Happy Reading
****
Kediaman Draco.
2 bulan 13 hari dan 8 jam. Sandra dinyatakan menghilang.
Alex sudah lapor polisi, mengerahkan semua detektif yang dia sewa untuk mencarinya tetapi hasilnya nihil.
Betapa kacaunya Alex waktu pertama kali mendapat kabar dari mommy-nya bahwa Sandra menghilang. Alex bahkan terus menyalahkan dirinya sendiri.
Andai saja dia tidak pergi.
Andai rapat sialan itu tak terjadi.
Andai klien kurang ajar itu tak datang.
Dan berbagai perandaian yang dia gunakan.
Namun semua terlambat. Karena pada kenyataannya istrinya tetap menghilang.
Seolah semua itu belum cukup Alex harus menghadapi semua permasalahan di kantornya yang hampir bangkrut.
Alex tahu ini ulah orang yang menculik istrinya itu. Orang yang mencuri hampir seluruh asetnya.
Namun Alex juga tahu Sandra telah membantunya tanpa diketahui oleh sang penculik, dia masih menyisakan aset penting perusahaan di tempat lain sehingga Alex dengan mudah membangkitkan perusahaannya lagi.
Alex juga sempat menerima sinyal SOS dari istrinya. Tetapi sialnya hanya gubuk tua reyot yang ditemukan saat mereka sampai di sana.
Tetapi bukan itu yang membuat Alex terpukul. Saat di tempat kejadianlah salah seorang dekteftifnya menemukan sebuah cairan. Yang bisa dipastikan itu adalah air ketuban Sandra yang pecah.
Alex syok dan merasa hancur.
Sandra harus melahirkan pada saat diculik.
Sandra harus merasakan kesakitan seorang diri dan tak ada yang akan menggenggam tangannya saat dia merasakan semua itu. Alex bahkan tidak berani membayangkan apakah anaknya dan Sandra saat ini masih hidup atau ... ah ... Alex tidak akan sanggup jika terjadi sesuatu pada istri dan anaknya.
Alex sudah cukup terpuruk dengan semua ini. Namun Alex juga tak mau menyerah. Dia tak akan menyia-nyiakan perjuangan Sandra. Jadi yang dilakukan Alex sekarang adalah bekerja dan mencari istrinya.
Berharap Sandra baik-baik saja. Berharap Alex bisa menyentuh buah hatinya.
Berharap Jack segera bisa dihubungi.
Karena setelah semua orang yang dia andalkan tidak bisa memberinya harapan. Maka ... mau tidak mau Alex percaya pada Joe bahwa hanya Jack satu-satunya orang yang bisa membantu Alex menemukan Sandra.
Setelah usaha David gagal. Usaha Joe gagal. Usaha keluarga Brawijaya gagal. Dan usahanya juga gagal menemukan sang istri. Hanya Jack yang bisa menemukannya. Alex yakin dan percaya itu.
****
"Well ada yang mencariku?" Jack masuk ke apartemen Joe pada pukul 3 pagi dan melipat tangannya di depan dada sambil memperhatikan Joe yang tertidur di sofa dengan TV masih menyala.
Joe yang mendengar pintu terbuka langsung terbangun. "Oh ... Jack," gumam Joe bangun setengah sadar lalu dia merebahkan tubuhnya lagi ke sofa.
1 detik, 2 detik, 3 detik.
"BROTHERRRRRRRRRRRRRRR!" teriak Joe langsung menerjang Jack dengan kekuatan penuh.
"Joe lepaskan aku. Kita bukan pasangan gay lagi jadi tak perlu memelukku erat-erat."
Joe langsung melepaskan pelukannya dengan wajah cemberut. "Kamu memang keterlaluan, ke mana saja selama ini? Kau bahkan dengan teganya meninggalkanku begitu saja dan membiarkanku mengurus semuanya sendiri." Joe merajuk menghentak-hentakkan kakinya layaknya wanita yang tidak diajak kekasihnya pergi belanja.
Jack meringis, benar-benar tak berubah adiknya itu. "Kau yakin aku meninggalkanmu?"
"Yeah ... karena aku bahkan tak tahu di mana anak buahmu yang seharusnya menjagaku," dengkus Joe kembali duduk dan diikuti Jack.
"Jika mereka ketahuan berarti mereka gagal menjagamu. Tujuannya memang harus tak terlihat."
"Tapi kan aku jadi bingung harus mencarimu ke mana."
"Yah kalau kau bisa tau di mana aku pasti sekarang kepalamu sudah lepas dari tubuhmu."
"Apa ini ada kaitannya dengan nama Cohza?"
"Yeah."
"Apa kau benar-benar melakukannya?"
Jack menaikkan alisnya.
"Misi bunuh dirimu."
"Kau tak ingin tau," kata Jack datar.
"Terserah aku mau menghubungi Alex dulu."
"Tak perlu, dia sudah dalam perjalanan ke sini."
"Alex sudah tahu?"
"Yeah Marco sudah menghubunginya."
"What? Jangan katakan ini Marco yang sama yang pernah mengawalku dulu?"
Jack mengangguk.
"Si sialan itu ... dia tau keberadaanmu tapi membiarkan aku kelimpungan mencarimu seorang diri, aku akan memberinya pelajaran setelah ini," ucap Joe dengan kekesalan memuncak.
"Bukan, Marco tidak tahu aku di mana karena sekarang kan dia pengawal Ai. Tapi ... dia hanya mengirimkan pesan padaku dan kalian beruntung aku menerimanya karena bisa saja pesan itu hilang tak berbekas."
"Ai?"
"Kakaknya Sandra, wanitaku, ibu dari anak-anakku."
"Kau masih berhubungan dengannya?"
"Tidak, lebih tepatnya aku mengawasi dan menjaganya."
"Kenapa?"
"Kenapa? Kau pikir berapa orang yang akan mengincarnya jika tau dia ibu dari anakku?"
"Ah ... benar juga." Joe manggut-manggut.
Brak!
Alex masuk dengan wajah kusut dan terlihat benar-benar berantakan.
"Kau benar-benar datang?" kata Alex pada Jack.
"Yeah aku juga merindukanmu Brotha ... terima kasih sambutannya," kata Jack menimpali.
"Cih ... seolah kau butuh saja!" Alex melirik tubuh Jack dan duduk di hadapannya. "Apa kau tidak bisa mengganti bajumu dulu?"
"Seharusnya kau yang melakukannya, kau terlihat berantakan."
"Bukan ... tapi aku masih bisa melihat noda darah di pinggangmu."
Jack mengangkat bajunya dan memperlihatkan perut bagian sampingnya yang tergores dan terdapat noda darah yang mengering. "Tak apa, si berengsek itu tak berhasil menusukku, hanya goresan ringan kok, tak perlu mengkhawatirkanku," katanya santai.
Sedang Joe yang melihat itu langsung heboh dan berlari menuju kamarnya mengambil kotak P3K.
"Menghawatirkanmu, yang benar saja! Aku hanya khawatir pada istriku yang hilang!"
"Ck, ck, ck, ck, aku tau kau payah mencari orang tapi aku tak nyangka kau benar-benar buruk menghadapi ini."
"Terima kasih pujiannya jadi apa kau bisa menemukannya apa tidak?"
"Apa ini sikap orang yang butuh pertolongan?"
"Lakukan saja dan temukan dia!"
"Huh pemaksa seperti biasanya."
"Angkat bajumu!" kata Joe sambil mengeluarkan kotak P3K-nya.
Jack membiarkan saja apa yang dilakukan Joe. Karena jika dia menolak diobati pasti Joe akan lebih cerewet dari pada emak-emak komplek. Sedang Joe yang sudah terbiasa melihat Jack pulang dengan penuh luka selalu menyediakan obat-obat untuk semua jenis luka.
"Kau tau ini sudah dua bulan lebih. Kemungkinan Sandra selamat sangat kecil."
"Well terima kasih atas vonisnya. Tapi aku yakin dia masih hidup!"
"Aku juga," kata Joe menimpali.
"Sudah selesai?" tanya Jack pada Joe.
"Sudah. Bisakah lain kali kau membersihkan lukamu sebelum menemuiku?"
"Kenapa apa kau jadi teringat peristiwa tiga belas tahun lalu?"
"Ada apa dengan tiga belas tahun lalu?" tanya Alex penasaran.
"Oh ... Joe tak memberitahu? Kupikir kau sudah mengizinkannya."
"Mengizinkan apa?"
"Dia ikut dalam misiku."
"WHAT?! KAU MENGAJAK ADIKKU MEMBUNUH PEMBUNUH PROFESIONAL?"
"Yap dan berakhir dengan muntah-muntah dan terkencing di celana persis seperti banci yang kena razia satpol PP," kata Joe menimpali.
"Hay tidak apa-apa, Joe waktu itu kau masih sepuluh tahun."
"KAU MENGAJAK ADIKKU YANG BARU BERUMUR sepuluh TAHUN MEMBUNUH ORANG?" Wajah Alex makin pucat syok.
"Aku yang memaksanya," kata Joe tanpa merasa bersalah.
"Ayolah aku juga baru lima belas tahun, lagipula lihatlah adikmu masih sehat dan bugar sampai sekarang."
"AKU TIDAK PERCAYA INI! BERTAHUN TAHUN AKU MEMBIARKAN ADIKKU DIJAGA PSIKOPAT SEPERTIMU!" Alex mondar-mandir.
"Hay ... dia juga adikku!"
"Dan sekarang aku menyesal membiarkannya jadi adikmu, lagipula mana ada kakak yang membiarkan adiknya dalam bahaya?"
Jack hanya nyengir kuda. "Aku hanya membantunya agar dia terbiasa dengan darah."
"Yah dan kuakui sekarang aku lebih suka melihat darah ayam dari pada darah manusia." Joe menjawab dengan yakin.
Jack tertawa dan Alex makin masam.
"Lagipula tak semua orang terlahir dengan menyaksikan begitu banyak darah sepertimu." Alex semakin kesal.
"Tentu saja semua orang terlahir dengan penuh darah, mana ada orang lahir penuh emas," kata Joe membuat Jack makin terbahak-bahak dan Alex terbengong bengong tak percaya. Benarkah adiknya baru saja mengatakan sebuah gurauan di saat seperti ini? Kalo benar tenggelamkan hayati bang. Kesal punya adik begitu.
"Aku tetap tidak akan memaafkanmu karena sudah mengajak Joe melakukan hal gila!"
"Apa aku terlihat ingin minta maaf?" tanya Jack santai.
"Aku tau kau tak mungkin menyesal."
Jack mengangguk. "Kau mengenalku dengan baik. Jadi ... boleh aku istirahat sekarang aku sangat lelah." Jack mulai beranjak.
"Apa maksudmu istirahat? Kau harus mencari Sandra!"
"Tenang saja dia sudah dalam pencarian."
"Kalau anak buahmu yang bekerja untuk apa kau ke sini?"
"Kau yakin menanyakan itu?"
Alex terdiam menautkan kedua alisnya, apa Jack marah? batinnya.
"Apa kau pikir aku datang jauh-jauh dari Ceko Slovakia hanya untuk tidur?"
"Tidak."
"Lagipula aku butuh carger untuk mengisi ulang tenagaku."
"Berapa lama?"
"Dengarkan aku, beri waktu dua puluh empat jam buat anak buahku bekerja jika gagal aku yang akan turun tangan."
"Oke."
"Jack aku tau di mana charger-mu," kata Joe tiba-tiba.
Jack hanya nyengir dan Alex memandangnya dengan tatapan bertanya. Ngomong apan sih Joe gak nyambung banget.
"Di kediaman Brawijaya kan?"
"Kalau dia bukan charger tapi suplemen." Jack tersenyum lebar sambil masuk ke dalam kamarnya Joe.
"Maksudnya apa?" tanya Alex.
"Ai."
"Kakaknya Sandra?"
"Apa kau pikir Jack akan melepaskannya begitu saja?"
"Tentu saja tidak! Apa Jack akan menikahinya?"
"Mungkin?"
"Kau juga tidak tau."
"Tidak ada yang tau isi otak Jack jadi jangan bertanya."
"DAN BERHENTILAH MEMBICARAKANKU SEOLAH AKU TIDAK DI SINI AKU BISA MENDENGARNYA!" teriak Jack dari dalam kamar.
"Sorry, Jack Daniel!" Karena nama asli Jack adalah Daniel, Joe sering memanggilnya dengan sebutan itu.
"DAN BERHENTI MEMANGGILKU JACK DANIEL!"
"OKE, BANG!" teriak Joe juga. "Nah kau dengar sekarang kau juga tidurlah kau butuh itu," kata Joe pada Alex.
"Aku tak bisa."
"Aku tau tapi cobalah."
Alex ikut masuk ke kamar satunya dan tinggal Joe sendiri. Bagus mereka tidur dan kini dia terjaga sendiri, batin Joe.
Joe masuk ke dalam kamarnya "Babang Jack adek mau dikelonin," teriak Joe dan langsung melompat ke sebelah Jack.
****
TBC.