Brak!
Terdengar suara gaduh dari dalam. Kala menoleh dan memusatkan perhatiannya kearah pintu tempat dia keluar tadi. Samar-samar terdengar suara perkelahian dari dalam klub. Kala sebenarnya tidak mau ikut campur karena itu bukan urusannya, namun dia teringat bahwa Ameer dan Julianus masih didalam. Jika sesuatu terjadi pada mereka maka itu akan tanggung jawabnya.
"Dalilah, sepertinya ada perkelahian bar. Aku harus bergegas kedalam mencari Ameer dan Julianus sebelum polisi datang. Talk to you later."
Tanpa menunggu jawaban dari adiknya, kala menutup saluran telepon itu dan berlari masuk melalui pintu yang sama ketika dia keluar setengah jam yang lalu. Sesampainya didalam, suara gaduh musik yang dimainkan dj sudah tidak lagi terdengar, alih-alih digantikan oleh suara gaduh teriakan beberapa wanita, sorakan para pria, dan suara kepalan tinju yang menghantam rahang seseorang dengan keras.
Kala menerobos kerumunan orang-orang yang melingkar mengelilingi pusat perkelahian tersebut. Beberapa orang mengambil gambar , sedangkan yang lain menonton karena tidak mau ketinggalan momen langka tersebut. Bagi sebagian orang, perkelahian Bar adalah sesuatu yang menghibur. Sesampainya ditengah kerumunan, Kala melihat seorag pria berkulit putih, berbadan kekar sedang dihalangi oleh dua orang pria lainnya. Pria itu adalah julianus. Dengan mata merah akibat minuman beralkohol julianus seperti monster yang siap menerkam mangsanya. Di sudut lain seorang wanita sedang meringkuk ketakutan dengan lebam diwajahnya. Wanita itu terlihat tidak asing. Ya, wanita itu si gila sophie. "Apa yang dia lewatkan setengah jam belakangan ini?" Batin kala.
Kembali memperhatikan julianus yang masih menggeram seakan siap untuk menerkam sophie, dia berteriak histeris kearah wanita yang bergetar ketakutan itu.
" dasar jalang! Kau pikir kau siapa? "
Ameer berusaha mencegah Julianus melakukan sebuah tindakan bodoh yang dapat merugikan dirinya sendiri. Tanpa mengetahui duduk permasalahan yang terjadi antara sophie dan Julianus, kala bergabung bersama Ameer dan berusaha menghalau si monster mabuk penerkam itu.
Tepat sebelum Kala menyentuh lengan Julianus, Ameer mendesah dan melontarkan tatapan aneh kearah Kala. Kala tidak menggubris tatapan itu dan tetap berusaha membantu. Sampai akhirnya ketika Julianus sadar bahwa seorang pria yang baru saja menyentuh lengannya yang lain adalah Kala, dia mengalihkan tatapan haus darahnya kearah Kala dan melayangkan sebuah tinju tepat kebawah rahangnya. kala tersungkur.
"What the fuck!" Kala berseru.
Apa yang sebenarnya julianus pikirkan? Berani-beraninya dai memukul kala. Bukan hanya karena kala jauh lebih tua, rekan kerja , tapi juga karena Kala adalah atasannya. Bagaimana mungkin anak ingusan kemaren sore itu berani melayangkan tinju kepadanya ? Kala masih bingung.
"Ternyata dia mendekati ku hanya karena dirimu! Dasar kalian berdua sama-sama jalang bedebah! You slept with that fucking whore! And she slept with me just to make you jealous! Fuck you !"
Ah... ternyata karena si gila sophie. Sepertinya Julianus dan sohie memiliki semacam hubungan setelah kejadian minggu lalu di kamar hotel. Kala tidak repot-repot menjelaskan karena dia bukan tipe orang yang banyak bicara. Baginya manusia hanya akan memahami apa yang mereka mau pahami. Jadi Kala hanya berdiri menatap kearah julianus dengan tatapan kosong. Detik berikutnya Julianus menyambar sebuah botol dan mengyunkan tangannya kearah Kala. Refleks kala meletakan lengan keatas dan berusaha melindungi kepalanya.
prak!
Suara botol kaca menghantam tempurung kepala. Tapi Botol itu tidak menghantam tempurung kepalanya melainkan sophie lah yang melemparkan dirinya dan berusaha melindungi Kala. Darah mulai bercucuran dari kepala wanita itu. Rambut coklat terangnya perlahan berubah menjadi merah. Wanita itu ambruk dan cepat-cepat kala menopang tubuh sophie dan mengangkatnya sambil berteriak kearah Ameer.
"Call ambulance!"
Pada saat yang sama, suara gaduh dan derap langkah-langkah kaki menyerbu tempat itu, ternyata polisi sudah datang dan mengepung joe's.
" LAPD! Semua tetap ditempat!"
Sebagian pengunjung bar tetap diam ditempat dan sebagian lain berhamburan berusaha melarikan diri melalui pintu belakang. Ameer, Kala dan Julianus membeku.
Setengah jam kemudian, mereka semua sudah berada di kantor polisi. Julianus ditahan. Kala dan Ameer diinterogasi sebagai saksi. Sedangkan sophie-dari yang kala dengar dari petugas-sudah dilarikan kesebuah rumah sakit terdekat dan masih belum sadarkan diri. Diam-diam kala melirik kearah jam dinding. Pukul 3 dini hari, berarti baru 8 jam sejak mereka menginjakan kaki di joe's tapi rasanya sudah berpuluh-puluh jam berlalu, karena kala sudah merasa begitu lelah. Kala mendesah dan Ameer menoleh kearahnya.
"Akhir pekan yang panjang huh?"
Kala hanya tersenyum getir.
Setelah melewati beberapa interogasi dan prosedur pemeriksaan, Kala dan Ameer hatus menunggu kapten kapal sebagai penanggung jawab mereka sebelum dibebaskan. Julianus yang sudah mulai sedikit sadar dari mabuknya, berteriak dan memohon maaf kepada petugas kepolisian. Memohon untuk dikeluarkan dan ketika dia dibawa keruang interogasi, dia berpapasan dengan Kala dan Ameer yang sedang duduk diruang tunggu. Julianus berhenti dan meminta maaf.
" maaf kan aku. Aku benar-benar mabuk. Aku memang kesal dan merasa tertipu tapi seandainya aku tidak mabuk aku tidak akan melalukan tindakan bodoh itu."
Kala dan Ameer hanya terdiam. Bukan kejadian di bar atau keadaan sophie yang maish belum sadarkan diri yang membebani pikiran mereka, tapi konsekuensi yang akan mereka tanggung karena kejadian ini. Ameer menoleh kearah kala dan menatapnya dengan penuh perhatian. Kala yang malang, batin Ameer.
Dia masih mengingat kejadian yang terjadi di Indonesia 5 tahun yang lalau. Ketika Miss marelyn kehilangan tali kapal sepanjang 10 km yang terjadi saat jam jaga Kala. Kali itu kala sudah mendapatkan peringatan keras dari sang kapten yang selalu cenderung bersikap tidak adil kepada Kala. Hal itu bisa mempengaruhi resume kala yang sangat dia butuhkan sesempurna mungkin untuk karir melautnya kedepan. Dia tidak berniat selamanya terjebak diatas Miss Marelyn. Kali ini, kejadian cukup fatal ini bukan hanya akan mengurungnya lebih lama diatas Miss marelyn tapi dia mungkin akan diberhentikan. Ameer tahu betapa menyiksanya berada di daratan bagi Kala.
3 jam kemudian, sang kapten kapal yang berbadan tambun, berkulit merah karena terbakar sinar matahari memasuki kantor polisi dengan mata merah akibat menahan amarah yang sudah siap meledak seperti kembang api empat juli. Sang kapten kapal bersedia menjamin ketiga anak buahnya. Tapi hal itu tidak cukup melegakan bagi mereka bertiga. Karena mereka sadar bahwa hal buruk lain akan menimpa mereka saat mereka sudah berada diatas kapal.
Beberapa saat kemudian, ketika matahari sudah mulai naik diatas singgah sananya yang agung dan memancarkan sinarnya, mereka sudah kembali berada diatas Miss Marelyn.
Mereka bertiga disidang oleh kapten kapal dan mualim I. Setelah hampir berjam-jam, sidang selesai. Diputuskan Julianus harus berhenti bekerja diatas Miss Marelyn, Ameer akan di skors dan tidak diijinkan turun dari kapal ketika mereka sedang berlabuh selama 6 bulan, sedangkan untuk Kala, mereka harus menunggu keputusan dari pihak perusahaan dan sambil menunggu keputusan itu, Kala dihukum untuk menggantika tugas jaga mualim I dan kapten kapal sampai keputusan keluar.
Senja itu, kala matahari mulai perlahan turun dari singgah sana. Kala semburat oranye perlahan berubah menjadi gelap dan bintang-bintang mulai terlihat. Kala hangat digantikan dingin yang perlahan merayap, Kala dan Ameer menegak sekaleng beer. Seperti kebiasaan lama , seperti lima tahun lalu ketika Miss Marelyn bertolak dari perairan Balikpapan menuju filiphina, Kala menatap senja dengan penuh kerinduan.
" what was that look? Longing or regret?"
" kerinduan dan kekecewaan. Aku sudah meresa merindukan lautan bahkan sebelum aku harus tertahan untuk beberapa saat di daratan, dan aku kecewa dengan diriku sendiri karena membiarkan ini terjadi."
Ameer menepuk pundak kala " jangan pesimis begitu. Mungkin kau hanya akan di skors. Nothing's bad gonna happen!"
Kala menegak beer nya dan mendesah. " tidak ada gunanya kau berusaha menghiburku, sobat. Kita sudah sama-sama tahu apa yang akan terjadi pada ku. Kau tau kan pria tua tambun itu tidak pernah menyukaiku. Dia akan menggunakan alasan sekecil apapun untuk mendepakku dari kapal ini."
" ya.. aku tahu betapa irinya pria tambun itu denganmu. Dia selalu diam-diam memperhatikan perut six pack mu dan kemudian membandingkan dengan perut buncitnya yang sudah seperti balon."
" dan dia iri karena aku tidur dengan lebih banyak wanita dibandingkan dirinya "
" ya, karena itu juga"
Dan mereka berdua terkekeh kemudian terdiam. Hening tercipta diantara mereka. Sejenak hanya terdengar suara tarikan napas kala dan Ameer yang sedang memperhatikan betapa indahnya langit senja yang perlahan berubah menjadi malam. Kemudian suara Kala memecah keheningan itu.
" apa menurutmu yang akan terjadi selanjutnya?"
Ameer tidak langsung menjawab, alih-alih dia hanya menatap langit lebih lama. Setelah satu helaan napas panjang, ameer menatap Kala
" apapun yang akan terjadi, itu terjadi atas kehendak Tuhan. Jadi apapun itu, itu adalah yang terbaik"