Chereads / WEDDING MR.A / Chapter 56 - SADIS

Chapter 56 - SADIS

Happy Reading.

****

Alex merasa dadanya berdegup kencang mengiringi tiap langkah kakinya. Adrenalin berpacu di tubuhnya. Antara khawatir takut dan penasaran.

Alex terus berlari hingga mencapai bangunan yang sudah hancur itu. Lalu Alex mulai mengendap endap memutarinya.

Bagaimanapun juga dia tak mau gegabah. Alex belum tau siapa saja yang selamat dari ledakan itu. Bisa teman bisa juga musuh.

Suasana hening sangat mencekam Alex terus berjalan hingga sampai di bibir pantai. Alex mengembuskan napas lega saat di sana Di tengah fajar yang menyingsing Jack masih berdiri walau dia dikerubungi hampir 20 orang dengan senjata yang mengarah kepadanya. Sedang dia mengarahkan pistolnya tepat di pelipis Chameleon.

Apa yang harus kulakukan? batin Alex. Alex memang pernah diajari menembak oleh Jack. Tetapi ayolah dia seorang businessman tak ada dalam daftar cita-citanya untuk mengadakan baku tembak dengan penjahat mana pun.

Alex mengeluarkan pistol kecil yang diberikan Jack dari balik pinggangnya. Sambil merunduk Alex mencoba mengarahkan tembakan pada salah seorang anak buah Chameleon yang paling dekat dengan Jack.

Klik ...

Whattttt? Pistol apa ini suaranya pelan sekali. Tidak mengeluarkan asap atau apa pun. Tapi sedetik kemudian Alex terkejut karena orang yang dibidiknya jatuh tersungkur.

Jantungnya serasa melompat keluar.

Ya tuhan dia baru saja membunuh orang. Jika benar orang itu mati.

Alex berusaha menenangkan napasnya yang ngos-ngosan. Ayolah Alex jika kau tak membunuh orang itu Jack atau bahkan dirimu sendiri yang akan mati, hibur Alex pada dirinya sendiri.

Seketika terjadi kehebohan di antara anak buah Chameleon karena rekan mereka yang tiba-tiba mati.

Jack yang tau siapa pelakunya berusaha tenang walau sebenarnya dia panik juga. Bagaimana mungkin Alex malah kembali. Dasar Alex bodoh. Apa dia tak tau keberadaannya justru membuatnya tak bisa bergerak leluasa, batin Jack, hanya berharap Marco segera muncul di mana pun dia bersembunyi dan membawa Alex pergi dari wilayah ini.

Klik!

Klik!

Alex membidik dua kali lagi dan tak lama 2 orang tergeletak tak bernyawa. Tetapi ternyata gara-gara tindakannya kini posisinya diketahui musuh.

Dor, dor, dor!

Alex dihujani peluru yang mengarah padanya. Dan dia hanya bisa merunduk dan sesekali membalasnya. Dia tak tau apakah tembakannya ada yang kena atau tidak karena dia hanya bisa menembak asal.

"Butuh bantuan, Bro?"

"Astaga ...." Alex kaget setengah mati karena tiba-tiba Marco sudah ada di sampingnya.

"Harusnya kamu lari bareng istrimu? Napain balik lagi?"

"Aku khawatirin Jack. Takut tubuhnya hancur gara-gara bom tadi," kata Alex ngaco.

"Ck, ck, ya sudah tetep merunduk, jangan bergerak aku akan memutar lewat kanan dan menyerangnya dari belakang," kata Marco dan langsung melesat pergi.

Namun baru juga berapa detik tiba-tiba ada yang meletakkan pistol di kepala Alex.

"Bos, aku menemukan orangnya," kata orang yang menodong Alex.

Chameleon tertawa senang. "Turunkan senjatamu atau temanmu akan mati!" kata Chameleon kepada Jack yang tetap stay menodongan pistol di kepalanya.

Dor!

Satu peluru menembus kaki Alex, membuatnya jatuh terduduk.

"Turunkan RED!" Mau tak mau akhirnya Jack menurunkan senjatanya dan membuangnya. Lalu salah seorang anak buah Chameleon menggiringnya dekat Alex.

"Kau tak apa?" tanya Jack.

"Yeah hanya tertembak," kata Alex sambil meringis menahan sakit.

"Ada pesan terakhir RED?" tanya Chameleon penuh kemenangan. Menyaksikan seorang Cohza yang akhirkan akan segera dia lenyapkan.

"Hati-hati di belakangmu!" kata Jack santai.

"MERUNDUUUKKKKK!" teriak seseorang.

Secepat kilat Jack menubruk Alex agar merunduk. Telinga Alex serasa berdengung kencang. Suara tembakan bersahut-sahutan di atasnya. Seperti kembang api di malam tahun baru.

Lalu tiba-tiba semuanya hening.

Alex mengangkat kepalanya melihat ke sekelilingnya dengan jelas karena matahari sudah bersinar. Di sekitarnya semua anak buah Chameleon tergeletak tak bernyawa.

Lalu tubuhnya serasa membeku melihat laki-laki yang menyelamatkannya masih berdiri dengan bertumpu pada senjatanya. Tubuhnya berlumuran darah karena entah berapa puluh peluru yang bersarang di tubuhnya.

MARCO ....

"Aku menyisakan satu untukmu," kata Marco di antara napasnya yang memburu. Lalu melempar senjata apinya ke arah Jack.

Jack yang awalnya syok melihat keadaan Marco, langsung tersadar, dan menangkap senjata itu dan mengarahkannya pada Chameleon yang ternyata masih hidup, tapi ke dua kakinya sudah tertembak.

"PERGILAH KE NERAKA!" kata Jack dan langsung melubangi kepalanya dengan peluru. Bukan hanya sekali tetapi berkali-kali.

Alex tak tahan melihat kemarahan Jack yang terus menembaki orang-orang yang sudah mati.

Baru kali ini Alex melihat otak berhamburan.

Berhamburan dalam arti yang sesungguhnya.

Dan itu membuatnya benar-benar mual hingga dia memuntahkan semua isi perutnya tanpa terkecuali.

*****

DI TEMPAT LAIN

Sandra berusaha berlari tetapi tidak bisa karena posisinya yang menggendong Anggeline dan menarik sang ayah yang masih melamun. Alhasil dia hanya bisa berjalan secepat mungkin menjauh dari pantai.

Sandra sudah kualahan apalagi Anggeline yang mulai rewel karena berjam-jam belum disusui.

Akhinya Sandra berlindung di balik pohon besar dan menyusui Anggeline terlebih dahulu. Ternyata Anggeline juga ngompol sehingga baju dan celananya basah semua. Sandra bingung kalau gak diganti pasti Anggeline akan rewel terus. Tapi mau ganti pake apa?

"Ayah ...."

Tama menoleh pada putrinya.

"Anggeline basah! Bagaimana ini?"

Ajaib ayahnya yang dari tadi bengong seperti tersadar dan secara refleks, melepaskan pakaian Anggeline yang basah. Kepalanya celingak-celinguk karena tak dapat menemukan apa pun untuk membungkus cucunya. Akhirnya dia melepaskan kausnya dan memakaikan pada Anggeline agar tetap hangat dan kering.

Sandra langsung baper banget melihat itu. Mungkin ayahnya gak sadar bahwa perbuatannya itu mencerminkan seorang kakek yang menyayangi cucunya walau dalam keadaan terpuruk dia masih bisa memikirkan cucunya.

Padahal beberapa jam yang lalu ayahnya baru mendapat serangan sakit hati dan syok yang bertubi-tubi.

"Terima kasih Ayah," ucap Sandra terharu.

Tama hanya mengangguk sambil tersenyum pahit.

****

TBC