Chereads / Kuingin Cinta bertepuk sebelah tangan / Chapter 10 - BAB 10 – KISAH LAMAKU

Chapter 10 - BAB 10 – KISAH LAMAKU

"Baby, ayo ke kantin. Aku sangat lapar" kata Henry yang menerobos masuk ke dalam kelas Arra saat bel istirahat berbunyi

"Hah, kamu harus konsisten memanggilku. Aku bingung kamu memanggilku sayang, baby, cantik, Honey, lovely aku selalu merasa ada orang lain di sekitarku saat kamu mengganti panggilanmu" gerutu Arra sambil memasukan buku ke dalam laci

"hahahaha kamu lebih suka aku panggil apa?" goda Henry tersenyum

"Terserah, aku tidak bisa menikmati kisah kasih di sekolah karenamu. Semua orang berpikir aku adalah pacarmu karena panggilan sayangmu itu" gerutu Arra lalu berdiri dan langsung di rangkul oleh Hendry

"Isi perut dulu baru nanti marah-marahnya di lanjutkan, Oke" sela Henry segera "Sayangku mau makan apa hari ini?" lanjutnya menggoda dan dibalas pukulan Arra kesal pada lengannya

Irhas sering melihat itu setiap hari, bahkan dia juga seperti yang lainnya berpikir bahwa mereka berdua berpacaran karena mereka sudah seperti itu sejak awal masuk sekolah.

Mengingat hari dimana Arra menyatakan perasaan padanya Irhas merasa putus asa. Tidak ada yang bisa dia berikan pada Arra, Dia jauh dari kata kebahagiaan. Orang tua angkatnya Mr. Smith tiba-tiba sakit parah dan harus berobat ke luar negeri. Saudara dari istri Mr.Smith mulai mengusik perusahaan, keadaan keluarga yang tenang tiba menjadi kacau.

Statusnya sangat tidak dalam posisi yang baik, Irhas hujat dan fitnah ingin menguasi Harta orang tua angkatnya tersebut. Saat orang tua angkatnya memutuskan untuk berobat ke luar negeri dengan rela dia menawarkan diri menemaninya, menunda rencananya masuk ke perguruan tinggi.

Karena itulah, saat Arra mengatakan bahwa dia menyukai Irhas hatinya sangat sakit. Bukan tidak ada rasa senang karena perasaannya akhirnya terbalas, tapi dia tidak percaya diri dengan keadaannya sekarang. Tidak ada kebahagiaan yang bisa dia tawarkan kepada Arra, dengan kejam menolaknya agar Arra bisa segera melupakannya, mendapat yang lebih baik darinya.

Setelah lulus Irhas bersama orang tua angkatnya pindah ke luar negeri untuk berobat. Karena bujukan dari Mr.Smith akhirnya Irhas mau melanjutkan pendidikan di sana. Memulai usaha baru dari awal dengan usahanya sendiri, sampai akhirnya kesehatan Mr.Smith membaik tapi tidak ingin kembali.

Tidak lama sebelum Irhas kembali saat reuni, orang tua angkatnya meninggal dunia. Awalnya dia ragu untuk kembali, tidak ada alasan untuknya kembali lagi. Sampai dia bergabung dalam chat grup sekolah yang kebnyakan membicarakan tentang hubungan segitiga Arra, Andy dan Rika. Mengetahui bahwa Arra belum menikah dan di khianati seperti itu dia memutuskan untuk kembali. Kali ini Irhas dengan berani ingin menawarkan kebahagiaan untuk Arra.

Suara dering ponsel Arra membuyarkan pikirian Irhas kembali kealam sadarnya. Terlihat nama Henry di layar tersebut.

"Halo"

"Halo, ini siapa? Mana Arra?"

"Ini aku, Irhas"

"Kenapa kamu yang mengangkat telp Arra, dimana dia?" kata Henry kemudian

"di Rumah sakit"

"Apa yang terjadi?" respon Henry kaget

"Datanglah kesini dan lihat sendiri"

"Mungkin malam aku baru sampai disana, aku sedang di luar kota. Tolong jaga dia" ucapnya melemah, seperti menyesal karena tidak bisa berada di dekat sahabatnya

"Ya,dia tanggung jawabku sekarang" kata Irhas tegas membuat Henry terdiam untuk sejenak

"Terima kasih" ucapnya dan mengakhiri sambungan telepon.

Saat hari menjelang gelap Asisten Irhas kembali datang membawa pakaian dan makanan. Melihat Bosnya yang biasa rapi terlihat lusuh membuatnya terheran, lalu dia melihat kearah tempat tidur pasien yang terbaring seorang wanita yang sejak kemarin malam belum sadar membuatnya terenyuh, dia adalah wanita pertama yang mendapat perhatian dari Bosnya.

Irhas keluar dari kamar mandi saat Asistennya baru selesai menyiapkan makanan di meja

"Makan malam anda Pak" katanya sopan

"Kamu sudah makan?" tanya Irhas kemudian

"Belum pak, saya akan makan setelah menyelesaikan pekerjaan saya"

"Kamu makanlah, aku belum lapar" ucap Irhas dan kembali duduk di kursi samping tempat tidur pasien

"Tapi anda belum makan apapun sejak tadi malam, tolong makanlah Pak. Jika anda sakit, nona Arra juga pasti akan sedih"

"Benarkah? Apa dia akan sedih?" tanya Irhas ragu

"Pasti pak, tidak ada orang yang tega melihat orang yang dicintai menderita" jawab Asisten Edo kemudian

"Kamu pulanglah, pekerjaan lain selesaikan besok" kata Irhas sambil menatap Arra "Terima kasih Edo" lanjutnya

"Anda tidak perlu sungkan Pak, ini sudah tugas saya"

Tengan malam saat Irhas br saja terlelap merasakan pergerakan dari tangan Arra yang ada di genggamannya dan dengan cepat dia kembali membuka mata. Irhas melihat Arra mengengkerutkan alisnya sebelum perlahan membuka mata

"Arra, kamu sudah sadar?" itu kata yang pertama kali Arra dengan brserta senyum lega yang terlihat di wajah Irhas

Arra belum bisa sadar sepenuhnya berpikir itu adalah bagian dari mimpi panjangnya dan tersenyum

"Hmm.. Kamu disini? Jangan merasa terganggu. Abaikan saja perasaanku" ucap Arra lirih "Aku sudah cukup jika hanya aku yang menyukaimu" gumamnya lirih dan kembali memejamkan mata

Melihat itu Irhas panic dan langsung memencet tombol panggilan dokter. Saat baru saja ditangani dokter mengatakan bahwa tidak ada yang serius pada kepala Arra, hanya kehilangan banyak darah. Tapi tidak wajar jika Arra butuh waktu lama untuk sadarkan diri. Saat dokter datang dan selesai memeriksa Arra, Dokter mengatakan jika itu tidak apa-apa semua kondisi tubuh Arra normal.

**

Pagi hari Henry datang bersama Lily dengan wajah panic, saat masuk ruang inap Arra dia melihat Irhas duduk di samping tempat tidur Arra sembari mengenggam tangannya.

"Irhas, bagaimana keadaannya. Apa yang terjadi?" tanya Henry segera saat melihat perban di kepala Arra

Melihat Henry dan Lily datang Irhas melepas genggaman tangannya perlahan lalu mendekat kearah dua sahabat Arra itu

"Duduklah dulu, dia sudah tidak apa-apa" jawab Irhas pelan "Semalam dia sudah sadar, tapi kembali tidur" lanjutnya

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Henry lagi sambil menenangkan Lily yang masih belum berhenti menangis, saat kmren dia berbicara di telp dengan Irhas, dia sama sekali tidak memberitahu keadaan Arra kepada Lily karena dia tau pasti Lily tidak akan tenang. Baru saat mereka kembali danlangsung menuju ke Rumah sakit Henry menceritakan bahwa Arra masuk rumah sakit.

"Saat aku menelponnya aku mendengar Arra berdebat dengan seseorang, lalu aku segera pulang ke apartemen dan melihat Arra terbaring di depan pintu apartemennya dengan luka di kepalanya" jelas Irhas

"Kamu sudah melaporkan ke polisi? Apa sudah diketahui siapa pelakunya? Apa sudah cek CCTV apartemen?" sela Lily segera

"Sudah, Andy" jawab Irhas singkat tapi terdengar dengan penuh tekanan menahan emosi

"Apa!?" respon Lily kaget "Si Brengsek tidak tau malu itu, apa yang sudah dia lakukan" lanjutnya emosi

"Lily tenanglah" ucap Henry sambil menepuk punggung Lily pelan

"Dia sudah berselingkuh hingga menghamili selingkuhannya, bahkan Arra tidak pernah mempermasalahkan itu semua. Kenapa dia tega melakukan itu" katanya emosi

"Apa sudah ada kabar dari kepolisian?" tanya Henry

"Belum, dia melarikan diri. Tapi aku rasa dia tidak akan jauh. Karena istrinya sekarang ada di rumah sakit" jelas Irhas

"Dia tidak akan peduli pada istrinya" sela Lily ketus "Aku akan menuntutnya, aku pasti akan mengirim dia ke penjara" lanjutnya emosi

"Tenanglah, yang penting sekarang Arra baik-baik saja" ucap Henry sabar

"Henry… kamukah itu?" semuanya terdiam saat mendengar suara Arra lalu Henry dengan cepat mendekat

"Ya"

"Hiks… sakit sekali, aku tau kamu pasti akan datang menolongku" katanya Arra menangis

Irhas yang hendak mendekat seketika menghentikan langkahnya saat mendengar kata-kata Arra. Dia memutar langkah dan keluar, Lily yang saat itu ada di belakangnya melihat sekilas raut wajah kecewa.