"Henry… kamukah itu?" semuanya terdiam saat mendengar suara Arra lalu Henry dengan cepat mendekat
"Ya"
"Hiks… sakit sekali, aku tau kamu pasti akan datang menolongku" katanya Arra menangis
Irhas yang hendak mendekat seketika menghentikan langkahnya saat mendengar kata-kata Arra. Dia memutar langkah dan keluar, Lily yang saat itu ada di belakangnya melihat sekilas raut wajah kecewa.
Duduk seorang diri di bawah sinar matahari sambil meminum segelas kopi Irhas kembali mengingat ucapan Arra malam itu
"Abaikan saja perasaanku, Aku sudah cukup jika hanya aku yang menyukaimu"
Irhas tersenyum lalu kembali meminum kopinya, itu sudah cukup membuatnya bahagia. Perasaan Arra masih sama, perasaannya pun masih sama. Hanya saja mungkin mereka akan sulit bersama.
Irhas angkit dari kursinya lalu kembali ke kamar inap Arra, sebelum masuk dia sudah medengar suara tawa Arra yang sedang ngobrol dengan dua sahabatnya tersebut. Lalu Irhas mengetuk pintu pelan lalu masuk
"Aku hanya mengambil barangku yang tertinggal" katanya saat semua mata melihatnya masuk
"Kamu disini?" tanya Arra
"Ya, aku hanya mengambil barangku yang tertinggal. Jangan merasa terganggu, aku akan segera pergi" katanya memandang Arra sekilas lalu mengemasi barang-barangnya lalu pergi
"Mengapa dia membawa barang sebanyak itu dan bisa tertinggal" guman Arra sambil mengerutkan keningnya
"Dia yang membawamu kesini, kamu tidak ingat?" ucap Henry hati-hati
"Apa?"
"Aku rasa dia sudah menjagamu 2 malam ini. Karena kami baru kembali pagi ini dan langsung kesini" timpal Lily
Mendengar itu Arra mematung, dia tidak mengingat apapun. Setelah Andy membenturkannya ke tembok dia tidak mengingat apapun, hanya beberapa kali terdengar dering ponsel yang jatuh tak jauh darinya berddering tapi dia tidak sanggup untuk meraihnya.
"Arra" panggil Henry
"Saat itu, aku sedang berbicara melalu telp dengan Irhas. Tapi Ponselku terjatuh saat Andy menyeret lenganku" ucap Arra pelan
"Jadi dia yang menolongku?" lanjut Arra lalu Henry mengangguk
"Apa aku terlihat jahat atau melakukan kesalahan? Kenapa dia pergi begitu saja?" tanyanya bingung
"Tidak apa-apa, mungkin karena kami sudah disini dia lega adayang menjagamu. Dia juga butuh istirahat bukan?" kata Henry menenangkan
"Apa mungkin dia marah padaku? Sore itu aku menolaknya saat ingin menjemputku. Aku benar-benar tidak ingin bertemu dengannya lagi, dia selalu menyebutku 'calon istri' itu membuatku tidak nyaman" jelas Arra
"Apa kamu tidak berpikir bahwa dia benar-benar perhatian padamu?" tanya Lily
"Ah… Aku rasa itu hanya karena rasa bersalahnya karena kejadian waktu itu" jawab Arra ringan
Tak lama Lily pamit untuk pulang, hanya tersisa Henry dan Arra di ruangan itu. Henry menatap sahabatnya yang baru saja menyelesaikan sarapannya. Lalu menghembuskan napas panjang
"Kamu kenapa?" tanya Arra
"Bagaimana perasaanmu pada Irhas sekarang?"
"Aku baru saja putus dan di tinggal married. Aku tidak ada rencana untuk memulai hubungan dalam waktu dekat ini"
"Kamu bahkan tidak mempunyai perasaan apapun pada Andy"
"Hmmm… setidaknya kami pernah bersama"
"Aku tidak tau bagaimana kamu bisa terikat dengan hubungan rumit seperti itu, apa kamu menghindari sesuatu lalu menjadikan Andy sebagai tampengmu?" tanya Henry curiga
"Hah… apa kamu berubah profesi setelah pergi berduaan dengan Lily? Apa dia mempengaruhimu untuk menjadi seorang detektif?"
"Katakan yang sebenarnya, jangan menyembunyikannya lagi dariku. Apa yang sudah terjadi saat aku tidak ada?"
Arra tau dia tidak mungkin bisa berbohong lagi pada Henry, benar-benar tidak bisa merahasiakan sesuatu darinya.
"Kamu masih ingat Kak Tony?" tanya Arra tapi Henry hanya mengeryitkan alisnya
"Cucu tertua wali kota, sekarang sudah menjadi mantan wali kota"
"Ya, aku ingat"
"Dia datang menemui Kakekku dan mengatakan ingin melamarku"
"Apa? Lalu?"
"Aku waktu itu masih kuliah, saat itu aku belum genap 20tahun. Bagaimana dia melakukan itu, usia kami bahkan selisih 8tahun" jelas Arra heran
"Pada saat itu kebetulan Andy menyatakan perasannya padaku. Aku pikir itu adalah cara yang tepat untuk menolak Kak Tony dengan alasan mempunyai seorang pacar" lanjutnya sambil mengangkat bahu
"Jangan bilang selama ini kamu belum pernah pacaran dan Andy adalah pacar pertamamu?"
"Hahaha kamu tau sendiri keadaanku seperti apa waktu itu, aku benar-benar takut jatuh cinta"
"Jadi kamu baru pertama pacaran dan langsung di selingkuhi?"
"Mau bagaimana lagi, aku harus bersikap baik-baik saja agar Kak Tony tidak mendekatiku lagi"
"Kenapa kamu tidak mau dengan cucu kesayangan wali kota"
"hah… sudah menjadi rahasia umum kalau dia hanya bisa hidup di bawah naungan orang tuanya, sering membuat kekacauan dan suka bermain perempuan. Aku tidak mau terjebak dengan orang seperti itu seumur hidupku"
"Bukankah itu sama dengan Andy"
"Setidaknya dia tidak pernah menyentuhku" bantah Arra ketus
"Oke. Good Job" respon Henry dan memberi dua jempol tangannya lalu tertawa.
Dua hari kemudian akhirnya Arra di perbolehkan pulang, Henry mengantarnya pulang ke apartemennya. Sebelumnya Henry menyarankan agar Arra pulang ke rumah Kakeknya karena terlalu berbahaya jika dia tinggal sendirian di apartemennya karena Andy masih belum tertangkap. Tapi dengan sifat Arra yang keras kepala dia langsung menolaknya, dia keluar dari rumah itu dengan ego dan dan akan bertahan di luar dengan gengsinya juga.
Henry akhirnya menemani Arra sampai malam di apartemen, Lily pun datang saat hari menjelang gelap. Suasana menjadi sangat ramai saat mereka bertiga berkumpul menjadi satu, tapi ada sesuatu yang kurang dalam hati Arra.
Sejak terakhir dia melihat Irhas di rumah sakit sampai sekarang dia tidak melihatnya lagi. Irhas tidak datang lagi ke rumah sakit, menelpon atau mengirim pesan. Arra sudah terbiasa dengan kehadirannya merasa ada sesuatu yang kosong dalam hatinya. Mungkin benar yang di katakan orang bahwa 'sesuatu akan lebih berharga setelah kehilangan'
Sudah tiga hari Arra tidak melakukan apa-apa, berdiam diri di apartemennya membuatnya frustasi. Luka di kepalanya sudah terlihat kering tapi sepertinya akan meninggalkan bekas.
"Hmm… sepertinya aku harus ganti gaya rambut dan memakai poni" gumam Arra saat melihat cermin setelah mandi
"Benar-benar menghilang" gumamnya lagi saat melihat ponselnya dan belum ada kabar dari Irhas "Hah, kenapa harus meninggalkan kenangan jika akan pergi secepat ini" lanjutnya sambil menghela nafas panjang