Chereads / WEDDING MR.A / Chapter 55 - KENAPA

Chapter 55 - KENAPA

kesel reading.

****

Tama masih diam terpaku karena syok. Pasti ini hanya mimpi, batinnya.

Sandra yang tak terlalu heran segera mengambil Anggeline dari gendongan ayahnya.

"Ayah." Sandra mengembalikan kesadaran ayahnya.

"Kamu bercanda kan Di?" tanya ayah Sandra masih bingung.

Tante Diana malah rertawa sumbang. "Apa aku terlihat bercanda? Ayolah kau mengenalku dengan baik Tama."

"Jadi selama ini kau mempermainkanku?" Tama tertawa terbahak-bahak. Sandra mulai khawatir melihat ayahnya yang malah tertawa-tawa. Jangan bilang ayahnya jadi gila karena cinta.

Lalu wajah Tama berubah sendu. "Kenapa Di?! Kenapa kau lakukan ini?! Kenapa kau mempermainkanku? Kenapa kau mengkhianatiku?! Kenapa?! Apa kesalahanku?? Aku selalu menyayangimu! Aku selalu mencintaimu! Dari dulu sampai sekarang! Hanya kamu yang ada di hatiku! Bahkan saat kukira kau sudah mati tetap tak ada wanita lain yang bisa menggantikanmu! Aku mohon jangan lakukan ini! Kemari dan katakan bahwa semua ini bohong!" Bagus sekarang ayahnya diperbudak cinta, batin Sandra.

"Ya semua bohong," kata Tante Diana.

"Cintamu, sayangmu, dan semua perhatianmu BOHONG!"

"KAU pikir aku tak tau aku hanya pelarian sementaramu?"

"Kau dan kakakmu sama saja kalian mempermainkanku seolah aku tak berharga!"

"Dulu kakakmu mengkhianatiku. Lalu membuangku gara-gara Diyah!"

"Lalu kau mendekatiku, aku sangat senang tapi apa? Kau sama saja, kau membuangku juga demi Diyah!"

"Aku tak pernah mengkhianatimu!" kata ayah Sandra.

"Lalu dia siapa? ANAKMU. DIA ANAKMU DENGAN DIYAH!" kata Tante Diana sambil menunjuk Sandra.

"Aku bisa jelaskan, Di."

"Jelaskan apa? Bahwa kau khilaf sama seperti kakakmu itu? Aku bosan dengan alasan itu!"

"Apa kau tau seberapa menderitanya aku delapan belas tahun ini? Apa kau tau apa yang kurasakan? Hari yang harusnya menjadi hari bahagiaku justru jadi malapetaka. Aku pikir kau benar mencintaiku tapi apa? Saat kakakmu menculikku dia mengatakan segalanya, kau mencintai Diyah, dan aku hanya pelarian belaka."

Tama menggeleng, semua itu tidak benar.

"Aku tak percaya hingga kami bertengkar dan akhirnya kecelakaan. Enam tahun aku koma. Saat bangun yang kuharap hanya dirimu. Tapi kau tak ada. Aku ingin bertemu tapi aku lumpuh dan aku tak berani bertemu denganmu karena takut kau akan malu."

"Aku menjalani terapi selama tiga tahun hingga aku bisa berjalan lagi. Aku sangat senang. Yang kuinginkan saat itu hanya bertemu denganmu. Berharap kau masih menungguku. Tapi kau tahu apa yang kutemui. KAMU MENIKAHI DIYAH dan terlihat sangat bahagia!"

"Aku tak pernah menikahinya," kata Tama.

"Lalu selama ini apa? Kumpul kebo? Bahkan ayahmu mengusirku dan melarangku menginjakkan kaki di rumah itu. Aku dihina, direndahkan seolah-olah aku pelacur yang mengejar-ngejarmu!"

"Diana kamu salah paham aku pikir kamu sudah meninggal dan soal ayahku aku tidak pernah tau kalau dia mengusirmu."

"Cih tak usah berpura-pura aku tau aku hanya penghalang bagi kebahagiaan keluargamu. Tapi lihatlah setelah sembilan tahun aku menunggu saat ini. Menunggu saat menghancurkan keluarga Brawijaya yang mempermainkanku. Harusnya tua bangka ini melihat kehancurannya tapi tak apa cukup kau dan Diyah saja menderita aku sudah puasss!"

"Kalau kau ingin menghancurkan keluarga Brawijaya kenapa suamiku dan adiknya yang kau hancurkan? Kenapa bukan perusahaan Brawijaya saja?" tanya Sandra.

Diana melihat Sandra seolah Sandra makluk paling bego di dunia.

"Dasar bocah, kau pikir aku bodoh? aku tau perusahaan Brawijaya sudah bukan milik kalian lagi tapi diambil alih keluarga Draco. Untuk apa aku mematahkan ranting kalau aku bisa mencabut dari akarnya?"

"Tapi Joe tidak ada hubungannya dengan ini?" tanya Sandra heran.

"Memang tidak tapi dia ada hubungan dengan Chameleon."

Sandra memandang laki-laki yang mirip ayahnya itu heran.

"Kenapa? Apa aku harus membuat pengakuan juga? Maaf saja kalian bukan orang yang penting untuk kuberi alasan. Kalian akan tau jika orang itu sudah datang."

"Sekarang sambil menunggu penyelamat kalian bagaimana kalau kita masuk saja. Pantai semakin lama membuatku kepanasan," kata Chameleon. Lalu menyuruh anak buahnya menggiring Sandra dan ayahnya masuk ke dalam rumah.

Sandra menatap ayahnya yang terlihat sendu dan bahkan terkesan tak bernyawa hanya melakukan yang diperintahkan, dan lagi sebuah postol ditodong ke kepalanya karena Sandra tak kunjung bergerak.

Sandra mendengkus sebal. Kenapa selalu kepalanya sih yang ditodong . Kalau begini terus dia kan jadi terbiasa? Bisa-bisa lama-lama dia gak bisa tidur kalau tak ada pistol mengarah ke otaknya. Gerutunya dalam hati sambil mengikuti langkah ayahnya masuk ke dalam rumah.

*****

Alex mengira mereka akan masuk diam-diam dan membawa Sandra pergi. Tetapi ternyata yang dimaksud party menurut Marco adalah benar-benar mendobrak masuk tanpa bersembunyi sama sekali.

Alex juga heran melihat Marco dan Jack yang tiba-tiba sudah memegang senajata api. Mirip Ak-47 tetapi Alex tau ini beda karena kapasitas peluru yang lebih banyak dan kecepatan tembak yang luar biasa.

Atau ini hanya efek penggunanya yang terlalu pro.

Alex bahkan belum sempat berkedip ketika sudah lebih dari 6 orang rubuh di hadapannya. Well kelihatanya 2 orang ini benar-benar ingin melakukan pembantaian.

Alex berjalan mengikuti Jack sedang Marco entah sudah berada di mana tapi suara tembakan bertubi-tubi masih terus mengikuti langkahnya.

Bruakkkk!

Jack mendobrak pintu tempat Sandra disekap. Dan benar saja Sandra di sana dengan pistol berada di kepalanya. Sandra duduk dengan tenang sambil menggendong Anggeline seolah tak terganggu bahwa kepalanya bisa hancur sewaktu-waktu jika pistol itu di tembakkan. Begitu juga Pratama dia hanya duduk diam tak bereaksi sama sekali, di sana ada sekitar 15 orang yang mengelilinginya.

"Welcome, RED," kata salah seorang pria yang mirip ayah Sandra. Sedang duduk santai di sofa sambil menikmati batang candu di tangannya.

Jack hanya diam menatap pria itu tajam. Lalu yang membuat Alex heran adalah Jack membuang senjatanya begitu saja dan malah menghampiri pria itu. Ikut duduk dan mengambil rokok di hadapannya dan menyalakannya. Seolah bertemu sahabat lama.

"Bisa buka topengmu?" tanya Jack.

"Kenapa? Aku terlihat tampan dengan ini."

"Yah ... tapi aku ingin melihat wajah aslimu saat kamu mati nanti pasti lebih menyenangkan," kata Jack sambil mengembuskan asap bulat dari mulutnya.

Ia malah tertawa terbahak-bahak. "Masih percaya diri seperti biasanya RED?"

"Kenapa mengusikku?" tanya Jack tiba-tiba serius.

"Tak perlu berlagak bodoh. Saat seorang Cohza ingin membuang namanya. Semua pembunuh bayaran pasti akan menyiapkan diri."

Jack mengangkat sebelah alisnya seolah berkata oh ya?

"Ayolah RED, aku tau aku masuk dalam daftarmu."

"Tapi tidak secepat ini," kata Jack.

"Apa kau baru mengatakan bahwa kau takut denganku?" kata Chameleon percaya diri.

Jack diam saja, dia melemparkan putung rokoknya dan tiba-tiba dengan gerakan secepat kilat dia sudah berada di belakang Chameleon dan meletakkan sebuah pisau di lehernya. Dan ke 15 anak buahnya langsung menodongan senjata ke arah Jack.

"Aku tidak suka kau menyentuh keluargaku," kata Jack tajam.

Alex yang mendapat kode dari Jack dan mengetahui kesempatan itu langsung menyambar Sandra dan ayahnya agar berada di dekatnya.

"Jangan ada yang mengejarnya atau pemimpin kalian akan kehilangan kepalanya!" kata Jack tajam pada seluruh anak buah Chameleon saat Alex mengajak keluarganya keluar dari ruangan itu.

Alex tak ingin meninggalkan Jack. Tetapi perintah Jack masih terngiang di otaknya. Dia harus membawa keluarganya pergi dulu baru nanti kembali melihat Jack.

Alex tau Jack pasti selamat hanya saja dia tak mau Joe menyalahkannya jika terjadi sesuatu pada Jack.

Keluar dari rumah Alex bingung. Dia tak tau mana arah selatan karena tak memiliki kompas.

"Kenapa berhenti?" tanya Sandra.

"Aku tak tau mana selatan, kata Jack kita harus ke selatan."

"Selatan sebelah sana," kata Sandra lalu mengajak ayahnya berlari, karena sedari tadi ayahnya seperti patung yang mengikuti ke mana pun orang menggajaknya.

Baru beberapa menit mereka berlari terdengar ledakan yang dahsyat dari rumah itu. Seketika Alex berhenti dan menyaksikan rumah itu hancur terbakar.

"Sialannnnn, Jack!"

"Sandra kamu dan ayah tetap lari ke selatan dan bawa ini setelah agak jauh. Pencet tombol ini jangan lebih dari tiga menit. Aku akan segera menyusul."

"Kamu mau ke mana?"

"Aku harus kembali menjemput Jack," kata Alex.

Sandra menangis sesenggukan. "Jangan pergi pleaseee ...."

"Aku pasti kembali aku janji," kata Alex lalu berlari kembali menuju rumah itu.

Berharap hal yang di takutkannya tak terjadi.

DIA KERAS KEPALA.

DIA PASTI SELAMAT.

DIA TAK KAN KENAPA KENAPA.

PASTI. ITU PASTI.

Mantra Alex yang terus diucapkannya sambil terus berlari menghampiri bangunan yang sudah hancur berantakan.

*****

TBC.