Ada beberapa jenis efek 'slow motion' yang biasanya ada dalam salah satu adegan film. Satu: Efek Slow motion saat pemeran wanita berjalan kearah pemeran pria dengan backsound lagu romantis, angin berhembus yang menerpa helaian rambut untuk menambah efek dramatis, dan langkah kaki yang menggema di dalam kepala si pemeran utama pria "klotak, klotak, klotak". Dua: Efek slow motion saat sosok pahlawan menerjang masuk dengan gaya bertarung yang tangguh kedalam arena pertempuran. Tiga : efek slow motion saat seorang psikopat sedang berusaha menakut-nakuti mangsanya yang sedang bersembunyi dibalik lemari. dan saat ini, Lidsey berjalan mnghampiri Alaska dengan efek slow motion ketiga. Bagaikan mangsa yang sedang meringkuk ketakutan dibalik lemari, setiap langkah yang diambil Lidsey dan senyum yang mengembang diwajahnya membuat Alaska merinding. Seakan dia sedang dihampiri seorang pembunuh bayaran, tapi kali ini si pembunuh bayaran bukan mengincar nyawanya tapi mengincar hatinya.
Semakin dekat wanita itu berjalan kearah Alaska, semakin besar keinginannya untuk melarikan diri. Alasan dia pergi dari mes malam ini adalah untuk menghindari wanita itu, tapi malahan mereka akan terjebak dalam suatu rungan gelap. Alaska mungkin tidak akan melihat kemesraan mereka didalam sana, tapi dia sudh cukup dewasa untuk bisa membayangkan apa yang mungkin terjadi disana. Kecuali dia bisa melarikan diri dari sini, dia akan terhindar dari segala jenis kemalangan yang di akibatkan rasa cemburu yang terus menggrogoti jiwanya.
Seluruh saraf ditubuhnya memerintahkan untuk memutar tubuh dan mengambil langkah seribu, hanya ego yang akhirnya berhasil membuat Alaska tetap diam ditempat. Dia mengenakan baju zirah terbaiknya : senyum palsu. Alaska menghela napas, mengangkat dagu lebih tinggi dan bersiap untuk berperang. Lidsey mungkin sudah "merampas" kama dari tangannya, tapi Alaska tidak akan membiarkan wanita mungil berwajah malaikat itu merampas harga dirinya.
" hei" sapa Lidsey. Detik selanjutnya dia sudah berjinjit dan menempelkan pipi meronanya diatas pipi Alaska.
"Hei. Kok enggak bilang kalau kamu ternyata nonton juga malam ini?" Alaska berusaha terdengar santai.
"Sebenarnya aku enggak mau nonton, tapi adi maksa nonton. Dia suka banget film ini dan dia bilang dia kangen aku jadi sekalian mau ketemu"
"Emang ada yang tanya?" Batin Alaska. Alih-alih mengutarakan suara batinnya, Alaska hanya tersenyum dan menoleh kearah teman-teman nya yang sedikit kebingungan.
Mereka tahu bahwa Alaska mencintai Laki-laki tampan yang sedang berdiri didepan pintu studio 2 itu. Mereka juga tahu bahwa wanita yang baru saja 'cipika-cipiki' dengan Alaska ini adalah kekasih baru laki-laki itu. Serta, mereka lebih dari sekedar tahu bahwa wanita mungil yang sedang berdiri dihadapan Alaska itu adalah teman satu kantor Alaska. Mereka tahu terlalu banyak sehingga sulit untuk tidak membenci si Lidsey ini.
Berusaha mencairkan suasana canggung diantara mereka, Dalilah menggandeng lengan Alaska dan melangkah menuju pintu studio dengan gayanya.
"Ayo! Enggak usah basa basi, udah mau mulai film nya!"
Ketiga teman lainnya mengekor dibelakang dan hanya melirik sekilas kearah Lidsey. Lidsey tersenyum dan ikut berjalan berdampingan dengan mereka. Sesampainya didepan pintu studio Alaska tersenyum kearah Kama. Dengan sikapnya yang tidak pernah merasa berdosa, entah karena dia benar-benar tidak mengetahui perihal perasaan Alaska terhadapnya atau hanya karena dia merasa memiliki kuasa atas hati Alaska, Kama tidak sedikit pun terganggu dengan apa yang baru saja terjadi. Dengan santai dia merangkul pundak Alaska seperti yang biasa dia lakukan selama mereka bersahabat.
" kamu nonton juga toh? Kalau aku tahu kamu dan teman-teman mu nonton, tadi aku traktir sekalian"
" makasih, tapi enggak perlu. Kami udah beli tiketnya dari dua hari yang lalu"
ini Dalilah dan dia berdusta. Sambil melepas rangkulan lengan Kama dipundak Sahabatnya, Dalilah berjalan sambil setengah menggeret Alaska memasuki studio.
" I don't like that guy and neither the bitch!" Bisik Dalillah
"Sstttt... mereka bisa dengar lo" yuna menegur Dalillah.
" sengaja!"
Setelah selesai nonton film yang berdurasi lebih dari 2 jam dan usaha keras untuk meghindari Lidsey dan Kama, mereka melanjutkan acara jumat malam itu di lalapan Kacong yang terkenal karena sambel dan kol goreng nya. Lalapan pinggir jalan itu terletak di daerah gunung sari. Sebenarnya cukup jauh dari area Balikpapan super blok dimana e-walk berada. Mereka harus menempuh 15 menit perjalanan menggunakan sepeda motor dan menembus ramai nya lalu lintas kota Balikpapan diakhir pekan. Sesampainya disana , Yuna langsung memesan makanan yang biasanya mereka pesan setiap kali mereka makan di warung lalapan itu.
"3 ayam goreng, 2 bebek goreng, kol gorengnya tambah dan 1 pete bakar. Minumnya 5 es teh "
" porsi nasi saya dikurangin ya pak lek*!" Alaska berseru dari tempatnya duduk.
" diet?" Dalilah bertanya sambil menyalakan satu batang rokok.
Belum sempat Alaska menjawab, yuna sudah mengomeli dalilah dan menarik batang rokok dari selipan jari Dalilah yang lentik.
" dalilah! Aku enggak tahan asap rokok! Lupa sama peraturannya? No smoking! Kamu smoking nya klo lagi enggak sama kami aja! lagian kenapa butuh rokok kalau udah ada si wini yang bisa menghibur kamu?"
" kok aku? Emang aku badut? Perasaan aku enggak pernah ngelucu"
" kamu enggak perlu ngelucu win. Kamu diem aja udah lucu" timpal Dalilah.
Yuna tergelak, wini pura-pura memberengut, Dalilah terkekeh, Alaska dan Alif hanya tersenyum.
Berada ditengah-tengah para sahabatnya membuat hati Alaska sedikit tenang, tapi tidak dapat membuat sepenuhnya tenang. Meski raga nya sedang duduk diatas kursi kayu ditengah-tengah keramaian warung pinggir jalan Ini, hati dan pikirannya melayang-layang membayangkan kejadian beberapa jam yang lalu. Pikirannya memutar kenangan tentang bagaimana Lidsey menggandeng Kama, bagaimana Kama tersenyum pada Lidsey, dan bagaimana dengan santainya Kama merangkul pundak Alaska didepan kekasihnya. Seakan meneriakan pernyataan tidak langsung bahwa Alaska hanya dia anggap sebagai sahabat dan teman memancing yang tidak perlu dikhawatirkan kekasihnya.
Alaska mendesah. Ternyata bunyi desahannya cukup keras sehingga membuat ke empat temanya menoleh secara bersamaan.
" are you ok?" Alif bertanya.
" pasti gara-gara si Lidsey dan Kama lagi? Udah lah ka, move on!" Timpal yuna.
Ketika Alaska ingin memberi komentar atas pernyataan yuna, pesanan mereka tiba. Piring demi piring disajikan. Sampai ppsetelah hidangan terakhir yang berupa pete bakar diletakan diatas meja mereka, barulah Alaska bersuara.
" enggak segampang itu yun. Aku mau nya move on, tapi hatiku belum bisa."
"Kama? Kama itu yang mana?"
"Astaga wini!"
Wini memang selalu menjadi yang paling lambat memahami segala hal kecuali yang berhubungan dengan skin care dan make up. Dia selalu lupa setiap kali mereka menyebut nama Kamandanu adi dalam versi Alaska karena biasanya Selfi selalu menyebut nama sepupunya itu adi. Hal-hal seperti ini selalu membuat wini bingung.
" kama win! Kamandanu adi. Adi win! adi!. Sepupunya selfi yang tadi ketemu kita di bioskop" dengan enggan yuna menjelaskan.
Dalilah yang tidak pernah menjadi si pemberi penjelasan di kelompok mereka tidak memusingkan perihal wini yang belum bisa mencerna bahwa Kama dan adi adalah orang yang sama. Itu tugas yuna.
" kamu salahkan lagi hati. Kamu jadikan lagi hatimu alasan , ka. Padahal satu-satunya yang paling menderita dalam dirimu itu ya hati kamu. Bukan hati yang mengatur segala sesuatunya dalam dirimu, tapi otak. Kalau kamu terus menerus mendoktrin dirimu kalau kamu tidak sanggup, ya kamu tidak akan pernah sanggup"
" iya, aku setuju dengan Dalilah" ucap Alif singkat.
"Terus aku harus gimana?"
"Makan, pulang, tidur, dan besok bangun pagi dengan tekad 'i am moving on bitch!'" Dalilah berkata sambil menyantap bebek gorengnya.
Alaska meringis. Dalilah menyarankan untuk makan, pulang, tidur , dan besok bangun dengan tekad untuk 'move on'. Bagaimana mungkin dia bisa melaksanakan itu besok? Jika besok dia malah akan pergi memancing dengan satu-satu Obyek yang harus dia hindari untuk mencapai tujuan nya yaitu 'move on'.
Setelah selesai menghabiskan semua makanan, mereka saling berpamitan satu sama lain. Mereka berpisah dan kembali kerumah masing-masing kecuali Alaska dan Dalilah. Alaska harus kembali ke mes polwan sedangkan Dalilah-mereka semua sudah terbiasa-pergi kemana pun hatinya menyuruh dia pergi. Hanya Tuhan dan dia yang tahu apa yang dia lakukan setelah tengah malam.
Keesokan harinya, Alaska bangun terlambat. " bagus, terlambat bangun adalah langkah awal untuk merusak misi "move on" nya. Ketika dia keluar kamar, keadaan mes sudah sepi. Spertinya Lidsey sudah berangkat ke bandara untuk pergi ke Jakarta mengikuti pelatihan bintara dasar polair selama satu bulan. Alaska memeriksa ponselnya. Ada satu panggilan tak terjawab dan sebuah pesan dari mama, satu pesan dari Kama dan puluhan pesan di group Nefelibata. Sudah bisa ditebak pesan mana yang dibaca lebih dulu oleh Alaska. Tepat sekali! Pesan dari sang Kamandanu Adi.
Kama :
Kita mancingnya jam 2 siang ya. Aku nganter Lidsey ke bandara dulu.
Alaska melirik jam waker yang diletakkan diatas meja disamping tempat tidur dan jam itu menunjukan sudah pukul 11 pagi. Dengan antusias yang tidak pernah berkurang walau sudah berkali-kali disakiti, di sepelekan, dipermainkan, dan di gantung perasaanya. Alaska membalas pesan Kama
Alaska :
Ok. Meet you there.
Kemudian alaka membuka pesan dari mama. Sebuah oesan yang berisi pengingat untuk tidak lupa shalat, jangan terambat makan, dan jangan lupa mencuci pakaian. Pesan berikutnya yang dia buka adalah pesan di group nefelibata. Yang pertama kali muncul adalah sebuah gambar yang di unggah oleh yuna. Gambar itu menunjukan Dalilah yang terkapar dengan penampilan acak-acakan diatas tempat tidur yuna.
Yuna:
Kelakuannya si raksaksa mabuk! Pagi-pagi buta gedor-gedor rumah orang! Ada yang punya saran buat bangunin dia?"
Ini bukan kali pertama dalilah mabuk dan datang kerumah mereka secara bergantian. Jadi ini bukan hal baru dan tabu untuk dibicarakan didalam group mereka.
Wini :
Waktu dia di rumahku, aku siram aja pake air.
Selfi :
Tepok aja itu bokongnya.
Waid :
Astaga demi raja belewah! Kenapa lg dia?
Murti :
Coba buatkan dia minuman pereda mabuk. Terus tunggu aja nanti dia bangun sendiri
Alif:
Sebentar aku googling dulu, yuna mana tahu caranya buat minuman pereda mabuk dan enggak ada satu pun diantara kita yang tahu. Kan cuman dia yang tukang mabuk.
Alaska :
Biarin aja dia, nanti dia juga bangun sendiri.
Alaska meletakkan ponselnya diatas nakas kemudian membuat sereal untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Setelah satu mangkuk sereal lenyap dan berpindah dengan tentram kedalam perutnya, dia mandi sambil mencuci pakainnya yang sudah menumpuk. Ketika keluar dari kamar mandi, waktu sudah menunjukan pukul 13.30 wita. Alaska bergegas menyiapkan alat pancingnya kemudian pergi menuju dermaga polairud yang bisa dia tempuh dengan berjalan kaki dari mes karena mes nya masih bersda didalam lingkungan kantor.
Ternyata Kama sudah lebih dulu berada disana. Karena sudah lebih dari 2 tahun mereka rutin memancing disini. Orang-orang sudah mengenal Kama, jadi Kama tidak perlu lagi di jemput di pos penjagaan seperti pertama kali mereka memancing. Dia hanya perlu meletakan Kartu Tanda penduduk nya di pos penjagaan dan pergi ke dermaga dengan sendirinya tanpa harus dipandu. Kama sudah sangat familiar dengan kondisi kantor ini.
"Andai dia juga sefamiliar itu dengan hatiku" batin Alaska.
Menyadari ada seseorang yang mendekat, Kama menoleh dan tersenyum pada Alaska dan melakukan kebiasaannya yaitu merangkul pundak Alaska. Kama pernah mengatakan alasan dia suka merangkul pundak Aaska adalah karena tinggi badan mereka yang hampir sama. Hal itu membuat Kama merasa merangkul adiknya.
"Aku bawaim ice coffee jelly kesukaan mu. Tadi aku mampir ke Mcd."
Kama menyodorkan segelas ice coffe jelly dan Alaska menerimanya.
Sambil menyiapkan alat pancing dan membuka kursi lipatnya, Kama berkata
" kemaren setelah filmnya selesai aku nyariin kamu dan teman-teman mu tapi kayaknya kaliam udah ngilang aja"
"Kami udah kelaparan jadi langsung keluar cari makan."
Hening sesaat.
Alaska mulai berkonsentrasi dengan umpan yang dia lempar dan Kama sedang membuka botol minuman soda kesukaannya. Tidak ada satu pun diantara mereka yang berbicara sampai akhirnya Alaska memecah gelembung keheningan itu.
" aku pikir kamu bukan penggemar marvels. Kalau enggak salah kam pernah cerita kalau kamu penggemarnya DC."
" aku emang bukan penggemarnya Marvel. Tadi malam itu Lidsey yang maksa buat nonton. Awalnya kami mau nonton live akustik di ruko bandar, tapi tiba-tiba dia mau nonton Thor: ragnarok"
Alaska tertegun. Jelas tadi malam lidsey mengatakan bahwa Kama yang memaksanya untuk menonton fllm Thor: Ragnarok di bioskop, tapi sekarang Kama bilang bahwa Lidsey yang tiba-tiba merubah rencana. Apakah Lidsey merubah rencana sesudah atau sebelum dia menanyakan tujuan Alaska kemarin siang?
" kapam dia merubah rencananya?"
" tepat setelah aku menjemputnya di mes"
" jam?"
" sekitar jam 7, kenapa?"
"Kekasih mu yang kenapa?" Batin Alaska.