Chereads / Kuingin Cinta bertepuk sebelah tangan / Chapter 8 - BAB 8 – CALON ISTRI

Chapter 8 - BAB 8 – CALON ISTRI

"Aku memang datang pagi ini karena aku tidak bisa menelpon Arra dari semalam" sahut Henry setelah puas melihat interaksi Arra dan Irhas, sepertinya sahabatnya ini sudah mendapatkan apa yang dia inginkan beberapa tahun lalu. Bukan Cinta bertepuk sebelah tangan lagi.

"Sepertinya sakit kepalamu belum membaik, kita pergi ketika kamu ada waktu luang" kata Henry mengambil kunci mobil di meja lalu dengan sengaja mengusap kepala Arra dengan senyum "Jangan lupa minum obatmu, dan istirahat dengan cukup. Aku pulang" lanjutnya melangkah pergi

"Ayo Lily.. aku antar kamu pulang" teriak Henry dan dengan segera Lily melambaikan tangan pada Arra lalu mengekor dibelakang Henry pergi

Irhas masih disitu dengan tatapan tajamnya tanpa mengucap apa-apa

"Kamu tidak ikut pergi? Aku ingin istirahat" kata Hana tanpa menatapnya

"Ya, istirahatlah. Aku akan datang membawa makan siang, jangan coba-coba untuk selingkuh dan nyalakan Ponselmu" sahut Irhas datar lalu keluar tanpa menunggu respon Arra.

"Hah?" respon Arra kaget "Selingkuh?" gumamnya pelan masih belum bisa mencerna ucapan Irhas "Memangnya dia siapa? Seenaknya berbicara seperti itu" gerutu Arra dan merebahkan diri ke tempat tidur mengambil Ponselnya

Terdapat ratusan Chat belum terbaca dan puluhan panggilan tak terjawab dari Hendry, Lily, Irhas bahkan Andy.

Arra tidak berniat membaca chat Grup tersebut yang sudah pasti membahas dirinya. Saat membaca Chat dari Lily dan Henry mengatakan hal yang sama "Jangan Baca Chat Grup" membuat Arra penasaran dan mulai membacanya dari atas sampai bawah, Arra tidak berniat melewatkan sedikitpun.

Seperti yang dia tebak dari awal bahwa chat itu hanya berbincang seputar hubungan segitiga Arra, Rika dan Andy tapi di sela-sela chat yang tidak ada akhirnya itu terdapat Chat yang menarik perhatian semua orang untuk membahas lebih. Itu adalah Chat dari Irhas yang menuliskan

"Jangan menggunjing calon istriku"

Sontak semua beramai-ramai ingin menggali lebih hubungan mereka berdua, mereka pikir saat melihat Irhas datang bersama Arra itu hanya sebuah kebetulan. Tapi ternyata ada fakta yang benar-benar mengejutkan mereka, bahkan Rika ikut berkomentar mengenai hubungan mereka dan memuji pasangan itu dengan sangat berlebihan.

"Calon istri? Yang benar saja!! Apa dia kehilangan akal sehatnya?" gerutu Arra melempar Ponselnya diatas tempat tidur, memijat keningnya lalu mengambilnya lagi melanjutkan membaca.

Beberapa Chat Rika tampak dominan seolah dia yang paling mengetahui hubungan antara Arra dan Irhas, bahkan dia menuliskan bahwa mereka akan segera menikah.

"Konyol sekali wanita ini" sindir Arra menyandarkan kepalanya pada kepala tempat tidur "sepertinya aku tidak akan kuat membacanya lagi" gumamnya pelan merebahkan kepalanya tapi terdengar suara Bel pintu apartemennya berbunyi

"Hah.. baru juga mau istirahat" keluhnya menyeret kakinya keluar, melihat intercom bahwa Irhas yang tengah berdiri diluar Arra mengurungkan niat untuk membuka pintu dan kembali ke kamar

"Untuk apa dia kesini"

Baru masuk ke dalam kamar Ponselnya bordering, nomer asing masuk. Setelah ragu senjenak akhirnya Arra mengangkatnya

"Halo?"

"Buka pintunya, aku membawa makan siang" suara dingin itu terdengar sangat datar

"Aku tidak lapar" jawab Arra ketus

"Ini sudah jam 12 lebih, kamu harus meminum obat jadi makan dulu sedikit walau tidak lapar" jelas Irhas dengan suara melembut, Arra melihat jam dinding menunjukan jam 12.18 dia terlalu asik membaca Chat Grup yang bergosip tentangnya sampai lupa waktu, bahkan dia belum sempat memejamkan matanya.

Dengan malas Arra membuka pintu dan Irhas langsung masuk tanpa di persilakan, seolah ini adalah apartemennya sendiri.

"Aku membawa Sup daging dan buah yang sudah aku potong, makanlah dulu setelah itu minum obat. Jika sampai sore masih belum baikan kita akan ke dokter" jelas Irhas menata makanan yang diatas meja, Arra masih berdiri menatapnya heran

"Dari mana dia mendapatkan rasa percaya diri sebesar itu" pikir Arra

"Ayo duduk, makan" lanjut Irhas menatap hangat Arra dengan senyuman

Dari dulu senyum itu yang membuat Arra jatuh hati, sudah lama dia tidak melihatnya benar-benar seperti sihir bahkan Arra sudah duduk dan menerima sendok yang diberikan Irhas.

Arra makan dalam keadaan setengan linglung, pikirannya melayang mencari kenyataan yang mungkin dia lewatkan. Sampai semua makanan habis dia makan sendiri tanpa dia sadari, Irhas menyodorkan beberapa buah potong sambil tersentum mengambil sendok dan piring Arra menggantinya dengan garpu dan semangkok buah.

"Apa yang sedang kamu lakukan" tanya Arra kemudian mendapati Irhas berjalan kearah dapurnya

"Mencuci piring kotor" ucapnya santai lalu terdengan suara air mengalir, tak lama dia melihat Irhas berjalan menghampirinya duduk disebelahnya

"Sudah minum obat?" tanya Irhas lembut tapi Arra tidak meresponnya memasukan buah sepotong demi sepotong ke dalam mulutnya. Lalu saat Arra hendak memasukkan sepotong lagi tangannya di raih oleh Irhas dan akhirnya potongan terakhir itu berakhir di dalam mulut Irhas.

"Huh… kenapa kamu bisa sangat menyebalkan" gumam Arra menoleh ke Irhas sejenak lalu menyandarkan punggungnya mengambil remote menyalakan TV

"Pulanglah, aku sudah makan semua yang kamu bawah, dan aku sudah tidak sakit lagi" ucap Arra cuek memilih saluran TV dengan acak

"Aku akan disini, jadi jika sakit kepalamu datang lagi aku bisa tahu dan akan membawamu ke dokter" sahut Irhas memiringkan kepalanya menatap lekat Arra

"Aku sakit kepala hanya karena kurang istirahat, jika aku tidur dengan cukup aku tidak akan sakit lagi" jelas Arra menekan nadanya

"Oke, masuk kamar tidurlah. Aku akan menunggu disini" sahut Irhas santai tanpa merubah posisinya

"Apa yang kamu lakukan, berhenti menatapku seperti itu" respon Arra enggan melihat Irhas

"Bukankah itu kata-kata yang dulu pernah aku katakan padamu" ucap Irhas pelan "Apa kamu terluka saat aku mengatakan itu" lanjutnya

Raut wajahnya berubah sedih, Arra menatapnya sejenak lalu memalingkan wajahnya kearah yang berlawanan

"Itu masa lalu, bukankah aku sudah pernah mengatakan bahwa itu tidak mempengaruhi masa depanku" jelas Arra sesak, saat mengingat masa-masa itu hatinya masih terasa berat.

"Apakah aku sekarang sedang melakukan apa yang kamu lakukan padaku dulu?" kata Irhas mengerutkan kening "Cinta bertepuk sebelah tangan?" ungkapnya kemudian lalu berdiri lalu melangkah pergi

Terdengar suara pintu tertutup, Arra menghelah nafas panjang mencoba menghirup oksigen sebanyak-banyaknya karena dadanya benar-benar sesak.

"Cinta bertepuk sebelah tangan?" gumam Arra pelan mengulangi kata terakhir Irhas sebelum dia pergi dengan perasaan kecewa

Memandang pintu yang baru saja tertutup membuat perasaan Arra kembali seperti 5 tahun yang lalu, bukan hanya terasa sesak bahkan ada yang seperti menusuk sebuah luka lama sakitnya melebihi yang dulu pernah dia rasakan.

Di sisi lain~~

Irhas melarikan diri setelah mengeluarkan isi hatinya, setelah beberapa hari dia merenungkan perasaan apa yang dia rasakan untuk Arra selama ini. Apakah itu perasaan rasa bersalah di masa lalu atau cinta? Atau bahkan perasaan cinta di masa lalu yang tumbuh secara diam-diam tapi dia tutupi dengan rapat.

Apapun perasaan itu sekarang hanya menjadi 'Cinta bertepuk sebelah tangan'

Melihat dapur yang tadi dia tinggalkan dengan terburu-buru agar bisa mengantar makanan pada Arra membuatnya tersenyum, melupakan sedikit rasa kecewa yang dia rasakan.

***

'Arra, aku akan ke luar kota selama beberapa hari bersama Henry. Ada masalah kontrak kerja yang sepertinya butuh tindakan hokum. Kamu baik-baik ya bersama Irhas, jagan berantem lagi'

Pesan ini masuk ketika Arra baru membuka mata di pagi hari,

"Mereka berdua pergi bersama meninggalkanku sendiri bersama manusia CBST" gerutu Arra bangkit dari tempat tidur dan memulai rutinitas paginya seperti biasa

Arra mempunyai toko aksesoris besar di kota, bahkan dia memiliki Brand sendiri dan cabang di setiap kota besar di negeri.

Saat baru masuk toko pusat yang sekaligus kantornya Arra terkejut dengan seikat besar bunga mawar merah berada di meja kantornya.

Todak ada nama pengirimnya tapi Arra sudah bisa menebak dari siapa bunga tersebut, lalu menyuruh pegawainya mengambil Vas untuk bunga tersebut.

Mengambil foto bunga tersebut lalu memposting ke media sosialnya dengan menuliskan 'Hari ini aku mendapat seikat Bunga, berharap besok aku mendapat Bunga deposito'

Langsung beberapa komentar masuk, dan paling tajam komentar dari Irhas

'Apa kamu lebih menikmati pemberian dari pria lain, Calon Istriku?'

Membaca itu Arra berhenti tersenyum, jika bunga itu bukan dari Irhas lalu dari siapa? Pikirnya