Arsyad dan Ibra duduk di ruang tamu sedangkan Dina melesat ke kamar Amy, Ibra menatap foto keluarga yang terpampang di ruang tamu itu dengan kening mengkerut.
" kamu kenal? " tanya Arsyad melihat kebingungan Ibra, pemuda itu mengedikkan bahunya tidak tau.
" Gak tau " Ibra memperbaiki posisi duduknya Arsyad meliriknua sekilas kemudian mengedikkan bahunya
Selang berapa lama Dina muncul di temani Amy yang masih terlihat pucat
" udah sih lo istirahat saja, gak usah nganter " ucap Dina yang terdengar oleh dua cowok itu
Amy tidak menjawab, begitu tiba dibawa dia mengangguk kecil ke Arsyad dan Ibra sebelum beralih ke Dina.
" Serius mau pulamg sekarang? "
" Aa' ada urusan karena gue hanya nebeng jadi gak bisa lamaan " jawab Dina, Amy mengangguk mengerti " besok lo masuk sekolahkan? gue kesepian gak ada teman gibah selain si kokoh " ucap Dina
" Insyaa Allah kalau gue sudah lebih baik " Jawab Amy, Dina cemberut
" besok jadwal kita ke toko buku " Dina memperingatkan
" Aku tau, bawel " Amy beralih ke kedua cowok itu " Terimah kasih sudah menjenguk "
" buat cewek manis apa sih yang gak " Ibra mengengir.
Amy menyikut Dina yang mencibir, Arsyad menendang pelan kaki Ibra yang mulutnya tidak bisa diam itu
Sebenarnya sama seperti Ibra, Amy juga merasa ada sesuatu dengan Dina yang tidak biasanya dekat dengan laki-laki.
" Oh ya Di, sehari sebelum camping aku ke rumahmu, kata tante Adela kamu tidak tinggal barsama, kamu tinggal di mana? "
Mampus.... Dina menggaruk keningnya
" itu anu... gue... " Amy mengkerutkan keningnya dengan kegelisahan Dina
Dina memutar otak untuk mencari alasan yang tepat mengingat siapa Amy temannya yang sulit di bohongi
" Di ? "
" Dia menginap di rumah saya " ucap Arsyad
" HAH? " Amy dan Ibra berseru bersamaan, sedangkan Dina hanya bisa menutup sebagian wajahnya dengan telapak tangannya.
" Di? " seru Amy seolah meminta penjelasan.
" sebentar lagi ujian, jadi orang tuanya menitipnya di rumah saya untuk membantunya belajar. "
Dina mendengus mendengar pernyataan Arsyad yang memang membantunya sekaligus menjatuhkannya dia terdengar sangat bodoh
Amy berusaha menahan tawanya sedangkan Ibra sudah tertawa terang terangan
" bisa pulang sekarang? " tanya Arsyad melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Dina mengangguk semangat, karena beralama lama tinggal di sana akan membuatnya makan hati karena di ledek Amy.
Amy meski terlihat kalem kayak lemari dia juga lumayan menyebalkan dia suka menggoda Dina.
******
Jam sebelas malam Arsyad baru pulang dari kantor, selain karena lembur di luar juga hujan turun dengan lebatnya beruntungnya dia memakai mobil bukan motornya.
Dia membuka pintu dan sedikit terkejut melihat Dina yang belum tidur, Arsyad menutup pintu dengan sangat pelan sebelum bersandar di sana memperhatikan Dina yang mondar mandir dengan buku di tangannya sepertinya dia sedang menghafal apa yang dia baca.
" Eh, A' " kagetnya melihat Arsyad dia bahkan hampir menjatuhkan bukunya " se...jak kapan A..a' di situ? "
Dina menghampiri Arsyad meraih tangan pemuda itu mencium punggung tangannya.
" baru saja " jawab Arsyad " kenapa belum tidur? " tanya Arsyad dia menyerahkan tasnya ke Dina yang memang memintanya
" besok ulangan matematika, adek kesusaha dengan pelajaran rumit itu " Dina menjawab dengan wajah di tekuk bibir bawahnya ia majukan.
" mau saya bantu? " tawar Arsyad, Dina menggelengkan kepalanya gadis itu malah meletakkan bukunya di samping tas kerja Arsyad di atas meja belajar dan mendekati Arsyad
" sini adek bantu " Dina menjinjit membantu Arsyad melepas pakaian kerjanya
" a..apa yang kamu lakukan? " Arsyad mencegah tangan Dina, dengan wajah polosnya gadis itu mendongak
" Adek sering liat Mama bantuin Papa lepas pakaian kerjanya dan membawanya ke keranjang kotor. Setelahnya nyiapin air mandi " jelas Dina dia kembali membantu Arsyad dan pemuda itu tidak protes lagi " karena sudah larut Aa' tidak perlu mandi cukup mengelap badan saja " kata Dina
Dina masuk ke kamar mandi menyimpan pakaian kotor Arsyad di mesin cuci besok ia akan pisahkan, setelahnya dia menyiapkan air hangat untuk Arsyad.
" A' airnya sudah siap " beritau Dina yang berjalan keluar dari kamar mandi.
" seharusnya kamu lanjut belajar saja " kata Arsyad yang mengalungkan handuk di lehernya
" kata Mama mengurus suami itu yang paling penting. " jawab Dina.
Arsyad menatap Dina sebentar sebelum berlalu masuk ke kamar mandi.
Arsyad mengikuti saran Dina, dia tidak mandi hanya sedikit membersihkan badannya sekaligus mengganti pakaiannya ke pakaian yang nyaman untuk tidur.
Arsyad menarik kursi belajarnya dan mengambil laptop dari tas kerjanya.
" Dek "
" hm? "
Dina yang memang fokus pada bukunya sendiri menoleh ke Arsyad yang menunjukkan gambar sebuah rumah di laptopnya, dari kelihatannya rumah itu sangat sederhana, tidak kecil juga tidak besar tapi memiliki pekarangan yang lumayan besar. Dina mengkerutkan keningnya bingung
" Aa' kerja sebagai Arsitek juga? " Tanya Dina dia mengalihkan wajahnya menatap Arsyad.
" tidak " Arsyad memutar kembali laptopnya agar layarnya mengarah padanya " ini runah kita "
" hah? "
Arsyad melihat Dina " rumah kita "
" ru..mah kita? " Dina menunjuk dirinya juga Arsyad, pemuda itu mengangguk
" kamu tidak suka? " Dina menggelengkan kepalanya
" Adek suka " jawabnya cepat " rumahnya sederhana tidak akan capek ngebersihinnya " ucap Dina " tapi... kupikir kta akan tinggal di sini "
" akan lebih baik kalau kita punya hunian sendiri tidak menumpang pada orang tua, setidaknya kita bisa belajar mandiri dan belajar mengurus rumah tangga sendiri. " jelas Arsyad, Dina mengangguk mengerti " bagaimana belajarmu, sudah selesai? "
" tinggal di rapikan saja " jawab Dina.
Sementara Dina merapikan bukunya Arsyad berdiri memeriksa jendela dan pintu apakah sudah di kunci atau tidak.
Dina menghempaskan dirinya lebih dulu sedangkan Arsyad menyusul setelah dia mematikan lampu kamar mereka menyisakan penerangan di atas nakas
Arsyad yang baru naik ke kasur melihat Dina yang belum tidur, matanya menatap nyalang ke langit langit kamar, Arsyad memperbaiki posisi bantalnya sebelum berbaring.
" Adek tidur sudah larut " tegurnya, Dina mengubah posisi tidurnya menghadap Arsyad yang sudah menutup wajahnya dengan lengan
" Aa' "
" hm? "
" A' " panggil Dina lagi karena Arsyad belum melihatnya " Aa' "
" apa dek? " Arsyad menurunkan tangannya dan langsung melihat Dina, gadis itu cengir sambil menggeleng " tidur "
Dina menutup matanya tapi tak berselang lama dia kembali membuka matanya dan duduk. Merasakan ada pergerakan di sampingnya Arsyad membuka matanya dan mendapati Dina yang belum tidur, Pemuda itu ikut duduk dan bersandar di kepala ranjang.
" kenapa? " Dina menggeleng " Adek, masalah kamu masalah Aa' juga " ucap Arsyad, Dina menoleh dengan wajah di tekuk
" Adek ngerasa gak enak sama Amy " lirih Dina " Amy teman Adek dari kecil "
Arsyad diam tangannya di tumpukan di kepala Dina mengelusnya pelan.
" apa ini tentang pernikahan kita? " Dina mengguk pelan " tunggu sampai kita lulus ya "
" Aa' tidak keberatan? " tanya Dina dia memainkan pinggiran selimut
" kenapa saya harus keberatan? " tanya Arsyad
" soalnya Aa' pernah bilang, jangan sampai ada yang tau " cicit Dina, Arsyad menghela nafas.
" Adek, siswa dilarang memiliki hubungan pernikahan, untuk sementara sedikit yang tau maka sedikit juga kemungkinan pihak sekolah akan tau " jelas Arsyad.
" Adek ngerti, A' " ucap Dina
" ya sudah ayo tidur " Arsyad kembali berbaring menarik Dina agar bergabung dengannya " jangan terlalu di pikirkan "
Dina hanya menganggukkan kepalanya.
*
Dina berlari dari lantai dua menuju pintu karena sepertinya ada tamu. Dina membulatkan matanya kaget melihat tamunya dan begitu pula para tamu itu dia terkejut melihat Dina.
Di ambang pintu Lintang berdiri bersama beberapa temannya, dia kebingungan mau berbuat apa
" ngapain lo ada di sini? " Risa menatapnya tajam
" gue... itu... gue tinggal di sini " jawab Dina membuat mereka kaget
" kalian sudah datang? " Arsyad muncul dari belakang Dina
" Dina tinggal di sini? " tanya Lintang dia masih kaget, Arsyad melirik Dina dan menyodorkan hp gadis itu.
" iya, masuk " ucap Arsyad dia membuka jalan dan mempersilahkan teman sekelasnya masuk, Dina masih bengong
" A' ini hp adek kenapa ada di Aa'? " tanya Dina menyusul mereka
" bunda yang kasih " jawab Arsyad, Dina mengkerutkan keningnya, ah... dia ingat kalau tadi sempat menemui mertuanya itu.
Lintang menatap Dina yang masuk ke dapur dengan bersenandung kecil
" kenapa lo tidak bilang dia tinggal di rumah lo? " tanya Lintang, Arsyad melihatnya sebentar.
" kamu tidak bertanya " jawabnya enteng
Hari ini mereka melakukan kerja kelompok, Ibra tidak ada karena berada di kelompok lainnya
tak lama Dina muncul dengan nampan yang berisi teh dan camilan
" minum teh dulu " ucapnya
" Dek! "
" hm? "
" bi Arum mana? " tanya Arsyad, Dina berdiri tegak setelah menyusun gelas di meja.
" di dalam, beliau cuci pakaian " jawab Dina dan kembali melesat ke dapur
" ngapain lo tinggal di sini? " tanya Risa dengan nada tidak suka, Dina menggosok dagunya seolah berfikir tak lama dia senyum
" untuk belajar jadi istri dan menanru yang baik " ucap Dina, mereka melongo mendengarnya. tak lama Dina tertawa sambil mengibaskan tangannya lucu
" gue bercanda, serius amat " kikik Dina " gue disini karena Aa' Ar itu guru privat gue " jawab Dina, dia kembali kembali ke dapur tak selang lama dia muncul dengan baju berbeda
" kemana? " tanya Arsyad menyadari pakaian Dina
" mau ke warung cari gula, adek mau bikin kue " jawab Dina " kalau bunda nanya bilang saja menantu cantiknya pergi ngabisin duit " ucap Dina sambil cengir dan berlalu
" jadi? " tanya Lintang, Arsyad menghela nafas dan melihat sahabatnya
" sebenarnya dia dititip orangtuanya yang banyak urusan di luar negri " bohong Arsyad, tidak sepenuhnya karena orang tua Dina memang sering keluar negri belakangan ini meninggalkan anak gadis mereka.
******
tobecontinued