"Apa tidak ada orang lain selain kita yang tinggal disini?"
"Tidak" jawab Irhas singkat "Aku tinggal sendiri, para pembantu akan datang pagi hari dan pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya" jelasnya
"Kenapa tidak menyuruh mereka tinggal, jadi kamu tidak sendirian"
"Aku tinggal di apartemen, ingat?" ucap Irhas sambil membawa makanan ke meja makan "Ayo, makanan sudah siap"
"Iya" sahut Arra lalu duduk "Kamu punya rumah, kenapa memilih tinggal di apartemen" tnya Arra kemudian
"Disini terlalu besar untukku, di apartemen setidaknya aku punya tetangga yang bisa ku sapa" jawab Irhas tersenyum
"Bukankah jarak rumah ke kantormu lebih dekat dari pada apartemen?"
"Tidak masalah, aku bahkan rela jauh-jauh pulang dar luar negeri hanya untuk mempunyai tetangga" jawab Irhas santai membuat Arra tidak bisa berkata-kata lagi
Suasana menjadi sangat hening, hanya suara dentingan sendok yang menyentuh piring.
Setelah suapan terakhir dan meletakan sendok masing-masing Irhas menuangkan air kedalam gelas Arra yang hampir kosong.
"Lalu… kapan kita akan menikah?" ujarnya santai sembari meletakkan teko air
Arra mengurungkan niat mengambil gelas tersebut setelah mendengar pertanyaan Irhas yang mendadak itu, dia bahkan tidak tau bagaimana harus meresponnya.
"Haruskah kita menemui kakekmu dulu?" tanya Irhas lagi saat melihat arra tidak meresponnya hanya terdiam dengan pandangan kosong
Lalu dia meraih telapak tangan Arra dan menggenggamnya membuat Arra kembali sadar melihat kearahnya rumit
"Bagaimana? Kamu mendengarku?"
"Apa aku pernah setuju menikah denganmu?" tanya arra bingung
"Belum" jawab Irhas datar setelah mendengar respon Arra "Bukankah kamu bahkan tidak menolak saat aku bilang 'calon istriku' berkali-kali" lanjut Irhas santai membuat Arra seketika sadar dan mencoba menarik tangannya dari genggaman Irhas tapi sia-sia
"Aku punya alasan sendiri" elak Arra
"Jadi kamu memanfaatkanku?"
"Aku… aku tidak pernah berpikir seperti itu" bantah Arra sedikit gugup
"lalu apa yang kamu pikirkan?" tanya Irhas menatapnya lekat "Menerima Lamaranku atau menolaknya?" lanjutnya
"Aku belum berpikir untuk menikah dalam waktu dekat" jawab Arra sembari memalingkan wajah menghindari tatapan Irhas
"Jadi, kapan kamu akan siap menikah?" tanya Irhas tenang
"Kenapa kamu begitu banyak pertanyaan"
"Aku hanya memastikan bahwa aku siap untuk menunggu selama apapun itu" sahut Irhas membuat wajah Arra memerah
"Setidaknya akhir minggu ini kita harus benar-benar mengunjungi kakekmu agar laki-laki tadi tidak mengganggumu lagi" lanjut Irhas merubah nada bicaranya dengan serius
"Aku akan menelpon kakek tidak perlu sampai kesana" sela Arra segera
"Tidak sopan jika meminta restu lewat telpon, kita yang lebih muda harus mengunjungi tetua baru dikatakan serius" respon Irhas sembari memainkan jari tangan Arra yang ada di genggamannya
"Aku bilang tidak akan menikah dalam waktu dekat" bantah Arra mencoba menarik tangannya
"Aku juga tidak mengatakan akan segera menikah setelah menemui mereka, hanya memastikan mendapat restu dan lamaranku diterima saja" jelas Irhas santai "Apa kamu berpikir sebaliknya?" lanjutnya menggoda Arra
"Jika kamu terus mengatakan itu aku pergi saja, aku mau pulang sekarang juga!" sela Arra dengan wajah memerah
"Berarti jika aku tidak mengatakan itu lagi maka kamu akan tinggal disini?" tanya Irhas tersenyum "Baiklah, aku akan diam. Jadi kamu tidak perlu pulang, tetap disini" lanjutnya membiarkan Arra dengan mudah menarik tangan dari genggamannya
"Aku tidak mengatakan itu" bantah Arra merasa dipermainan oleh Irhas
Tapi protesnya tidak di respon oleh Irhas yang dengan santai mengemasi piring yang ada di meja makan dan membawanya ke dapur.
"Apa kamu tidak mendengarku? Aku bilang aku mau pulang!" kata Arra kesal tapi hanya terdengar suara air mengalir dari dapur
Jam sudah menunjukan hampir jam 9 malam tapi belum ada tanda-tanda Irhas akan mengantarnya pulang. Sepertinya Irhas serius saat mnegatakan bahwa dia harus tetap disini malam ini.
Arra yang masih duduk di tmpat yang sama saat dia makan menatap gelisa kearah Irhas yang dengan santai duduk di sofa sembari menonton acara di televise sesekali dia tersenyum ringan melihat acara komedi yang dia tonton
"Apa kamu akan terus duduk disitu sambil menatapku?" tanya Irhas ringan "Kemarilah, Akan lebih jelas jika kamu menatapku disini" lanjut Irhas sembari menepuk Sofa dengan senyum menggoda
"Yang benar saja" elak Arra memalingkan wajah karena malu
"Kapan kamu akan mengantarku pulang?" tanya Arra setelah beberapa saat
"Bukankah kita sudah sepakat kamu akan tinggal disini?" sahut Irhas
"Aku belum menyetujuinya, kamu sendiri yang mengambil keputusan itu" elak Arra
"Kamu harus bisa membiasakan diri untuk hal ini, karena kedepannya kamu harus bertanya padaku untuk segala sesuatu" kata Irhas ringan
"Untuk apa?"
"Karena aku akan menjadi kepala keluarga yang akan memutuskan segala sesuatu untuk keluarga kita" jelas Irhas membuat Arra memutar bola matanya
"Pembicaraan kita belum waktunya untuk sampai membahas itu, lagi pula aku sudah mengatakannya jika aku tidak berniat untuk menikah dalam waktu dekat" elak Arra
"Orang akan bisa karena terbiasa, entah kapan kita akan menikah jika kamu mulai belajar dari sekarang itu akan mempermudah pernikahan kita di masa depan"
"Berhenti membahas pernikahan, antar aku pulang sekarang juga"
"aku tidak terlalu suka menyetir di malam hari, jadi kita bermalam disini malam ini"
"Irhas..!!"
"Panggil aku sayang untuk kedepannya, aku tidak suka kamu memanggilku seperti itu" kata Irhas "Semua orang memanggilku dengan nama itu, itu panggilan yang sangat umum" lanjutnya
"Hmm… itukan namamu" gerutu Arra
"Aku tau, tapi kamu tidak seperti mereka. Jadi kamu harus punya panggilan khusus untukku" jelas Irhas
"Kamu semakin tidak masuk akal"
"Jika kamu tidak ingin memanggilku sayang, kamu bisa memilih panggilan lain. Contohnya Suamiku?"
"Kita bahkan belum menikah" tekan Arra mulai kesal
"Oke, kalau begitu panggil aku Calon Suamiku, seperti aku menggilmu Calon Istriku"
"Hah… aku mulai gila" gumam Arra "Lebih baik aku istirahat dari pada menemanimu membahas seseuatu yang tidak masuk akal seperti ini" lanjut arra sembari beranjak dari duduknya menuju kamar yang siang tadi dia tempati
"Kamu mau kemana?" tanya Irhas
"Tidur"
"Oke, aku temani" sahut Irhas langsung melangkah dan merangkul Arra
"Apa yang kamu lakukan?"
"Menemanimu ngobrol sebelum tidur, aku tidak yakin kamu akan langsung tertidur karena kamu sudah tertidur selama itu setelah makan siang"
"Aku tidak butuh teman"
"Biasakan ini agar setelah menikah kamu tidak merasa canggung ada seseorang tidur disebelahmu" jelas Irhas sembari mereka menuju kamar utama
"Kamarku bukan disini" tolak Arra
"Kamu istriku, selanjutnya kamar ini akan menjadi milikmu"