Chereads / To infinity and Beyond / Chapter 24 - SETENTRAM SUBUH (2)

Chapter 24 - SETENTRAM SUBUH (2)

Bibir sensual yang sedari tadi menyedot perhatian Alaska bergerak membentuk kalimat

"Are you ok?"

Mereka mengapung ditengh kolam renang, saling berdekatan hanya sejauh dua jari jarak antra hidung Alaska dan hidung pria itu. Tidak ada salah satu diantara mereka yang berniat mengalihkan pandangan ataupun menarik diri seakan mereka sedang mengkuti kompetisi menatap.

Dari posisinya Kala bisa melihat dada alaska yang naik turun, dada itu memang tidak semontok dada wanita-wanita yang biasa dia tiduri tapi cukup menarik untuk Kala. Sedangkan Alaska tanpa dia sadari sedang menatap kearah bibir Kala yang penuh dan sexy.

Dengan sedikit perasaan enggan Alaska mengalihkan perhatiannya dari bibir itu Ke sepasang bola mata coklat bening. Mata Kala sebening air hangat yang baru satu kali dicelup dengan kantung teh. Mata itu menatap Alaska dengan sorot yang sama dengan 5 tahun yang lalu saat Alaska hampir terjerembab diatas Kapal. Apakah arti dari sorot mata itu? Batin Alaska. Sebuah pertanyaan yang Dia tahu tidak akan pernah terjawab.

Selama satu menit, Alaska tidak menjawab pertanyaan Kala. Alih-Alih mendesak, pria itu hanya terdiam dan tidak mengalihkan tatapan nya dari wajah Alaska. Wajah yang sekilas pandang terlihat biasa saja. Meski tidak secantik Dalilah-adiknya- atau puluhan wanita yang sudah di tidurinya (hampir ratusan sebenarnya), wajah Alaska sangat berkarakter. Dia memiliki tulang dahi yang sedikit menonjol dengan sepasang alis tebal yang sedikit berantakan. Matanya bulat sperti boneka meski sayang bulu matanya tidak lentik. Tulang Hidungnya tinggi, bibir penuh dan rahang yang indah. Ditambah lagi warna kulitnya yang sewarna coklat panas membuat dia menguarkan aura yang sensual. selama satu menit itu lah mereka saling menatap. Mempertanyakan sikap satu sama lain, menilai segala sesuatu yang mereka lihat dihadapan masing-masing.

Alaska yang tidak bisa mencegah dirinya mengagumi profil Kala. Wajah yang sempurna, otot-otot yang sempurna bahkan suara yang terdengar merdu ditelinganya menambah nilai kesempurnaan pria itu. Kala terlalu sempurna untuk menjadi nyata. Sedangkan Kala tidak dapat menampik kenyataan bahwa nona Alaska Dahayu ini ternyata memiliki pesona. Tubuhnya yang langsing, kulitnya yang terasa halus digenggaman tangannya bahkan cara wanita itu menjilat bibirnya pun terlihat mempesona.

" apa baru saja aku mengatakan bahwa caranya menjilat bibir mempesona?" Batin kala. Cepat-cepat Kala mengalihkan pandangannya dari wajah Alaska dan berenang sedikit menjauh untuk menciptakan sebuah jarak yang dibenci Alaska.

Alaska terbelalak mendengar isi pikirannya sendiri "apa ini? Mengapa aku membenci jarak diantara kami?" Alaska merasa ngeri dengan tubuhnya yang bereaksi aneh atas gerakan-gerakan kecil yang diciptakan Kala.

"Mengapa kamu menarik ku dari dasar kolam?" Bukannya menjawab pertanyaan Kala, Alaska malah mengajukan pertanyaan lain.

"Aku mengamati mu dari jendela kamar" Kala mengangkat dagunya kearah sebuah jendela besar dibelakang Alaska yang merupakan Jendela Kamar di lantai satu. Spontan Alaska menoleh ke arah yang ditunjukan oleh dagu kala.

" dan aku kira kamu kelelahan setelah berenang gila-gilaan di pagi buta. Aku kira kamu tenggelam." Lanjut Kala sambil berenang ketepi kolam dan memperlebar jarak diantara mereka.

"Wait, sejak kapan kamu memperhatikan aku? Apakah mengintip termasuk kegemaran mu?" Tanya Alaska yang masih mengapung di tengah Kolam. Sesungguhnya Alaska sudah mulai merasa kedinginan namun dia enggan mingikuti Kala ketepi kolam dan memberikan Laki-laki itu akses untuk melihat tubuhnya yang hanya ditutupi bikini milik Dalilah. Crap! Alaska mengutuk dirinya sendiri yang tadi pagi memutuskan menggunakan bikini sexy milik sahabatnya itu. Dia tidak memperkirakan jika Kala sudah berada dirumah pagi-pagi buta begini. Bukankah dia seharusnya masih ditemoat tidur salah satu hotel bersama wanita nya?

" pertama lady, aku tidak bermaksud memperhatikan mu. Aku terbangun karena suara gaduh yang kau buat di pagi-pagi buta." Sekarang kala sudah benar-benar keluar dari kolam renang. Menyambar handuk yang tadi diletakkan Alaska diatas kursi sebelum melompat kedalam kolam.

" put that down! Aku yang bawa handuknya!" Handuk itu satu-satunya harapan Alaska untuk menutupi tubuhnya setelah keluar dari kolam. Tanpa itu artinya dia harus berlari kelantai dua dengan keadaan setengah telanjang dan itu sebuah ide yang buruk.

Alih-alih menanggapi seruan Alaska atau melaksanakan kalimat perintah yang terkandung di dalamnya, Kala tetap menyambar handuk bersih itu dan menggunakan nya untuk mengeringkan tubuh.

"Aku kira kamu pencuri karena ibu dan adik ku tidak mungkin bangun sepagi ini di akhir pekan. Dan kedua, aku sama sekali tidak perlu mengintip hanya untuk melihat tubuh wanita." Kala berbalik dan menatap Alaska yang setengah melongo menatapnya sambil berusaha menjaga tubuhnya mengambang diair.

" itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan ku: mengapa kamu memperhatikan aku dari jendela?"

Kala mengangkat bahunya dengan malas sambil meletakan bokongnya diatas kursi dengan gerakan yang sama malasnya. Seakan-akan dia ingin menunjukan bahwa apapun yang akan dia katakan selanjutnya hanyalah ucapan kosong tanpa arti apapun.

"Entahlah. Any way, you got nice body" kala mengedipkan sebelah matanya. Apakah dia baru saja mengedipkan mata? Bahkan Kala sendiri pun terkejut dengan apa yang baru saja dia lakukan. Benar dia adalah pria brengsek dan benar adanya bahwa dia adalah pria dingin tidak berperasaan tapi dia tidak pernah menjadi pria penggoda. Nona pemarah ini benar-benar mengganggunya namun rasanya sungguh menyenangkan menggoda Alaska. Jadi, Kala memutuskan untuk terus mengganggunya sampai dia pada akhirnya akan bosan sendiri.

Alaska membuka dan menutup mulutnya berkali-kali ingin mengatakan kata-kata umpatan dan berteriak pada pria arogan, dingin, dan ternyata penggoda itu, namun otak nya tak dapat bekerja dengan benar. Alaska ingin menghampiri Kala dan menghantam rahangnya yang indah itu. "Hentikan! Berhenti memuji ketampanan laki-laki itu disaat kau seharusnya marah" Perintahnya pada diri sendiri dalam hati. Namun, dia tidak dapat melakukan hal tersebut karena dia tidak mau mengekspos tubuhnya lagi dihadapan pria itu.

Melihat Alaska yang tidak berniat untuk keluar dari Kolam meski bibirnya sudah mulai berubah biru, Kala berkata " sampai kapan kamu berencana tinggal disana? Apa kamu sedang melancarkan aksi bunuh diri lagi?"

Alih-alih berenang ketepi kolam dan keluar untuk menghangatkan diri, Alaska memilih berenang kesisi kolam yang lebih jauh dari Kala untuk menciptakan jarak yang lebih besar diantara mereka. Otaknya tidak bekerja dengan benar jika berada didekat Pria tampan itu. "Astaga Alaska! Sadarkan dirimu!" Lagi-lagi dia mengutuk dirinya sendiri yang tidak bisa berbohong atas ketampanan Kala.

"Letakkan handuk itu dan menyingkirlah dari sini!" Alaska berseru

Kala terkekeh " terakhir ku periksa, rumah ini adalah rumah ibu KU"dia memberi penekanan pada suku kata 'ku'. " jadi kamu tidak berhak memberiKU perintah" lagi-lagi penekanan pada suku kata ku.

Alaska mendengus dan Kala hanya menaikan sebelah alisnya. "Lihat! Dia menaikkan sebelah Alis. Hanya sebelah Alis! Bukankah hanya iblis jahat yang seharusnya bisa melakukan itu? Dan Oh Tuhan dia begitu Tampan" Alaska benar-benar ingin mencabik-cabik pikirannya sendiri.

"Please?" Akhirnya Alaska berusaha sebisa mungkin menunjukan raut wajah memohon yang manis. Dia harus segera menjauh dari pria ini. Seluruh tubuh Alaska bisa merasakan bahaya yang dibawa bersama kesempurnaan itu. Dia tidak ingin trlibat dengan pria itu tidak peduli seberapa menggodanya Kala. Pria itu semenggoda buah Kuldi yang ditawarkan siti hawa pada Adam.

Kala berdiri dan melangkah ketepi kolam. Sambil menyodorkan handuk kearah Alaska yang masih berada di sisi lain kolam dia berkata dengan raut wajah datar tanpa ada senyum menggoda dan kedipan mata. alaska hampir berpikir Laki-laki itu merubah kepribadiannya dalam sekejap

"Kemarilah dan ambil sendiri" sekarang Kala terlihat dan terdengar serius.

Dengan perasaan ragu Alaska berenang kesisi kolam dimana Kala sedang menyodorkan handuk. Tepat ketika Alaskan sampai dan akan menyambar handuk itu, dengan sengaja Kala menjatuhkan nya ke air.

" ups. Tanganku lelah karena kamu berenang terlalu lambat." Lagi-lagi senyuman jahil itu muncul diwajah Kala.

Dengan geram Alaska menatap handuk yang menjadi satu-satunya harapan Alaska jatuh kedalam air dan Kala yang masih tersenyum jahil bergantian. Dasar iblis! Batin Alaska. Seakan dapat mendengar isi pikiran Alaska, Kala berbalik meninggalkan Alaska sambil tertawa. Tertawa puas karena sudah terhibur. Kala memutuskan bahwa mengganggu sahabat adiknya yang manis itu adalah hal yang pertama yang menghiburnya sejak kembali ke Balikpapan.

Alaska cepat-cepat keluar dari Kolam dan mengenakan handuk yang sekarng sudah basah kuyup, lebih baik menggunakan handuk basah ketimbang setengah telanjang berlari kelantai dua. Alaska membiarkan Kala masuk kedalam kamarnya terlebih dahulu sebelum berlari kelantai dua.

Tanpa mereka sadari semua kejadian itu disaksikan oleh seseorang dari kejauhan. Dengan tatapan dingin orang itu mengepalkan tangannya ketika melihat Kala melenggang pergi sambil tertawa.