'Apa kamu lebih menikmati pemberian dari pria lain, Calon Istriku?'
Membaca itu Arra berhenti tersenyum, jika bunga itu bukan dari Irhas lalu dari siapa? Pikirnya
Komentar itu langsung di banjiri komentar lain yang lebih panas, tidak ada yang mengetahui kisah mereka berdua di bangku sekolah dulu, kecuali Henry.
Sementara orang yang meninggalkan komentar itu diam seribu bahasa dan offline begitu saja.
Ponsel Arra berdering dan terlihat nama seseorang yang seharusnya tidak menganggunya lagi yaitu ANDY.
Tanpa ragu Arra mematikan telp tersebut, lebih baik untuk tidak berurusan dengannya lagi. Dia sudan menjadi suami orang dan istrinya tengah mengandung, akan sangat tidak lucu jika nanti dia disebut orang ketiga oleh 'orang ketiga' itu sendiri. Seperti maling teriak maling bukan?
Tapi sepertinya Andy tidak menyerah dan terus menelpon Arra untuk kesekian kalinya akhirnya dia meninggalkan pesan
'Apa hubunganmu dengan Mr.Irhas?Apa kamu tau kalau dia CEO perusahaanku jadi kamu ingin membalas dendam padaku melalui dia? Aku di pindahkan ke kantor cabang di luar kota, itu pasti kamu yang mengaturnya kan?'
Pesan tidak berdasar yang sangat aneh, "kenapa dia menuduhku seperti itu? Sepenting itukah dia untukku?" guman Arra sambil tersenyum sinis
Merasa pesannya diabaikan oleh Arra Andy kembali mengirim pesan lagi
'Kenapa tidak membalas pesanku padahal kamu membacanya!Bagaimana kamu bisa sekejam itu, Rika sedang Hamil. Dan aku harus pindah ke luar kota meninggalkannya. Bagaimana jika terjadi sesuatu saat aku tidak ada, Lebih baik kamu urungkan niatmu'
'Arra, apa kamu cemburu pada kami?'
'Bukan salahku jika aku berselingkuh, kamu bahkan sudah mengetahuinya sejak awal dan tidak melakukan apapun. Kenapa sekarang kamu ingin balas dendam'
'Jangan hanya membaca pesanku, apa tanganmu sibuk dengan 'Hal Lain' sehingga tidak bisa mengetik sesuatu?'
Kali ini pesan Andy benar-benar melewati batas kesabaran Arra, 'Hal Lain' yang di sebut Andy orang dewasa bisa dengan jelas mengetahui maksud kata itu.
'Apa kamu sepenting itu untukku?Jika kamu begitu mengkhawatirkan istrimu yang sedang hamil, kenapa kamu tidak mengajaknya? Dan cepat kosongkan apartemenku' balas Arra dengan pasangan Benalu itu
Andy tercengang saat membaca isi pesan balasan Arra, bahkan Rika yang ada di sampingnya pun itu kaget. Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa Apartemen yang mereka tinggali selama ini adalah milik Arra bukan milik Andy. Rika benar-benar seperti tertipu dengan semua pengorbanan yang selama ini dia lakukan.
Seketika terjadi kontraksi dini akibat serangan panic yang dia rasakan dan di bawa ke rumah sakit, tidak terjadi apa-apa pada kandungannya. Hanya kontraksi dini yang menyerang akibat stress atau terlalu kelelahan.
Arra tidak mengetahui itu sampai pada malam hari ketika dia baru keluar dari lift apartemennya terlihat Andy berdiri di depan pintu Apartemennya gusar. Melihat Arra melangkah mendekat Andy langsung mencengkeram lengannya kuat membuat Arra yang tengah menerima telepon menjatuhkan ponselnya kaget.
"Lepaskan!" kata Arra menahan emosi
"Tidak sebelum kamu tanggung jawab atas apa yang kamu lakukan pada bayiku" kata Andy marah semakin menggenggam kuat lengan Arra
"Kenapa aku yang harus bertanggung jawab, kamu pikir aku yang telah menghamili Rika?" sahut Arra masih dengan nada tertekan
"Karena kamu istriku mengalami kontraksi dini dan harus di rawat di rumah sakit"
"Jadi apa aku harus membayar tagihan rumah sakit istrimu itu?"
"Tentu saja. Jika bukan karena kata-katamu dia tidak akan mengalami syok dan kontraksi dini"
"Kata-kataku yang mana yang membuat dia Syok?" tanya Arra santai "Kamu yang tidak penting untukku atau kalian harus keluar dari apartemenku?" lanjutnya tersenyum sinis
Ucapan Arra membuat emosi Andy meningkat dan dengan keras mendorong Arra ke tembok sampai mengeluarkan suara benturan kencang, seketika pandangan Arra kabur telinganya berdengung.
Arra jatuh terbaring keningnya mengeluarkan darah karena tertabrak sudut dinding.Andy langsung pergi setelah melihat Arra tidak sadarkan diri.
Di ujung telepon Irhas yang mendengar teriakan Arra dan suara laki-laki sedang berdebat segera keluar dari kantornya tergesa-gesa.Dengan cepat melajukan mobilnya kembali ke apartemen. Karena hari sudah lewat jam pulang kantor lalu lintas sedikit lancar, jarak apartemen dan kantor biasa dia tempu sekitar 15 menit sekarang dia bisa lalui kurang dari 10 menit.
Saat pintu lift terbuka Irhas langsung berlari melihat Arra terbaring di depan pintu apartemennya. Darah itu sudah membasahi hingga ke sebagian wajah dan rambut Arra, wajahnya terlihat pucat.
Irhas menelpon ambulan dan menggendongnya turun, beberapa orang kaget saat Irhas yang tengah menggendong Arra keluar dari lift dengan tergesa-gesa bahkan darah yang menetes mengikuti jejak langkahnya.Resepsionis dan petugas keamanan gedung membantu mereka saat ambulan datang.
Karena kehilangan banyak darah Arra menjalani rawat inap, Irhas menjaganya di rumah sakit tanpa meninggalkannya sedetikpun. Irhas sangat menyesal jika saja sore itu dia memaksa menjemput Arra pasti tidak akan terjadi seperti ini, dia berpikir ingin memberi ruang bagi wanita yang di cintainya ini. Tidak akan bersikap egois atau memaksanya lagi, tapi berakhir menjadi seperti ini.
"Pak, saya sudah memeriksa CCTV ditempat kejadian.Yang melakukan kekerasan itu adalah Manager Andy. Saya juga sudah membuat laporan ke kantor polisi, tapi sepertinya dia dan sudah melarikan diri. Istrinya sekarang masih berada di rumah sakit"
"Istrinya sedang hamil, dia tidak akan lari lebih jauh. Biarkan polisi yang menanganinya" ucap Irhas dingin
"Ini pakaian dan perlengkapan yang anda minta"
"Ya, kamu kembali ke kantor. Batalkan pertemuan dengan Klien dari Sun'Corp hari ini, atur ulang jadwal untuk kunjungan ke cabang luar kota"
"Baik Pak"
Setelah berbicara dengan Sekretarisnya Irhas kembali ke ruang inap Arra, sejak tadi malam dia belum sadarkan diri.Irhas duduk di kursi samping tempat tidur Arra meraih tangannya dan menggenggamnya erat.
"Maaf" ucapnya pelan "jangan seperti ini, sadarlah. Aku tidak bisa jika jauh lagi darimu" lanjutnya lirih
~ Tujuh tahun yang lalu
Seorang anak laki-laki yang usianya belum sampai 16 tahun dia menjalani hidup seorang diri tanpa kedua orang tuanya.
Orang tuanya bercerai dan tidak ada yang menginginkan dirinya, bekerja paruh waktu untuk membiayai hidupnya sendiri, sampai dia bertemu dengan keluarga Mr. Smith yang tidak memiliki anak dan mengangkatnya sebagai anak. Lalu pindah ke kota dan itu awal mula dia bisa bertemu dengan Arra. Bersekolah di satu sekolah yang sama.
Pertemuan awal yang tidak terduga saat dia sakit dan berada di salah satu bilik UKS terbangun karena ada suara berisik dari luar
"Kamu pikir ini perpustakaan? Kenapa memintaku membawa buku sebanyak ini?" gerutu seorang anak laki-laki
"Husss jangan berisik, ada yang sedang istirahat" sahut seorang anak perempuan "Aku bosan harus berjaga disini, harusnya aku menolak Tania saat dia memintaku menggantikannya menjaga UKS" gerutunya kemudian
"Beramal sayang, beramal" kata anak laki-laki "Have fun, aku kembali ke kelas dulu. Disini bahkan lebih tenang daripada di perpustakaan, jadi kamu akan lebih berkonsentrasi" lanjutnya dan tertawa keluar dari UKS
"Ya, memang benar disini lebih tenang dari pada di Perpustakaan. Semoga tidak ada yang datang lagi" gumamnya pelan dan mulai berkonsentrasi pada bukunya, tidak menyadari seseorang yang ada di dalam bilik memperhatikannya dari cela tirai yang tidak tertutup rapat.
Itu adalah pertama kali Irhas melihat Arra, setelah itu beberapa kali dia melihatnya di kantin sekolah dan paling sering melihatnya di perpustakaan sekolah. Mereka tidak saling kenal karena berbeda kelas, sementara Irhas adalah orang baru di kota itu tidak banyak mengenal lingkungan sekitar.
Orang tua angkat Irhas termasuk orang kaya di kota tersebut, mempunyai banyak usaha tapi bukan berarti hudupnya menjadi mewah. Dia masih sama seperti dirinya yang dulu. Dia bukan anak muda yang bebas seperti yang lainnya, yang pulang sekolah bisa bermain dengan teman. Atau mengisi liburan sekolahnya dengan berjalan-jalan, sebagian waktunya di habiskan untuk membantu usaha orang tua angkatnya. Dia bukan anak yang tidak tau terima kasih kan?
Sampai tahun terakhir sekolah dia hanya bisa menatap Arra dari jauh, sampai masalah mulai timbul karena mereka satu kelas. Arra yang duduk selisih beberapa bangku darinya mulai sering diam-diam menatapnya. Awalnya Irhas khawatir jika perasaannya diketahui oleh Arra yang pada dasarnya anak yang terkenal di sekolah. Dia yang bukan apa-apa itu merasa minder.
"Baby, ayo ke kantin. Aku sangat lapar" kata Henry yang menerobos masuk ke dalam kelas Arra saat bel istirahat berbunyi
"Hah, kamu harus konsisten memanggilku. Aku bingung kamu memanggilku sayang, baby, cantik, Honey, lovely aku selalu merasa ada orang lain di sekitarku saat kamu mengganti panggilanmu" gerutu Arra sambil memasukan buku ke dalam laci