Chereads / To infinity and Beyond / Chapter 20 - UNEXPECTED WAY (1)

Chapter 20 - UNEXPECTED WAY (1)

Jangan bertanya: sudah sembuh?

Tidak ada org yang betul-betul sehat. Aku cuma lebih sakit darimu. Aku sedang memberi diriku kesempatan berharap dan percaya

-maan mansyur-

************

Agustus, 2018

" aku tahu alasan dibalik juteknya sikap Lidsey pagi tadi waktu kita sarapan di hotel" celetuk selfi ketika dia dan Alaska sedang mendorong trolly bagasi menuju kedai starbuck di bandara Sam Ratulangi, Manado.

"Kenapa?" Jawab Alaska berusaha terdengar tak acuh meski sesungguhnya ketika Selfi membawa topik pembicaraan ini jantungnya berdegup kencang. Itu karena semua pembicaraan yang awalnya membahas Lidsey akan bermuara membahas Kama. Topik yang selalu membuat jantung Alaska berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya.

Sudah hampir satu tahun ini Alaska menjaga jarak dengan Kama. Mereka masih sesekali saling bertegur sapa lewat sosial media atau sekedar saling mengomentari status masing-masing di whatsapp, namun tidak lebih dari itu. Tidak ada lagi rutinitas memancing bersama, makan di Mcdonald's atau sekedar nongkrong di starbuck. Mereka masih berteman tapi tidak sedekat dulu dan hal itu tidak membuat semuanya terasa lebih baik.

Alaska mendesah.Kenangan akan kejadian satu tahun yang lalau menyerbu pikirannya tanpa dapat dia bendung. Masih teringat dengan jelas dalam benaknya bagaimana Kama memberikan sebuah karangan bunga dan boneka lumba-lumba merah muda kepada Lidsey di depan mes polwan polair satu hari setelah dia melihat tulisan yang di unggah oleh Lidsey di akun sosial medianya. Satu hari setelah dia harus merasa hampa semalaman dan Pagi setelah malam dia begitu ingin menangis namun air matanya menolak keluar. Malam itu alaska berharap bahwa besok Kama akan datang padanya dan menjelaskan bahwa semua yang ditulis kekasihnya itu hanyalah sebuah kebohongan. Dengan harapan yang masih tersisa Alaska kembali ke mes keesokan harinya hanya untuk dibuat lebih kecewa lagi.

Saat itu Alaska yang baru saja datang setelah menginap di rumah Dalilah karena dia tidak setegar itu untuk melewati malam sendiri, menghentikan langkahnya tepat 10 meter sebelum sampai di sebuah bangunan mes polwan. Langkahnya terhenti ketika dia mendengar suara seorang pria yang sangat dia kenal yaitu suara Kama. Sebelum mendengar kalimat lengkap yang akan dikatakan Kama, sebuah suara berbisik di dalam benaknya

"Lanjutkan langkahmu, jika kamu tidak ingin tersakiti lebih jauh maka melangkahlah"

Namun alih-alih mengikuti suara itu, Alaska menghentikan langkahnya untuk mendengar apa yang akan dikatakan Kama. Hati kecilnya berharap, kama akan marah besar kepad Lidsey dan mengatakan bahwa sesungguhnya dia diam-diam menyimpan perasaan kepada Alaska namun bukan kalimat-kalimat itu yang didengarnya melainkan:

" aku berencana meminta Alaska untuk meletakkan boneka dan bunga ini di atas tempat tidur mu sebagai kejutan ketika kamu datang besok babe"

Deg! Jantungnya berpacu begitu cepat. Kaki nya bergetar hebat dan matanya terasa panas. Air matanya hampir tumpah seperti tampungan air yang diisi terus menerus semalaman.

"Jangan menangis! Jangan menangis !" Bisik Alaska pada dirinya. Dia tidak akan menangis dan tidak akan memulai untuk menangis hanya karena seorang pria terutama pria itu adalah Kama. Sebab Alaska yakin cinta adalah kebahagiaan, maka dia yang kamu cintai dan mencintaimu tidaklah seharusnya membuat mu menangis. Alaska tidak ingin menangis karena Kama ,dia terlalu mencintai pria itu.

Dan seperti seorang pecundang, dengan mengepalkan tangan dan mengangkat dagu Alaska memutar tumitnya kemudian melangkah pergi menjauh.

"Aku tidak mendengar apapun" bisiknya pada diri sendiri.

"Earth to Alaska!"

Selfi melambai-lambaikan tangan didepan wajah Alaska yang terbakar matahari karena selama 6 bulan terakhir secara intensif melaksanakan kegiatan selam sebagai bentuk persiapan mengikuti pemecahan rekor muri penyelam wanita terbanyak di manado. Kemarin mereka sudah berhasil menjadi bagian dari event penyelaman wanita terbanyak di Indonesia tahun ini .

" kenapa? Tadi kamu bilang apa?"

Selfi tidak mengeluh seperti biasanya ketika Alaska terhanyut dalam pikirannya sendiri karena dia adalah sahabat yang mengetahui dengan persis apa yang telah Alaska lalui sepanjang tahun ini. Sebuah senyuman maklum tergambar diwajahnya dan dengan sabar mengulangi apa yang dia katakan

"Aku bilang, Lidsey dan Kama baru aja putus"

"Oh"

"Cuman 'Oh'?"

"Kamu berharap aku bilang apa?"

"I don't know. Mungkin kamu bilang " hah! Tuh liatkan ! Mampus kamu diputusin Kama!" Atau sesuatu seperti " Karma is Bitch!" Mungkin juga "see? Apa aku bilang paling lama juga setahun!" Apapun kecuali 'oh' "

"Aku bukan kamu sel" batin Alaska.

Alaska bukanlah pribadi yang dapat mengekspresikan dirinya. Ketika sedih dia tiak bisa menangis, bukan karena dia tegar tapi karena air matanya entah mengapa menolak untuk mengalir. Ketika dia gembira dia hanya tertawa seadanya, ketika dia kesal dan marah dia hanya akan diam dan memilih untuk bertengkar sendiri didalam kepalanya.

Sungguh, dia ingin mengatakan semua kalimat yang dicontohkan oleh sahabatnya itu. Dia ingin memaki, dia ingin menjerit dan tertawa kegirangan tapi semua ekspresi itu hanya mampu dia tuang dalam satu kata yaitu "oh"

" are you happy or are you not?"

" is he ok? "

" maksudnya? Aku nanya ke kamu dan kamu malah nanyain keadaan Kama?"

" kalau dia baik-baik saja walau putus dengan Lidsey, then I am happy for him. Tapi kalau dia tidak baik-baik saja , then I am not"

Selfi menggeleng-gelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin sepupunya itu tidak bisa melihat besarnya cinta yang ditawarkan Alaska padanya? Apa yang sesungguhnya dicari oleh kaum pria sehingga mereka begitu buta untuk melihat cinta?

" I was asking about your feeling not his. What about you? Kamu bahagia atau tidak?"

Tanya selfi sambil meletakan trolly bagasi di dekat pintu masuk kedai starbuck. Kemudia mereka sama-sama memesan minuman dan setelah itu duduk disalah satu kursi tepat disamping kaca besar dimana memberikan mereka akses akan barang bawaan mereka yang ditinggal didepan kedai.

Alaska melihat jam tangannya, menunjukan pukul 13.30 Wita. Mereka masih memilki waktu satu jam lagi sebelum boarding menuju Balikpapan. Satu jam lagi sebelum mereka meninggalkan Manado. Manado adalah kota yang luar biasa Indahnya. Pengalaman menyelam di Bunaken, menyantap kuliner khas kota manado, dan kegiatan pemecahan rekor muri yang dilaksanakan di pantai kawasan mega mas tidak akan terlupakan. Namun Balikpapan akan selalu menjadi rumah dan bagian terbaik dari berpergian adalah ketika tiba saatnya untuk pulang ke rumah.

"Sejak kapan perasaan ku tidak berotasi pada perasaan nya? Jika dia bahagia maka aku bahagia dan begitu pula sebaliknya."

Jawab Alaska setelah mereka duduk dikursi tersebut. Sambil menunggu nama mereka dipanggil oleh barista, Alaska dan Selfi memanfaatkan waktu mereka untuk mengobrol. ketika mereka kembali ke rombongan nanti tidak ada lagi kesempatan untuk membicarakan hal ini karena Lidsey ada diantara rombongan itu. Bahkan di dalam pesawat terbang nanti pun Lidsey akan duduk diantara mereka. jadi dua sahabat itu menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk membahas hal-hal yang menyangkut Lidsey didalamnya.

" do you wanna know something? Kalau ada buku atau film yang pemeran utamanya macam kamu ni , buku atau filmnya itu enggak akan laku! "

Alaska tergelak. Hanya selfi yang selalu mampu membuat nya tertawa meski dia sedang merasa sedih.

"Emang biasanya buku dan film yang laku itu karakter heroine nya macam apa? Macam kamu?"

" ya enggak juga"

"Lah terus?"

" ya kalau di pikir-pikir enggak ada di kehidupan nyata" mereka tergelak

" tapi aku serius lo! Contohnya aja Karakter Elizabeth di Pride and prejudice : pintar, tegas, cantik, sedikit jutek, anak orang miskin ya walau engga miskin-miskin amat. Terus karakter Kaera di Antalogi rasa : cantik, pintar, Bankir, bad ass, sexy As fuck, suka dugem, asyik. Karakter shazi di The wrath and The dawn : cantik, memiliki tekad, pemberani, pintar. Sedangkan kamu semuanya setengah-setengah. Kamu engak miskin, enggak kaya. Enggak asyik, terlalu datar malah. Yang jelas kamu enggak suka dugem. Dan parahnya kamu enggak jutek tapi bucin. Cowok itu suka tantangan Ka! Tantangan!"

Alaska memutar bola matanya. Selfi si penggila buku-buku novel romansa dan film-film romantis entah bagaimana selalu dapat menyisipkan perumpamaan, kutipan, dan bahkan adegan dari sebuah novel dan film disetiap sesi pemberian petuah nya.

" aku tidak kenal satupun tokoh-tokoh yang kamu sebutin tadi, tapi satu hal yang pasti aku enggak punya dan tokoh-tokoh itu punya : kecantikan dan laki-laki tidak akan terpesona oleh tantangan sel, tapi mereka terpesona oleh kecantikan!"

"Bukan itu maksudku ka, siapa bilang kamu enggak cantik? Kamu cantik."

"Iya aku cantik tapi kan cuman dimatamu."

" dimata dirimu sendiri kamu enggak cantik?"

Pertanyaan itu menohoknya. Alaska terdiam. Dia tidak pernah merasa dirinya cantik. Sejak kecil dia tidak pernah dipuji cantik. Pujian terindah yang pernah dia dapat dalam hidupnya mengenai dirinya sendiri adalah "enaknya ya jadi orang tinggi" dan itu tidak memberikan keuntungan apapun dalam urusan percintaan.

Melihat Alaska yang tidak bisa menjawab pertanyaan itu, Selfi melanjutkan perkataan nya.

"Kamu cantik dilihat dari sudut pandang pria dan orang-orang yang mencintaimu karena kita tidak bisa terlihat cantik dari sudut pandang semua orang, terlebih orang yang membencimu. Seorang wanita dicintai bukan hanya karena dirinya cantik tapi seorang wanita menjadi lebih cantik karena dicintai. Cantik itu reletif alaska. Aku dimata Pria lain pasti tidak terlihat cantik tapi aku dimata Nur-suami ku-pasti terlihat cantik. Aku merasa lebih cantik setiap harinya karena cinta yang dia limpahkan kepada ku seperti sinar matahari dan air segar yang memberi kehidupan pada bunga. "

Selfi terdiam sejenak, Alaska bergeming memperhatikan serat kayu meja yang begitu halus.

" kamu cantik dimataku karena aku mencintai dan mengagumimu sebagai sahabatku. Dan aku juga berharap aku cantik dimatamu." Selfi tersenyum di akhir ucapannya.

"Kamu selalu cantik dimataku." Lirih Alaska berkata

"Dengan kata lain, Kama tidak cukup mencintaiku untuk membuatku merasa cantik?" Imbuhnya

Selfi menggeleng "dengan kata lain Kama sama sekali tidak mencintaimu karena dia tidak bisa melihat kecantikan dalam dirimu. Jadi berhentilah mencari di tempat yang salah. Berhentilah menunggu di stasiun yang sama untuk kereta yang berbeda. Kelak suatu saat akan ada pria yang pada akhirnya melihat kecantikan dalam dirimu."

Alaska tersenyum getir. Apa yang dikatakan Selfi terdengar menyakitkan namun begitu jujur. Alaska tahu sahabatnya itu tidak bermaksud menyakitinya. Selfi hanya bermaksud menyadarkan Alaska dari penantian sia-sia yang berbuah semu. Dia berusaha menyelamatkan sahabatnya dari penderitaan tak berujung : cinta yang tak terbalas.

Alaska tidak pernah menyangka cinta pertamanya akan serumit ini. Dulu, ketika cinta dalam pikirannya hanyalah satu pandang yang mencuri hati kemudian bermekaran seperti bunga musim semi. Dia menyangka bahwa cinta akan selalu mekar dipohon yang tepat. Namun, ternyata cinta bukan hanya sekedar satu musim yang indah. Cinta dapat jatuh seperti salju dimusim dingin, semua terasa salah. Tapi semua hal ini tidak membuatnya berhenti percaya bahwa cinta itu ada karena buktinya cinta yang ada diantara kedua orang tuanya. Dengan sedikit harapan yang masih tersisa dan bekas luka karena cinta pertamanya Alaska berusaha untuk melangkah maju.

"Tapi kapan pria itu akan datang?" Tanyanya

"It could be years from now, next month, next week, or even tomorrow. Only God knows. Most of the time good things happened in unexpected way."