tapi aku wajib dateng karena harus setor hutang ke Kakek " Dina mengangguk paham " jadi aku pinjam dulu, jum'at aku balikin insyaa Allah "
Ibra yang diam cukup lama menghela nafas dia melihat gadia gadis itu " ujian di depan mata kalian malah sibuk ngebahas novel "
" itu pegalihan agar kami tidak stress "
" alasan " gumam Arsyad dia menyodorkan piringnya ke Dina karena gadis itu terus saja mengambil kerupuk miliknya
" Di " tegur Amy yang malah asik memakan makanan Arsyad, Dina gadis itu malah memasang wajah polosnya " lama lama kamu malah malu maluin "
Dina cengir " yeeee... gue makan punya Aa'nya gue jadi gak apa apa keles... kan aneh kalau punya orang "
Amy menyipitkan matanya dan menghela nafas.
" terserah kamulah "
*****
Setelah memberi salam Dina buru buru masuk ke dalam rumah, Gadis itu baru pulang dari rumah Amy dan ini sudah jam lima sore. Dia menyalami mertuanya yang duduk di ruang tamu bersama seorang nenek yang Dina tidak tau siapa.
" kok baru pulang sayang? " tanya Dian, Dina memperbaiki posisi tasnya
" tugasnya numpuk Bun, ini juga masih kesisa " jawab Dina " Aa' mana Bun? dari tadi gak ngebales Chat adek "
Dina mendengar dengusan dari si nenek yang juga mendapat tatapan tajam dari si nenek itu
" istri macam apa kamu? bagaimana bisa suami kamu pulang duluan? anak zaman sekarang sama sekali tidak ada rasa hormatnya pada suami " Dina mengkerutkan keningnya bingung, bukankah tadi dia sudah menjawab mengapa dia lambat pulang dan bagaimana dia tau status Dina.
" Aa' kamu di atas, kayaknya nungguin kamu " Dina mengangguk dengan cepat dia berjalan ke kamar, tapi saat di anak tangga pertama dia melirik ke arah si nenek cerewet.
Dina menghela nafas mendapati Arsyad berbaring di kasur menutup matanya padahal sudah sore sekali.
Dina baru mendekatinya setelah menyimpan tasnya
" Aa' mau maghrib, bangun " ucap Dina dia duduk di tepi kasur " A'! "
" bentaran dek, Aa' lelah sekali " Dina mengkerutkan keningnya mendengar suara berat Arsyad, tidak seperti suara bangun tidur pada umumnya, tapi.....
Dina langsung memeriksa suhu tubuh Arsyad
" panas " gumamnya
untuk memastikan lagi, Dina menyentuhkan keningnya dengan kening Arsyad membuat Arsyad membuat pemuda itu membuka matanya
" kamu ngapain dek " tanya Arsyad, Dina menegakkan tubuhnya
" Aa' sudah minum obat? "
" di bawah tidur juga nanti sembuh " ucap Arsyad, Dina menghela nafas dia berdiri hendak keluar namun tangannya lebih dulu di cekal oleh Arsyad " kemana? "
" mau ambil kompresan, badan Aa' panas banget " Arsyad menggeleng dia makin mengeratkan cekalanya " A'? "
" disini saja " Arsyad menepuk sisi kosong sampingnya menandakan Dina harus duduk di sana
" Aa' " Arsyad menggeleng dia menarik Dina hingga duduk di sampingnya.
Arsyad semakin menggelengkan kepalanya saat Dina hendak bersuara, Arsyad malah memindahkan kepalanya ke pangkuan Dina membuat gadis itu menatapnya tidak percaya
baru akan protes, pintu kamar mereka di buka dan menampakkan bundanya Arsyad.
" Loh A' kenapa tidak bangun? Omah dari tadi datanglah loh A' "
Pemuda itu mendongakkan wajahnya menatap bundanya, Dina sendiri hanya menunduk malu karena dari tadi dia juga tidak turun
" kenapa omah kemari? " tanya Arsyad dengan nada tidak suka, Bundanya menatapnya sendu
" A' ngomong gitu gak sopan "
Arsyad menghela nafas dan kembali membaringkan kepalanya ke paha Dina
" Aa' kamu kenapa sih? malas gitu? "
" Aa' demam Bun " jawab Dina, Dian diam dan tersenyum
" pantas " lirihnya, dia mendekati Arsyad menyentih kening putra semata wayangnya itu " Bunda suruh bi Rumi masakin bubur ya "
" biar adek aja " Dina hendak berdiri tapi kaget karena lengan Arsyad memeluk pinggangnya, dia mendongak menatap Dina dengan muka di tekuk, Dian yang melihat itu terkikik
" A' " Dina melirih dia malu dilihat jail mertuanya
" tidak, adek disini sama Aa' " manja Arsyad, Dina melongo
" iya kamu disini saja, suami mu itu kalau sakit ngalahin anak dua tahun manjanya " Dian mengusap kepala Arsyad
" nenek yang di bawah itu... omahnya Aa' bun? " cicit Dina, Dian mengelus rambut Dina
" Iya, dia omahnya Aa' " ucap Dian " nanti kalau ada ucapan Omah yang gak enak... bunda minta maaf ya "
" bunda juga selalu di judesin " ucap Arsyad " kamu tahan bantingkan? "
" tenang aja... kan ada Aa' " canda Dina, Dian tersenyum
" ok lovebird... bunda akan keluar dulu... Sayang jagain Aa' ya "
" iya bun "
Dina benar benar kewalahan dengan kemanjaan Arsyad, suaminya itu benar benar lebih manja dari anak kecil. Mungkin karena dia sangat serius saat sehat makanya sifat ke kanakannya muncul saat sakit.
Dina bahkan harus membujuk Arsyad saat dia harus ke kamar mandi, pemuda itu tidak sungkan merengek padanya. Dia bahkan tidak mengizinkan Dina ke dapur apalagi menemui si Omah.
*******
tobecontinued