Chereads / To infinity and Beyond / Chapter 12 - PULANG (2)

Chapter 12 - PULANG (2)

Duduk dikelas ekonomi sebuah pesawat untuk 20 jam kedepan bukan lah hal yang disukai Kala. Kala tidak pernah sekali pun merasa takut atau gemetar setiap kali kapal diterjang gelombang tapi berpergian menggunakan pesawat selalu membuat Kala gugup. Selama 7 tahun terakhir, dia baru dua kali berpergian menggunakan pesawat yaitu saat tahun lalu ketika dia harus pulang ke Balikpapan setelah Dalilah menyampaikan kabar bahwa wanita-yang namanya tidak pernah kala sebut lagi- menikah dan ketika dia harus kembali ke tokyo dimana Miss Marelyn sedang berlabuh saat itu.

Tiba-tiba kenangan satu tahun yang lalau menyerbu pikirannya. sambil menatap nanar kearah hiruk-pikuk bandara melalui jendela pesawat, Kala membiarkan kenangan itu diputar ulang didalam kepalanya.

Tahun lalu ketika Kala tengah membaring peta dan memeriksa buku mutasi kapal, ada sebuah panggilan masuk. Di ponselnya tertera nama Dalilah. Tidak biasanya Dalilah menghubungi Kala dihari kerja karena Dalilah tahu bahwa Kala tidak pernah menerima panggilan dari siapapun anggota keluraganya dihari kerja, tapi ada sebuah perasaan aneh, ketika nama dalilah muncul dilayar ponselnya. Jantung Kala berdegub kencang dan dia tergerak untuk mengangkat panggilan itu seakan-akan ada sesuatu yang menggerakan tangannya. Sebuah suara berkata didalam kepalanya

"Angkat! Itu penting!"

Kala adalah laki-laki yang sangat mengikuti intuisi. Dia sangat peka, contohnya saat dulu ketika sang ayah meninggalkan ibunya, dia mendapatkan firasat selama satu minggu sebelum malam petaka itu terjadi. Dia tidak dapat tidur dengan nyenyak, perutnya tidak pernah merasa lapar, dan tanpa satu alasan yang jelas jantungnya selalu berdegub kencang setiap dia berada di satu ruangan yang sama dengan kedua orang tuanya. Sejak saat itu Kala selalu mempercayai intuisinya. Hanya sekali dia lengah, ketika miss Marelyn kecurian tali kapal saat sedang lego jangkar di perairan Teluk Balikpapan 5 tahun yang lalu.

Tidak pernah mengulangi kesalahannya lagi, Kala mengikuti intuisinya dan mengangkat panggilan itu. Ketika suara Dalilah yang terdengar ragu-ragu tanpa isakan tangis, Kala merasa lega. "Itu artinya ibu baik-baik saja" batin Kala

" ada apa? Apa ibu jatuh sakit? Apa kamu baik-baik saja? Apa Kafka pulang? " kala langsung memberondong Dalilah dengan semua hal buruk yang mungkin terjadi.

Terdengar di seberang sana Dalilah menghela napas. Suaranya terdengar ragu-ragu seakan-akan dia sedang menimbang-nimbang apakah sebaikanya memberi tahu Kala atau tidak.

"Dal? Is everything ok? Tell me"

" mom's fine,Aku juga baik-baik aja, and nope, kafka is not home. But if he is , he is not even worth an interntional call."

Kala berjalan menjauh dari meja besar yang terletak ditengah-tengah dianjungan kapal. Sambil menatap lautan yang gelap, Kala bertanya-tanya tentang alasan Dalilah menghubunginya.

"Lalu?"

Sejenak Dalilah terdengar ragu

"dia akan menikah minggu depan. Tadi dia datang untuk mengantar undangan pernikahan buat Aku dan kamu. Dia bilang dia berusaha menghubungi mu lewat e-mail, tapi tidak pernah ada balasan"

Hening

Tidak ada jawaban, tidak ada tanggapan. Seakan ada palu yang menghantam jantungnya, Kala merasa nyeri itu terlalu nyata. Dia meremas dadanya erat-erat dan berpegangan pada kemudi kapal untuk mencegah kakinya yang gemetar ambruk.

" dia menikah? Dia akhirnya benar-benar menjadi sesuatu yang tidak akan pernah bisa aku miliki kembali. Dia akhirnya menjadi milik orang lain." Batin Kala

" kak? Kak? Are you ok? Kak?" Dalilah terdengar sangat khawatir. Dia tahu hal ini akan benar-benar menghancurkan hati kakaknya yang sudah tidak utuh lagi.

" kapan tanggal pernikahannya?"

"6 maret 2016"

"Aku akan datang"

Terseret kembali ke masa kini oleh suara pemberitahuan bahwa pesawat akan segera landas, Kala menyentuh sudut matanya yang tanpa sadar sudah berlinang air mata. Jika teman-temanya tahu sisi dirinya yang seperti ini, mereka akan mencabut gelar "Playboy Arogan" yang diberikan padanya. Kecuali, Ameer tidak ada satu pun rekan kerjanya diatas kapal maupun diluar mengetahui sisi dirinya yang ini.

Mereka selalu berspekulasi bahwa Kala adalah tipe laki-laki tampan yang sangat menyadari ketampanannya dan menggunakan hal itu sebagai aset untuk menjerat wanita dan bersenang-senang. Padahal kisah sesungguhnya tidak sekeren itu. Yang membuat kala tidak memiliki hubungan serius dengan wanita manapun adalah karena Kala tidak pernah bisa memberikan hatinya kepada wanita lain. Dan yang membuat Kala selalu cukup dengan hubungan satu malam adalah karena kebutuhan biologisnya yang membuat dia berpindah dari satu dekapan wanita kedekapan wanita lain tanpa pernah melibatkan hati disana.

Sesungguhnya Kala sudah lelah. Jauh dilubuk hatinya yang terdalam dia ingin melabuhkan hatinya dan beristirahat, tapi tidak peranah ada satu wanitapun setelah dia yang mampu menggetarkan hati Kala. Sekali dalam seumur hidupnya Kala jatuh cinta, dan dia tidak pernah bisa bangkit lagi dari tempat dimana hatinya memilih untuk jatuh.

Sudah bertahun-tahun Kala berusaha melupakan apa yang telah terjadi diantara wanita itu dan dirinya. Sudah bertahun-tahun kala menyibukan diri agar tidak pernah memiliki waktu untuk membiarkan kenangan akan wanita itu menguasai pikirannya. Mungkin seluruh air di lautan tidak akan pernah cukup untuk menenggelamkannya, namun sedikit saja kenangan akan wanita itu mampu membuatnya tenggelam. Tenggelam dalam duka yang begitu dalam.

kala menyesali keputusannya untuk membiarkan kenangan akan wanita itu diputar ulang dalam kepalanya, karena sekarang dia harus duduk dikelas ekonomi sebuah pesawat selama 12 jam sebelum mendarat di tokyo untuk transit dan melanjutkan penerbanban menuju jakarta selama 8 jam dalam penderitaan berlipat ganda. Penderitaan karena harus terbang selama 20 jam dikelas ekonomi, penderitaan karena pria yang duduk disebelahnya tidak mau berhenti mendengkur dan penderitaan karena kembali merindukan wanita itu.