Sudah tiga hari Arra tidak melakukan apa-apa, berdiam diri di apartemennya membuatnya frustasi. Luka di kepalanya sudah terlihat kering tapi sepertinya akan meninggalkan bekas.
"Hmm… sepertinya aku harus ganti gaya rambut dan memakai poni" gumam Arra saat melihat cermin setelah mandi
"Benar-benar menghilang" gumamnya lagi saat melihat ponselnya dan belum ada kabar dari Irhas "Hah, kenapa harus meninggalkan kenangan jika akan pergi secepat ini" lanjutnya sambil menghela nafas panjang
Setelah melihat jam menunjukan pukul 10 pagi Arra akhirnya memutuskan untuk ke salon memotong rambutnya dan saat jam makan siang mampir ke kantor.
"Siang Miss Arra" sapa pegawainya tersenyum saat melihat Bosnya akhirnya datang ke kantor setelah beberapa hari absen tidak ada kabar dan kini datang dengan gaya rambut baru terlihat sangat cantik
"Ada masalah saat aku tidak ada?"
"Tidak ada Miss, hanya 2 hari berturut-turut kiriman seikat bunga mawar datang setelah itu tidak ada lagi"
"Apa ada nama pengirim?"
"Tidak ada"
"Lain kali tolak jika ada kiriman bunga tanpa pengirim" perintah Arra
"Baik"
"Ada lagi?"
"Hmm… baru saja ada seorang pria datang dan menanyakan apakah Miss Arra sudah mulai datang bekerja"
"Siapa?"
"Ah… Dia sangat tampan dan memiliki wajah oriental" jelas Asisten Arra dengan wajah memerah
"Apa dia mempunyai lesung pipi?"
"Hmm… dia sama sekali tidak tersenyum, jadi saya tidak yakin"
"Apa dia mengatakan bahwa dia 'Calon Suami' ku?"
"Ah… tidak, dia hanya menitipkan ini" kata Asisten Arra sambil menyerahkan sebuah amplop
"Terima kasih, kalau tidak ada laporan lain kamu boleh keluar"
"Sudah tidak ada lagi Miss, saya permisi"
Setelah melihat Asistennya pergi Arra segera membuka isi amplop itu dan seperti yang dia duga itu dari Irhas.
"Kenapa dia mengirim surat, bukankah bisa langsung kirim pesan atau telepon. Lagi pula da tinggal di sebelahku, kenapa tidak datang menjengukku?" gerutu Arra
'Apa kamu sudah sembuh?
Aku tidak bisa menjengukmu,
Aku pergi'
-Irhas
"Hah… apa maksudnya?" gumam Arra bingung lalu mengambil ponselnya dia melihat Chat grup sekolah begitu ramai.
Mereka bergunjing tentang suami Rika yang di tangkap Polisi karena kasus penganiayaan tapi tidak ada yang menyebut nama Arra. Lalu Arra melihat notifikasi bahwa Irhas meninggalkan Chat Grup sekolah.
Arra mengetik pesan dan mengirim ke nomer Irhas tidak butuh waktu lama pesan tersebut dibalas
'Aku tunggu di depan'
"Uh… cepat sekali" gumam Arra lalu suara pintu di ketuk dari luar
"Miss Arra, ada tamu"
"Ok, terima kasih"
"Halo Arra, lama tidak ketemu" Sapa seorang pria yang sangat tidak ingin dia temui berjalan masuk ke dalam ruangannya membuat Arra langsung mendongkakkan kepala
Saat pegawainya mengatakan ada tamu Arra pikir itu Irhas karena dia mengirim pesan sudah ada di depan, tapi kenapa yang masuk adalah Tony.
"Apa aku mengejutkanmu?" katanya lagi saat melihat Arra terdiam
"Pegawaimu mengatakan bahwa kamu tidak datang beberapa hari yang lalu, jadi aku berhenti mengirim bunga untukmu" Lanjutnya lalu duduk di depan Arra dengan senyum menggoda
"Terima kasih atas bunganya" ucap Arra datar
"Apa kamu menyukainya? Aku akan mengirimnya setiap hari jika kamu suka, aku juga bisa mengirim dengan jenis berbeda setiap hari jika kamu mau"
"Apa sekarang kamu membuka toko bunga?" tanya Arra tanpa melihat ke Arah Tony dan sibuk mengetik pesan untuk Irhas
"Kamu meremehkanku? Apa aku terlihat seperti petani Bunga"
"Meremehkan? Bukankah bagus mempunyai Toko bunga, omsetnya sangat tinggi" ucap Arra sambil menggangguk
"Aku dengar pacarmu menikah dengan perempuan lain" kata Tony mengalihkan pembicaraan
"Aku mengunjungi kakekmu beberapa hari yang lalu, dia berharap cucunya bisa pulang dan membawa menantu" lanjutnya
"Oh ya? Kalau begitu tolong sampaikan salamku dan sampaikan pesanku bahwa aku sudah menemukan menantu untuknya"
"Hahahah Arra, siapa lagi yang akan kamu manfaatkan untuk menghindariku? Kakekmu mengatakan itu agar aku menjemputmu pulang, sudah jelas pilihan kakekmu untuk menjadi memantunya adalah Aku"
"Hmmm… sepertinya kamu memang memantu idaman" ucap Arra malas
"Pernikahan ini sudah di bicarakan oleh para orang tua sejak kita kecil, kamu tidak akan bisa menghindarnya"
"Aku yang akan menjalani pernikahan, kenapa mereka begitu repot"
"Itu karena mereka memikirkan masa depan yang baik"
"Oh ya?" respon Arra tersenyum sinis
Di luar Irhas yang menerima pesan dari Arra beberapa waktu yang lalu tetap menunggunya 'Bisakah kamu tunggu sebentar, aku ada tamu'
Sudah hampir 15 menit Arra tidak kunjung keluar dan tidak membaca pesannya saat Irhas membalas 'Oke'
Akhirnya Irhas mengirim pesan kedua 'Apa ada masalah? Kita bisa bertemu saat malam malam jika sekarang kamu tidak bisa pergi'
Mendengar ponselnya berbunyi Arra segera melihatnya, mengabaikan Tony yang tidak ada hentinya membicarakan perjodohan mereka.
'Tidak, aku yang mengajakmu makan siang. Aku tidak bisa membatalkannya begitu saja. Tapi sepertinya tamuku tidak ingin pergi dengan cepat'
'Apakah tamu penting?'
'Tidak, dia di kirim kakekku untuk menjemputku pulang melakukan perjodohan'
'Apa? Perjodohan? Dengan siapa?'
'Dengan orang yang menjadi tamuku sekarang ini'
Setelah Arra mengetikkan pesan itu tidak ada lagi balasan dari Irhas. Arra mengerutkan kening lalu mengetikkan pesan lagi
'Jika kamu masih sibuk, kita bertemu nanti malam'
Baru saja pesan itu di kirim ada seseorang masuk ke ruangannya dengan wajah datar menatap tajam kearah Tony
"Sudah hampir jam 01.00 Apakah kamu akan mengobrol sampai sore dan melewatkan makan siang?" kata Irhas langsung menghampiri Arra dan berdiri di sampingnya membuat Tony menatap heran
"Ya, kami sudah selesai" jawab Arra tersenyum
"Siapa dia?" tanya Tony dengan wajah penuh emosi
"Calon Suami Arra" jawab Irhas dengan senyum, benar-benar membuat jantung Arra berdetak lebih kencang saat melihat senyumnya
"Apa calon suami?" respon Tony kaget
"Apa Arra tidak mengatakan bahwa dia sudah memiliki calon suami?" kata Irhas lalu mengalihkan pandangannya pada Arra dengan senyum manisnya
"Arra, benarkah?"
"Hmm.. kami baru akan membahasnya, maka dari itu kami bertemu untuk makan siang bersama" sahut Arra agak canggung