Kadai Nasi goreng yang mereka kunjungi merupakan kedai yang kebetulan merupakan langganan Alaska dan Dalilah. Setiap kali Alaska bermalam dirumah Dalilah, mereka sering makan malam di kedai itu. Kedai nasi goreng itu hanya sebuah kedai kecil yang menyajikan berbagai macam menu nasi goreng dan mie, namun kedai itu cukup ramai karena citra rasa masakan nya yang lezat. Selain itu pemilik kedainya adalah sepasang suami istri yang ramah sehingga membuat para pengujung merasa nyaman, setidaknya Alaska dan Dalilah selalu merasa nyaman disana. Terkadang mereka akan berbincang-bincang sambil menyantap nasi goreng hingga larut malam. Menurut Alaska, Keramahan juga merupakan strategi marketing yang baik.
Pemilik kedai yang sudah mengenal Alaska langsung menyapa Alaska ketika dia memasuki kedai dan menatap Kala dengan tatapan penuh keingintahuan. Alaska datang ke kedai itu bukan lah hal baru, tapi Alaska datang bersama seorang pria itu adalah hal yang baru. Bahkan Alaska tidak pernah mengajak Kama untuk makan malam di kedai Nasi goreng langganannya. Bagi Alaska Kedai Nasi goreng ini adalah tempat istimewanya dengan Dalilah seperti kedai mie Ayam yang merupakan tempat istimewanya dengan Selfi.
" bu, nasi gorengnya satu sama...."
Alaska menoleh kearah Kala karena dia tidak tahu menu apa yang disukai Laki-laki itu.
"Mie goreng pantura" jawab Kala sembari duduk di sebuah kursi di salah satu meja.
"Makan sini ya bu" ucap Alaska kepada ibu pemilik kedai.
"Tumben mba enggak sama Mba yang satunya itu?" Tanya ibu pemilik kedai sambil membungkus nasi goreng pesanan pelanggan yang sudah datang terlebih dahulu.
Alaska hanya tersenyum simpul dan ibu pemilik kedai tersenyum penuh arti sambil melirik kearah Kala yang sudah berkutat dengan ponselnya. Setelah memesan, Alaska perlahan berjalan kearah Kala dan duduk pada kursi disisi lain meja yang berhadapan dengan Kala. Ketika Kala merasakan kehadiran Alaska, kemudian dia mengalihkan perhatiannya dari ponsel kearah Alaska. pria itu meletakkan ponselnya diatas meja dan menatap Alaska yang merasa canggung.
tingkah laku pria itu semakin menggelitik dan mengusik hati Alaska. Meski hanya sebuah tindakan kecil, namun tindakan Kala yang mengalihkan perhatiannya dari ponsel ketika Alaska mendekat merupakan sebuah tindakan yang manis, setidak nya menurut Alaska. Karena dijaman digital ini, dimana manusia lebih menyukai berinteraksi melalui sosial media, memindahkan kehidupan mereka kebalik layar kecil yang menawarkan seisi Dunia, sudah sangat jarang manusia yang menghargai sesamanya. Bahkan ketika kebanyakan orang berkumpul dengan kolega, keluarga atau bahkan pasangan mereka, benda kecil dengan layar yang mereka sebut smartphone itu jauh lebih menarik daripada kebersamaan itu sendiri. Sekarang, Kebersamaan tidak lebih dari konten snapgram dan status Whatsapp. Tapi, pria Kaku dan menjengkelkan ini meletakkan smartphone nya dan menatap Alaska.
" maaf sudah membuat mu merasa tidak nyaman" ucap Kala
Alaska hanya mengangguk pelan. Dia paham yang dimaksud Kala adalah insiden yang terjadi di rumahnya satu jam yang lalu. Alaska memang sedikit terkejut dengan kejadian itu karena meski sudah cukup lama mengenal tante Tami namun ini pertama kalinya Alaska menyaksikan kejadian tersebut. Meskipun Alaska begitu penasaran dengn detil dan alasan dibalik kejadian yang cukup dramatis itu, Alaska tidak mau membuat Kala merasa tidak nyaman. Oleh karena itu Alaska merubah topik pembicaraan.
"Aku dan Dalilah sering makan disini." Ucap Alaska dengan nada seriang yang dia mampu.
"Aku tahu." Jawab Kala singkat.
"Bagaimana kamu bisa tahu?"
" kemarin saat aku dan Dalilah makan disini, dia bercerita tentang kebiasaan kalian" jawab Kala yang masih menatap Alaska dengan intens.
Alaska menghela napas panjang, berusaha menghilangkan rasa gugupnya. Jika begini cara pria ini menatap seorang wanita, tidak heran banyak wanita yang bertekuk lutut pada nya. Kala bahkan tidak perlu mengatakan apapun untuk merayu, dia cukup menatap seorang wanita dan kemudian dalam satu menit wanita itu bahkan akan merelakan jiwanya untuk dijual. Bagaimana seseorang bisa begitu menggoda dan berbahaya disaat yang bersamaan ? Atau mungkinkah semua yang berbahaya itu pasti menggoda? Tanya Alaska pada dirinya sendiri.
Seakan bisa mencium rasa gugup Alaska, Kala semakin menyiksa hatinya dengan menatapnya semakin intens dan mengajukan sebuah pernyataan yang mengandung kalimat perintah dengan intonasi yang mengintimidasi, membuat Alaska lengah. Sebuah kalimat yang tidak pernah Alaska sangka akan diajukan pria itu.
"Ceritakan padaku tentang dirimu!" Seakan yakin Alaska akan begitu saja menuruti kata-katanya, Kala melipat kedua lengannya dan menyandarkan tubuh pada sandaran kursi. Kala berusaha terlihat rileks namun hal itu sama sekali tidak mengurangi auranya yang mengintimidasi.
" aku kira kita tidak pada posisi dan situasi untuk saling bertukar informasi pribadi" jawab Alaska berusaha terlihat tidak terintimidasi.
" siapa bilang bahwa kita akan saling bertukar informasi pribadi? Hanya kamu yang akan menceritakan tentang dirimu tapi tidak sebaliknya"
Alaska terbelalak karena keterkejutannya atas rasa percaya diri dan keangkuhan pria yang duduk dengan bahu tersandar di kepala kursi tanpa mengurangi aura menggodanya. "Hentikan Alaska!" Perintahnya pada diri sendiri yang terus menerus membiarkan perhatiannya teralihkan oleh ketampanan dan pesona pria itu.
"Apa yang membuatmu begitu percaya diri bahwa aku akan bercerita tentang diriku padamu?"
Kala mengangkat bahunya dan berkata "because you are a curious cat"
Alaska mengangkat sebelah alisnya yang tebal dan gerakan itu merupakan satu-satu nya gerakan paling mengintimidasi yang mampu Alaska lakukan. Namun, sayangnya Kala sama sekali tidak terusik akan hal itu.
"How could that even answer my question? If I am the curious cat, then don't you think I am the one who should-some how seduce you and use that exclamation sentence to tell me about yourself?" Tanya Alaska.
" yes I'd love to be seduced, but Curious cat don't speak to ask its object. They prefer do stupid things"
"Huh! Unbelievable! Jadi,maksud kamu karena aku ingin mengetahui segala hal tentang kamu, kemudian aku akan secara impulsif melakukan hal bodoh dengan lebih dahulu mengungkap jati diriku dan menceritakannya pada mu dengan sukarela? Wake up Ken! I am not one of your Barbies"
Wajah Alaska memerah karena amarah yang membara seperti api unggun melahap batang kayu. Seperti itulah amarah membakar dadanya. Laki-laki ini begitu menyebalkan dan mengganggu. Setiap kata yang dia ucapkan selalu dapat mengganggu Alaska, mengusik egonya sehingga membuat Alaska merasa buruk bahkan ketika melontarkan kalimat balasan sekalipun. Pria ini membangkitkan hal buruk dalam dirinya seperti tindakan impulsif, jawaban kekanak-kanakan dan amarah. Alaska lebih menyukai ketenangan dan pria ini jelas-jelas datang seperti badai yang harus dihindari.
Seperti bensin yang disiramkan keatas bara api, Pria itu memilih untuk tersenyum pada Alaska. senyumnya yang begitu dingin namun mempesona disaat yang bersamaan membangkitkan sesuatu pada diri Alaska. Wajah Alaska semakin memerah dan napasnya menjadi semakin tidak teratur.
"Dan asal anda tahu ya Mr. carvalho, saya tidak berminat untuk merayu anda"
Tepat ketika Kala ingin mengatakan sesuatu, ibu pemilik kedai datang sambil membawa pesanan mereka. Sambil tersenyum penuh arti kearah Kala dan Alaska, ibu pemilik kedai mempersilahkan mereka makan dan beranjak pergi.
Mereka menikmati sepiring nasi goreng dan sepiring mie goreng pantura dalam diam. Tidak ada satu pun diantara mereka yang sepertinya berniat memecah keheningan. Hanya suara penggorengan yang beradu dengan spatula, pelanggan lain yang saling berbincang, suara televisi yang menanyangkan salah satu acara ragam dan hiruk pikuk jalanan yang menyelubungi keheningan mereka seakan Kala dan Alaska bukanlah bagian keramaian itu sendiri. Seaka mereka berada pada dimensi lain.
Sampai akhirnya, Sambil menyisihkan sawi dan kol di dalam nasi gorengnya, Tanpa sadar Alaska memecahkan keheningan diantara mereka.
"Aku benci sayuran apalagi di piring nasi gorengku. Gara-gara kamu aku lupa ingatkan ibu pemilik kedai" gerutu Alaska.
Kala mengangkat pandangannya dari piring mie kearah Alaska, dia mengernyit karena bingung atas topik acak yang baru saja dipilih Alaska untuk menyudahi genjatan senjata mereka. Kala memilih untuk diam dan tetap mendengarkan Alaska yang masih belum sadar telah membuka perbincangan dan menjadikan dirinya sebagai bahan perbincangan.
"Aku heran sama orang-orang yang suka sayur. Sayur itu rasanya aneh dan aku percaya hanya kambing yang makan daun-daun hijau. Ya walau kol warnanya putih tapi tetap aja sayur! Yeack! I hate it."
Ungkap Alaska sambil memindahkan sortiran sayur di atas piringnya ke piring Kala seakan Kala adalah salah satu anggota keluarganya.
" kedua kakak dan adik ku yang terobsesi sama sayur. Mereka bilang sayir itu sehat and agood diet! Hah! Aku tidak butuh good diet and need tasty diet. Tapi mama selalu bersikeras buat menejalkan sayur-mayur itu padaku. Untung kaka Angga, kak Angkasa dan Andra adalah saudara baik hati, mereka selalu dengan senang hati menampung sayuranku. Karena kan mubadzir juga kalau dibuang."
Kala tidak hanya membiarkan Alaska mengisi piringnya dengan sawi dan kol, namun terus membiarkan Alaska berbicara satu araha. Sambil menyantap Makanannya tanpa merasa jijik atau terganggu dengan tingkah Alaska, Kala mendengarkam dengan seksama setiap kata yang diucapkan Alaska.
" tapi, meski mereka mau menampung sayur ku bukan berarti mereka tidak mengeluh bahkan mereka sering memarahiku. Kaka Angga sering berkata " pantas saja kulitmu kusam, karena kamu malas makan sayur." Kak Angkasa juga tidak jauh berbeda setiap kali aku memberikan sayurku padanya dia akan berkata dengan dingin " tidak heran tubuhmu kurus kering begitu. Bagaimanal laki-laki dapat tergoda jika bentuk tubuhmu rata seperti papan triplek?" Mereka sungguh menyebalkan! Yang paling parah adalah Andra! Tapi aku menyayangi mereka. I miss them."
" apakah Dalilah juga sering menerima transferan sayur dari piring nasi gorengmu?"
"Hah! Mana mungkin Dalilah mau, dia akan berteriak " Gross! Eat it if you want it or just throw it! I am not you personal trash can!"
Alaska menirukan gaya bicara sahabatnya dan terkekeh atas tingkahnya sendiri.
"And what does make you think I wanna be your trash can?" Tanya Kala datar.
Pada saat itu Alaska baru tersadar bahwa orang yang sejak tadi menampung sawi dan kolnya bukanlah salah satu dari ketiga saudara laki-lakinya atau kedua orang tua nya melainkan pria menyebalkan yang baru beberapa menit yang lalu membuat ya jengkel. Sambil menahan rasa malu Alaska melirik keatas piring yan beberap saat lalu masih penuh terisi mie goreng pantura dan sekarang sudah kosong.
" dia memakan semua sawi dan kolnya" batin Alaska
Alaska tersenyum simpul. Sesuatu yang aneh terasa didalam dadanya seperti bunga yang bermekaran dimusim semi. Kemudian, ketika tatapan mata mereka berserobok, perut Alaska terasa melilit seperti ada jutaan kupu-kupu yang sedang mengepakkan sayap didalam perutnya dan ketika pria itu berkata
" ayo, sudah malam. I'll drive you home"
Jantung Alaska berdegup kencang. Namun kali ini Alaska bukan wanita berusia 20 tahun yang dulu dengan mudah ya terpesona dengan laki-laki hanya ketika mendengar nada deringnya. Jika Kama yang setenang itu bisa menjadi berbahaya, maka laki-laki badai ini memiliki potensi memporak porandakan hatinya. Alaska bertekad untuk tidak jatuh pada jebakan yang sama. Dulu, dia mungkin seorang gadis yang polos tapi dia tidak bodoh. Hanya tikus bodoh yang akan mauk kedalam perangkap untuk kedua kalinya.
Beberapa saat kemudian,mereka sudah kembali duduk didalam mobil yan melaju menembus keramaian kota Balikpapan. Sekali lagi keheningan menyelubungi mereka. Kala menatap lurus kedepan dan Alaska membuang pandangannya kearah jalanan yang sudah dia lewati ribuan kali setiap harinya. Hanya sayup suara merdu Elvis presley yang melantunkan lagu "can't help falling in love with you" yang menggema didalam mobil itu.
"Wise man says only fool rush in..
But I can't help falling in love with you.."
Kala melirik kearah Alaska
" shall I stay
Would it be a sin, if I can't help falling in love with you"
Kala mendesah dan berkata
" Alaska Dahayu. Memiliki dua orang kakak bernama Angga dan Angakasa, dan memiliki satu orang adik bernama Andra. Tidak menyukai sayur-mayur dan bripikir bahwa hanya kambing yang memakan daun-daun hijau. See? In the end of the day you told me something about yourself first."
" like a river flows
Surely to the sea"
Alaska menoleh kearah Kala dan untuk sesaat tatapan mereka bertemu, sebelum akhirnya Kala membuang pandangannya kearah jalan. Ada berjuta pertanyaan dalam kepala Alaska dan ada ratusan cara untuk membalas perkataan laki-laki itu, namun Alaska terlalu terperangkap dalam pikirannya sendiri. Mungkin karena lagu romantis, malam yang semakin larut atau hanya karena Hari yang melelahkan Alaska memilih untuk diam.
"Darling so it goes
Somethings are meant to be"
" kamu tau Alaska? Malam ini aku baru sadar, Kamu tidak harus makan sayur atau melakukan apapun hanya untuk menggoda Laki-laki. You are just fine. Just the way you are."
Sekali lagi tatapan mereka terkunci dan mereka tenggelam dalam keheningan, tidak ada satupun diantara mereka yang bersuara kecuali sang legenda Elvis Presley yang melantunkan bait selanjutnya.
" so take my hand...
Take my whole life too"