Satu hari setelah kepulangan Alaska dan Selfi dari Manado, mereka kembali pada rutinitas masing-masing. Kembali terjebak didalam mes bersama Lidsey bukan lah salah satu dari hal-hal yang dia rindukan Alaska dari 'kembali ke Balikpapan'. Hal ini dikarenakan salah satu kewajiban seorang polisi wanita yaitu kewajiban untuk tinggal di mes atau tepat yang sudah disediakan selama mereka belum menikah. Karena Kewajiban itulah hampir dua tahun ini dia harus tinggal satu atap dengan Lidsey-yang notabene bukan leting 'kesukaannya'-dan yang lebih buruk nya lagi adalah kini mereka harus tinggal berdua setelah Lia menyusul selfi untuk menikah. Satu-satunya jalan kekuar dari penderitaan ini adalah menikah dan sepertinya penderitaan Alaska tidak akan berakhir dalam waktu dekat.
Alaska menghela napas dan dengan enggan Alaska menyeret bokongnya untuk bersiap-siap apel pagi ini. Seperti main kucing-kucingan di dalam mes nya sendiri Alaska sebisa mungkin Alaska menghindari Lidsey karena. Seperti kemarin, setelah sampai mes Alaska langsung masuk kedalam Kamar dan tidak keluar sampai dia memastikan Lidsey sudah tidur. Setelah tidak ada lagi suara -suara diluar yang terdengar dari kamarnya,Alaska perlahan merayap keluar dari kamar dan melakukan rutinitasnya sebelum pergi tidur. Kemudian pagi ini pun tidak berbeda, dia memastikan Lidsey sudah selesai menggunakan Kamar mandi dengan cara mendengarkan secara seksama suara air dari kamar mandi. Setelah suara kran dikamar mandi dimatikan, Alaska langsung menyambar handuknya dan pergi ke kamar mandi.
Bermain kucing-kucingan didalam mes nya sendiri bukan salah satu dari daftar permainan kesukaannya. Alaska menyadari semua kegilaan dan tindakan kekanak-kanakan ini sama sekali tidak membantu karena cepat atau lambat Alaska harus menghadapi Lidsey. Baru membayangkannya saja Alaska sudah merasa ngeri bukan karena Alaska takut tapi karena dia membenci konfrontasi. Dia adalah pecinta perdamaian yang sesungguhnya. Jadi sebisa mungkin dia menghindariLidsey untuk beberapa waktu kedepan. Namun seperti pepatah mengatakan "manusia hanya bisa berencana,tapi Tuhan yang menentukan" ketika melangkah keluar dari kamar mandi pandangan mata Alaska langsung berserobok dengan pandangan mata Lidsey. Dengan Kaku, Alaska memaksakan seukas senyuman diwajahnya.
" aku putus sama Adi" celetuk Lidsey ketika Alaska berjalan melewatinya.
Alaska menghentikan langkah kaki nya yang telanjang. Udara dingin seketika merayap dari balik handuk yang membalut tubuhnya, seperti rasa dingin yang seketika menjalar di dalam hatinya. Alaska mencari perasaan gembira disana tapi tidak menemukan apapun. "Bukankah seharusnya aku merasa bahagia karena akhirnya mereka berpisah ?" Batin Alaska. Namun dia tidak menemukan perasaan itu di dalam hatinya. Satu-satunya yang dia rasakan hanya ke kosongan. Kekosongan yang menyebar didalam hati yang selama ini dia sediakan hanya untuk kama. Hati yang dia kira tidak mampu mencintai orang lain lagi. Kini hati itu tidak merasakan apapun bahkan ketika rasa pilu yang terdengar pada suara wanita yang selama ini bersanding dengan pria yang dicintainya mengatakan bahwa mereka telah berpisah.
" bukankah aku seharusnya bersorak sorai?" Tanya Alaska pada dirinya yang masih bergeming tanpa mengatakan sepatah katapun.
" aku sudah berpisah dengan Adi. Meski kami berpisah bukan berarti kami sudah tidak saling mencintai lagi. Jangan pernah berpikir kamu bisa membuatnya berpaling padamu"
Alaska bisa mendengar suara Lidsey yang bergetar. Lidsey yang biasanya selalu percaya diri dan ceria terdengar begitu putus asa. Alaska mengepalkan tangannya. Untuk sejuta alasan didalam kepalanya, dia marah. Alaska marah dengan dirinya sendiri yang seharusnya merasa bahagia saat ini tapi tidak, yang sehrausnya mengambil kesempatan ini untuk memenangkan hati Kama tapi malah dia hanya merasakan kehampaan.
"Berhentilah berpura-pura menjadi wanita polos yang baik! Kamu seharusnya sejak dulu menghilang dari kehidupan Kama. Jika bukan karena kamu kami pasti masih bersama. " lidsey berteriak dan air matanya terburai. Pertahanan wanita itu runtuh dia menunjukan kepada Alaska betapa hancur dan betapa tak berdaya dirinya.
Tanpa menoleh sedikitpun Alaska berkata " bukankah kita tidak seharusnya saling membenci hanya karena seorang pria? Jangan jadikan aku kambing hitam." Alska melangkah pergi menuju kamarnya meninggalkan Lidsey yang masih sesegukan menangis.
Setelah membanting pintu kamarnya, tubuh Alaska bergetar dan merosot kelantai. dinginnya ubin yang menyentuh kulit telanjangnya tidak mengalahkan rasa dingin yang menyelubungi hati Alaska. Rasa dingin itu menjalar bersamaan dengan Kemarahannya yang semula dia tujukan hanya pada diri sendiri kini menyebar seperti virus penyakit. Dia bertanya-tanya mengapa wanita harus saling membenci sesama wanita? Mengapa harus seperti ini? Mengapa hanya karena seorang pria, hanya karena hal sepele seperti putus cinta wanita harus saling menyerang sesama wanita?
Kemarahannya berubah menjadi rasa benci yang mebuat Alaska menjadi skeptis akan keyakinan nya sendiri yaitu Keyakikannya terhadap cinta. Selama ini Alaska percaya bahwa cinta itu ada. Cinta itu tulus, setulus mentari yang terbit disetiap pagi. Cinta itu membawa kebahagian seperti pangeran yang merubah hidup cinderella. Cinta itu perihal perjuangan seperti pangeran yang membangunkan sang puteri tidur setelah bertempur dengan raksaksa jahat. Kemudian Alaska tersadar bahwa selama ini keyakinan itu terbentuk berdasarkan dongeng yang tak nyata. Dongeng yang diceritakan kepada anak kecil yang belum dapat menampung pahitnya kenyataan dalam otak polasnya. Kisah-kisah yang diperuntukan bagi mereka supaya tidur nyenyak dan bermimpi indah karena tahun-tahun berikutnya hingga satu dekade setelahnya perlahan mimpi indah tentang cinta itu akan hilang, direnggut dari mereka oleh kenyataan bahwa cinta tidak pernah sesederhana itu.
Lantas apa yang dia lihat pada kedua orang tuanya? Bukan kah itu cinta? Ataukah mereka selama ini pun hanya berpura-pura? Terlihat saling mencintai didepan anak-anak mereka dan menyimpan derita dibelakangnya? Alaska yakin dia tidak salah menilai cara sang ayah setiap kali menatap ibunya. Kasih sayang yang tergambar dimata ibunya setiap kali menceritkan kisah cinta mereka saat muda. Dia yakin bahwa itu cinta, namun bukankah saat ini keyakinan nya akan cinta pun goyah? Lantas apa lagi yang dapat dia pegang? Amarah, kebencian dan ketidak percayaan nya yang perlahan tumbuh didalam hatinya membuat alaska mulai meragukan cinta dan kembali mempertanyakan semua yang sudah dia lalui.
" apakah perasaanku kepada kama selama ini adalah cinta?"
Alih-alih mendapatkan jawaban akan pertanyaan yang berkecamuk didalam pikirannya. Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Alaska. Sebuah pesan masuk di aplikasi whatsaap. Sebuah pesan dari selfi.
Selfi :
Jadi makan siang di Mcd? Kalau jadi, aku enggak nyiapin bekal makan siang dari rumah. kebetulan nur juga lagi dinas luar.
Alaska :
Jadi beb.
Alaska bangkit dari lantai. Menanggalkan handuk yang membalut tubuhnya dan bersiap-siap. Alaska melirik jam diatas nakas. sudah menunjukan pukul 06.30 wita. Dia masih memiliki 30 menit untuk berdandan sebelum peluit apel* pagi di tiup. Dia tidak mau terlambat dan berurusan dengan Provos* karena Kedisiplinan adalah yang utama dan kedisiplinan disini termasuk tidak terlambat untuk apel pagi dan siang.
Ketika sedang mengeringkan rambutnya, ada sebuah pesan lagi masuk di aplikasi whatsapp nya. Kali ini dari Dalilah bukan Selfi.
Dalilah:
Morning sunshine! I miss you. Makan bareng yuk siang ini? Ada yang mau aku omongin ke kamu.
Alaska :
Masalah apa?
Dalilah :
Nanti aku jelasin.
Alaska:
Ok. Makan siang di MCd.
Dalilah :
Ok. See you there xoxo
Setengah hari selanjutnya Alaska lalui seperti biasa yaitu setelah Apel pagi kemudian melaksanakan tugas rutin. Ketika jam makan siang, Alaska langsung menghampiri Selfi diruangannya untuk bersama-sama pergi menuju Mcd. Sebelum pergi Alaska sempat melirik ponselnya dan melihat ada sebuah pesan dari Dalilah. Alaska mengabaikan pesan itu, dia pikir pesan itu berisi pemberitahuan bahwa Dalilah sudah berada disana karen Sahabtnya itu adalah orang yang selalu tepat waktu.
Sesampainya di parkiran Mcd, baru Alaska membuka pesan dari Dalilah
Dalilah :
Oh iya. Lupa bilang . Kalau bisa kita berdua aja. Jangan bawa selfi.
Alska melirik kearah Selfi yang sedang membuka helm dan meletkannya datas motor. Tanpa mengetahui perihal pesan Dalilah kepada Alaska Selfi melangkah menuju bangunan restoran siap saji itu. Sadar bahwa Alaska mesih bergeming sambil melihat layar ponselnya selfi menoleh.
"Is there something wrong?"
Alaska mendongak dan menggeleng " nothing"
" mengapa Dalilah melarang dia datang bersama Selfi ? Apakah hal yang akan Dalilah bicarakan dengannya adalah sesuatu yang sangat penting dan ada kaitan nya dengan selfi? " Batin Alaska.
Jika sekarang Alaska melarang Selfi bergabung dengan mereka untuk makan siang, malah akan terlihat lebih mencurigakan. Lagipula Selfi datang bersamanya musthil jika dia menyuruh Selfi pulang sendiri dan menyuruh kembali ke kantor tanpa menimbulkan kecurigaan yang lebih besar. Akhirnya Alaska memutuskan bahwa pembicaraan tentang apapun yang akan disampaikan Dalilah dapat menunggu. Untuk saat ini sebaiknya mereka menikmati makan siang dengan tenang. Merasa yakin bahwa semua akan berjalan lancar Alaska mengirim sebuah pesan kepada Dalilah
Alaska :
Where are you?
Dalilah :
Second floor. Aku udah pesan makanan untuk kalian. kayak biasanya.
Alaska :
Sudah pesen ice cream?
Dalilah :
Belum. Mau ice cream juga? Ok ku pesenin lagi.
Alaska:
Enggak usah, beb! Aku pesen sendiri aja. Tunggu aja diatas.
" Dalilah udah diatas. Aku pesen ice cream dulu. Kamu duluan aja keatas" ucap Alaska kepada Selfi sambil berjalan menuju antrian. Selfi mengangguk dan menaiki tangga menuju lantai dua.
Setelah pesanannya selesai, Alaska menuju lantai dua. Sambil membawa sebuah cup ice cream oreo, Alaska mencari keberadaan sahabat-sahabatnya diantara pengunjung yang cukup padat. Setelah hampir 1 menit memindai pandangannya keseluruh ruangan Akhirnya dia menemukan Dalilah yang menggunakan stelan kantornya yang modis dan terlihat sempurna ditubunya yang bak super model duduk disamping seorang pria tampan yang terlihat familier. Di depan Dalilah, selfi duduk membelakangi Alska. Dalilah yang pertama kali menyadari kedatangan Alaska tersenyum padanya dan melambai. Selfi menoleh dan berdiri memberikan Alaska akses untuk lewat dan duduk disampingnya. Duduk tepat didepan si pria tampan.
Ketika Alaka duduk dan meletakan ice cream nya si pria tampan yang sejak tadi memusatkan perhatian pada layar ponsel mendongak kearah Alaska dan tatapan mereka bertemu. Pria itu terbelalak seakan -akan dia baru saja melihat hantu yang datang dari masa lalu.
"Pria ini terlihat sangat familier." Batin Alaska. Dia berusaha mengingat-ingat dimana dia bertemu pria ini, namun karena kapasitas otaknya yang pas-pasan dan kemampuan mengingatnya yang buruk Alaska belum bisa mengingat apa-apa kecuali perasaan familier terhadap sosok pria tampan yang berlerawakan mirip dengan Dalilah.
"Apakah dia mantan kekasih Dalilah? Atau dia salah satu dari kakak Dalilah?" Batin Alaska. Tapi Alaska tidak pernah bertemu baik mantan kekasih ataupun salah satu kakak Dalilah.
" Alaska perkenalkan ini kakak ku. Kal, this is my friend, Alaska"
"Hi, I am Alaska" alaska mengulurkan tangannya.
"Kala"
jawab pria itu singkat sambil menyambut uluran tangan Alaska dan mereka berjabatan tangan. Kemudian pria itu tersenyum dan dan senyuman itu seperti anugerah yang jarang terjadi dalam kehidupnnya. Senyuman itu membuat Alaska mengingat dimana tepatnya dia bertemu pria itu. Alaska yang biasanya mudah melupakan sesuatu dan sulit mengingat sesuatu tiba-tiba teringat dengan jelas kejadian 6 tahun yang lalu saat pertama kali dia bertemu pria itu dan bersyukur bahwa mereka tidak akan bertemu lagi. Kemudian pria itu muncul 6 tahun
Kemudian tepat diwaktu makan siang nya dan diperkenalkan sebagai kakak dari salah satu sahabatnya. What a small world after all!
" hi Alaska!" ucap nya dengan menampilkan senyuman begitu menyebalkan dan menawan diwaktu yang bersamaan.
"We've met before, haven't we? Pria dia kapal itu kan ?"
Alih-alih menjawab, Kala hanya menyeringai dengan tampannya. Dalilah melongo menatap Sahabat dan kakaknya itu secara bergantian kemudian menatap selfi dengan tatapan sedih. Selfi memusatkan perhatiannya pada Kala dengan tatapan aneh. Kala membalas tatapan Selfi denban dingin tanpa mengucapkan sepatah katapun.Sedangkan Alaska tanpa menyadari hal aneh yang sedang terjadi di antara ketiga 'teman' makan siangnya itu, memilih untuk melahap ice cream sambil mengutuk laki-laki super tampan namun menyebalkan yang sedang duduk dihadapannya.