Chereads / To infinity and Beyond / Chapter 28 - LIKE A RIVER FLOWS SURELY TO THE SEA

Chapter 28 - LIKE A RIVER FLOWS SURELY TO THE SEA

Cinta adalah tentang waktu.

Tak baik bertemu orang yang tepat

Terlalu cepat atau terlambat

-avianti Armand-

*******************************************************

Bagi Alaska tidak ada hari yang lebih indah dibandingkan dengan hari senin. Senin berarti wal dari minggu baru, pergi bekerja dan tumpukan pekerjaan yang menanti untuk dikerjakan selama lima hari kedepan yang itu artinya Alaska tidak harus terjebak didalam rumah atau luntang-lantung mencari tujuan hanya untuk menghabiskan sisa hari libur dan membunuh rasa bosan. Mungkin bagi sebagian orang bekerja hanya merupakan bagian dari tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan namun bagi Alaska Dahayu bekerja merupakan salah satu dari kegemarannya. Oleh karena itu hari senin tidak pernah menjadi beban baginya.

Seperti biasa, setiap hari senin Alaska harus mengikuti apel di Polda bersama seluruh anggota Ditpolairud yang bertugas di bagian staf atau mereka yang tidak bertugas dilapangan. Setelah selesai apel polda barulah mereka kembali ke Markas komando Ditpolairud yang terletak di daerah somber dan membutuhkan waktu tempuh 30 menit dari Polda.

Sesampainya di ruangan, Alaska melepas jaket, meletakan tas eiger abu-abu rokoknya dan menyalakan komputer. Setelah itu dia membuka ponselnya untuk memeriksa pesan di whatsapp. 5 pesan pada group nefelibata

Selfi :

Good morning. Hi guys, gimana kemaren acara nginepnya?"

Alif:

Eh anjir lah kakaknya gans banget! Yuk lah main ke rumahnya Dalilah lagi mumpung masih ada kakaknya. Mayan cuci mata. Siapa tahu bisa caper hihihi

Yuna:

Helehhh , sejak kapan kau peduli dengan laki-laki ganteng?

Selfi :

Oh.. si Kala. Kalian ketemu Kala kemaren?

Alif :

Iya kak, sumpah ya dia laki-laki tertampan yang pernah aku lihat seuumur hidupku.

Yuna:

Iya ganteng si ..

Ketika Alaska hendak ikut menimpali pembicaraan di dalam group itu tiba-tiba pesan dari Dalilah muncul di beranda group nefelibata

Dalilah :

My brother is off limit. Too dengerous for you guys.

Dua detik kemudian muncul pesan dari selfi

Selfi:

I can tell..

Alaska yang sejak tadi sudah menatap layar ponsel langsung membaca isi pesan itu yang kemudian di hapus satu detik setelah pesan itu terkirim. Kemudian, pesan yang dihapus itu detik selanjutnya digantikan oleh pesan yang serupa dengan konteks berbeda.

Selfi :

Iya, dia kelihatan berbahaya waktu kemaren kita ketemu di Mcd, iy kan @Alaska?

Ada hal yang mencurigakan, Alaska bisa merasakannya, namun apa tepatnya dia tidak mengetahuinya. Cara selfi merespon "i can tell" seakan-akan dia sudah mengenal Kala sejak lama, namun mengapa detik selanjutnya Selfi merubah pernyataan nya dengan konteks yang memberikan kesan seakan dia merasa bahwa Kala berbahaya saat mereka pertama kali bertemu di McD beberapa hari yang lalu. Hal ini sedikit mengusik Alaska, namun Alaska memlih mengabaikan fakta tersebut karena saat ini apapun hal mencurigakan itu tidak ada hubungannya dengan dirinya,

Alaska :

Couldn't agree more.

Dalilah:

Any way, jam berapa kamu sampai rumah tadi malam @Alaska?

Alaska:

About Quarter past 11

Yuna :

Hemmm.. i smell something suspicious here. Terakhir aku check, kemaren kamu pulang dari rumah Dalilah sekitar jam 9. Butuh 2 jam yang untuk sampe kerumah mu dari rumah Dalilah?"

Alaska :

None of your business.

Yuna:

Off limit, baby. Off limit

Alif:

Apa? Kenapa? Ada apa? Kok @yuna tau Alaska pulang dari rumah Dalilah jam 9?

Beberapa saat kemudian Yuna mengirimkan sebuah gambar hasil screen captured yang berisikan percakapn via Whatsapp antara Yuna dan alaska

Yuna:

Alaska, masih dirumah Dalilah? Tolong bawakan sikat gigiku yang tertinggal di kamar mandi

( 8.55 pm)

Alaska:

Mbb*. Aku sudah di mobil ini dalam perjalanan pulang

(9.15 pm)

Yuna :

Mobil? Mobil siapa? Sama siapa? PAP!

(9.20 pm)

Yuna selalu menjadi yuna. Si pengungkap fakta dan ratu sarkasme diantara mereka.

Melihat gambar screen captured itu, Alif dan Wini langsung merespon hampir pada saat yang bersamaan

Alif : terus PAP nya mana?

Wini : naik mobil siapa?

Yuna : menurut kalian siapa ? kalau sampe Dalilah nanya jam berapa Alaska sampe rumah?

Alif :

Issssssssssssssssssss

Alaska:

Get back to your work peeps!

Alaska menutup aplikasi Whatsapp dan kembali berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Semenjak pindah ke bagian Operasional satu tahun yang lalu, Alaska memiliki pekerjaan yang lebih banyak mulai dari membuat rencana kegiatan harian, sampai laporan hasil pelaksanaan kegiatan dan evaluasi bulanan. Dia terlalu sibuk untuk memikirkan tuan Kala Carvalho. Sampai akhirnya ketika jam makan siang sebuah pemberitahuan pesan masuk muncul dilayar ponselnya dari Sebuah nomor tidak dikenal

+628xxxxxxxxx

I think, it's yours.

Sebuah gambar sapu tangan muncul beberapa detik kemudian.

Alaska :

Maaf, ini siapa ya?

+628xxxxxx

Your another trash can.

Trash can? Butuh beberapa detik bagi Alaska untuk menebak siapa si Trash can ini sampai akhirnya dia teringat perbincangannya dengan Kala tadi malam. Cepat-cepat Alaska menyimpan nomor tidak dikenal itu dalam kontaknya

Alaska:

Ok

Off limit:

You know who am I?

Alaska:

Ya, and that handkerchief is not mine

Off limit:

I knew. Just needed an axcuse to call you

Bahaya! Lampu tanda bahaya tiba-tiba menyala dikepala Alaska. Ada sesuatu dalam dirinya yang seakan memberikan sebuah pertanda bahwa laki-laki ini selicin belut dan berbisa seperti ular. Sesuatu yang seperti intuisi memperingatkan Alaska untuk menjauh dari laki-laki itu.

Alaska:

Get lost!

Off limit :

Hem.. you play hard to get, don't you? I like it.

Alaska:

Aku tidak bermain trik apapun. I just found out that you are annoying.

Off limit:

Later baby..

Ada yang salah dengan laki-laki ini. Dia yang mulanya begitu dingin tiba-tiba bersikap hangat dan manis pada Alaska. Tidak mungkin seseorang berubah hanya dalam waktu semalam jika bukan karena ada suatu alasan dibalik tindakannya. Mungkinkah pria itu telah jatuh cinta pada pandangan pertama padanya? Batin Alaska. Tidak! Alaska menggelengkan kepalanya dengan keras. Jangan biarkan romantisme yang mengalir dalam darahnya mengambil alih benteng logikanya. Sebuah benteng yang sudah susah payah dia bentuk di dalam kepalanya semenjak insiden kegagalan kisah cintanya pada Kama. Laki-laki tidak jauh berbeda, mereka tidak percaya pada cinta dan romantisme dengan segala remah-remah nya.

Logika berhasil memenangkan pertempuran dalam benak alaska meski sisa-sisa prajurit romantisme dalam dirinya sedikit membuatnya berharap bahwa entah bagaimana seorang Kala Carvalho mungkin saja jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Meski sedikit namun harapan itu ada di dalam hati Alaska.