"Kamu sibuk dengan ponselmu dan membicarakan orang yang ada di sampingmu" Irhas kembali mendekatkan tubuhnya pada Arra dan berbisik ditelinganya sambil tersenyum
Bukan hanya Arra yang merasa kaget dan berdebar, beberapa pasang mata yang menyaksikan pemandangan itu juga ikut terbawa suasana 'Romantis' dengan latar suara lagu cinta yang kini sedang dinyanyikan oleh penyanyi di atas panggung
"Bisakah kamu sedikit menjaga jarak, posisi ini mungkin untuk sebagian orang yang melihat akan terlihat mesra tapi tidak bagiku" ucap Arra ketus lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas
Irhas kembali menegakkan tubuhnya ke posisi semula lalu minum dengan sangat elegan
"Kenapa ada orang sepertimu, jelas mereka bermain di belakangmu tapi kamu tidak berbuat apa-apa" ucap Irhas dengan tatapan lurus tanpa melihat Arra
"Bukan urusanmu"
"Apa mungkin jika Rika tidak hamil kamu masih tetap berada di antara mereka?"
"Apa maksudmu aku berada diantara mereka?"
"Aku dengar dari teman-teman yang lain, bahkan kamu sudah mengetahui perselingkuhan mereka sejak awal"
"Apa seorang Irhas sekarang juga suka bergosip?" ucap Arra tersenyum sinis
"Aku tidak bergosip, hanya saja Chat Grup sekolah terlalu banyak mengumbar hubungan mereka"
"Ternyata kamu mempunyai waktu yang sangat luang, sehingga bisa menyimak chat grup sekolah"
"Tentu saja, karena itu aku bisa punya alasan pulang dari luar negeri untuk menghadiri reuni dan sekarang bisa tinggal di sebelahmu" jelas Irhas yang kini kembali menatap Arra lekat
"Karena dulu saat sekolah kita tidak sempat menjadi teman, bagaimana kalau sekarang kita berteman karena kita bertetangga" lanjut Irhas tersenyum
"Aku cukup sibuk untuk menyapa tetanggaku, maaf" jawab Arra tidak terpancing omongan Irhas
"Tidak masalah, setidaknya kita masih bisa saling sapa jika bertemu saat lari pagi" ucap Irhas kembali minum tapi tidak mendapat respon dari Arra
Arra segera mengambil ponselnya saat mendengar suara Ponselnya bordering, dia berdoa itu adalah telpon penyelamat supaya dia bisa menjauh dari Irhas
"Halo?"
"Kamu datang bersama Irhas?" suara Henry berada diujung lain
"Tidak, hanya kebetulan bertemu di depan dan terjebak di situasi tidak jelas seperti ini" jelas Arra
"Apa yang tidak jelas, bukankah aku jelas-jelas ada di sampingmu" Sahut Irhas yang kini kembali mencondongkan badannya lebih dekat pada Arra, jika dilihat dari sisi lain dia seperti sedang membisikkan sesuatu atau lebih terlihat seperti mencium pipi Arra
Mendengar itu Arra langsung menutup sambungan telp Henry, saat hendak berdiri tangannya di raih oleh Irhas
"Jangan coba-coba pergi dan mendekati pria lain, atau kamu akan menjadi bahan pembicaraan yang lebih dari Rika" mendengar itu Arra mengurungkan niat untuk berdiri dan kembali duduk.
Pesta telah berakhir bahkan Arra tidak menyentuh makanan sedikitpun karena telah kehilangan selera makannya
"Maaf, dia sedang diet. Akan terlihat tidak cantik jika saat nanti mengenakan pakaian pengantin terlihat gendut" sindir Irhas saat beberapa tamu bertanya kenapa Arra tidak makan sedikitpun, mereka yang mengetahui Arra pernah berpacaran dengan Andy berpikir jika suasana hati Arra tidak baik melihat mantan pacar menikah dengan selingkuhannya. Tapi Irhas menyindir tegas tepat saat Rika dan Andy menghampiri mereka.
"Jadi Mr.Irhas akan segera menikah? Wah.. itu kabar bahagia" ucap salah satu tamu yang juga merupakan karyawan perusahaan Irhas
Mendengar itu wajah Andy berubah masam begitu pula dengan Rika, dia merasa kalah telak. Pantas saja Arra dengan senyum meninggalkan Andy ternyata dia mempunyai target yang lebih besar pikirnya dengan senyum terpaksa
"Karena kita searah, ikut saja di mobilku" kata Irhas setelah mereka sampai ditempat parkir
"Tidak, terima kasih" ucap Arra ketus langsung berjalan kearah mobilnya, membanting pintu mobil dengan keras dan dengan cepat berlalu dari area parkir, melihat itu Irhas tersenyum .
**
Setelah semalam Arra memutuskan untuk mematikan ponselnya karena terlalu banyak chat masuk di Grup sekolah bergosip perihal dirinya, Irhas dan pernikahan Rika yang membuatnya tidak bisa memejamkan mata. Akhirnya setelah hari mulai terang dia bisa terlelap.
Terbiasa hidup dengan teratur ketika Arra terganggu tidurnya dan bahkan bisa dibilang tidak tidur semalaman saat bangun tidur kepalanya terasa berat.
Melihat jam sudah menunjukan pukul 9 siang, dengan terhuyung dia menuju nakas untuk mengambil obat sakit kepala dan ke dapur untuk memasak sarapan.
Tak lama bel pintu apartemennya berbunyi, Arra meletakkan telur yang baru saja dia goreng di meja lalu membuka pintu, terlihat Henry tersenyum lebar dengan membawa makanan di kedua tangannya.
"Ah… akhirnya kamu datang menyelamatkanku" ucap Arra lega sambil tersenyum
"Apa kamu baru bangun tidur?" tanya Henry berjalan masuk meletakkan kantong makanan yang dia bawa
"Heem" respon Arra mengangguk
"Bubur Ayam kesukaanmu, ternyata warung langganan kita deket sekolah masih buka sampai sekarang" jelas Henry lalu ke dapur mengambil sendok untu dirinya dan juga Arra tak lupa dengan 2 gelas air minum
Dengan cepat mereka berdua menghabiskan sarapan sambil berbincang dan tertawa
"jalan yuk… bantu aku cari rumah, aku tidak nyaman tinggal di apartemen perusahaan" ajak Henry kemudian
"Sekarang?" tanya Arra yang kini tengah rebahan di sofa sementara Henry duduk di atas karpet dengan menyandarkan kepala di pegangan tangan sofa tepat di sebelah kepala Arra.
Jika dilihat posisi mereka seperti orang pacaran saling menatap, pada saat itu tiba-tiba pintu apartemen terbuka seketika 2 orang yang berada di luar melihat pemandangan itu terkejut. Begitu pula Arra dan Henry.
"Kalian ngapain?" Tanya Lily bingung "Henry kamu juga disini? Kenapa kalian berdua tidak bisa di hubungi, membuat orang panic" lanjut Lily Ngomel-ngomel berjalan masuk sementara orang yang di belakangnya mematung tidak masuk ke dalam
"Kenapa kalian bisa berdua?" tanya Henry melihat kearah LilY dan Irhas bergantian tanpa menjawab pertanyaan Lily
"Oh.. tadi aku ketemu Irhas di loby, dia bilang juga tidak melihat Arra pagi ini. Maka dari itu aku ajak dia sekalian takut jika terjadi apa-apa ada yang bantu tolong�� jelas Lily sambil menatap Arra meminta penjelasan, sementara Arra menegakkan posisi duduknya merasa aneh dengan tatapan Irhas
"ehm.. Ponselku sengaja aku matikan dari semalam" ucap Arra masih dengan perasaan tidak nyaman seperti tertangkap berselingkuh
"dan kamu?" kata Lily kepada Henry
"Sepertinya Ponselku tertinggal di mobil"
"Apa ini seperti… Kalian sengaja melupakan Ponsel kalian agar tidak ada yang mengganggu malam kalian?" goda Lily kemudian
"Hei apa yang kamu katakan, tidak seperti yang kamu pikirkan" bantah Arra segera lalu berdiri dari duduknya dan menunjuk Irhas
"Kamu kenapa masih di tengah pintu, kamu mau masuk atau tidak? Jika tidak ingin masuk tolong tutup pintu itu" Lanjut Arra dengan nada lantang
Arra pikir tidak mungkin Irhas akan masuk, apalagi ada dua temannya disini tapi dia benar-benar salah prediksi Irhas melangkah masuk dan menutup pintu lalu mendekati Arra dengan wajah datar
"Kenapa dia ada disini? Apa yang kalian berdua lakukan?" kata Irhas ketus
"Kami tidak melakukan apa-apa hanya sarapan bersama" jelas Arra gugup, benar-benar seperti seseorang yang tertangkap selingkuh oleh suaminya
"Hanya itu?" tanya Irhas mengintimidasi
"Henry memintaku menemaninya mencari rumah karena dia tidak nyaman tinggal di apartemen" lanjut Arra melihat kearah Henry seperti minta tolong untuk menjelaskan
"Kalian tinggal bersama?" tanya Lily kaget
"Huh.." Arra menghembuskan nafas kesal "Jangan membuat situasi jadi aneh, bukankah tadi aku sudah jelaskan. Kami hanya sarapan bersama, Henry datang tadi pagi" lanjut Arra sambil memijat keningnya
"Aku memang datang pagi ini karena aku tidak bisa menelpon Arra dari semalam" sahut Henry setelah puas melihat interaksi Arra dan Irhas, sepertinya sahabatnya ini sudah mendapatkan apa yang dia inginkan beberapa tahun lalu. Bukan Cinta bertepuk sebelah tangan lagi.
"Sepertinya sakit kepalamu belum membaik, kita pergi ketika kamu ada waktu luang" kata Henry mengambil kunci mobil di meja lalu dengan sengaja mengusap kepala Arra dengan senyum "Jangan lupa minum obatmu, dan istirahat dengan cukup. Aku pulang" lanjutnya melangkah pergi