Chereads / Kuingin Cinta bertepuk sebelah tangan / Chapter 3 - BAB 3 – MASA LALU

Chapter 3 - BAB 3 – MASA LALU

"Arra, jam 8 pagi aku jemput kamu"

"Jangan telat, jangan alasan apapun untuk tidak pergi"

"Aku akan menjemputmu"

Pesan dari Lily beberapa hari ini membuat Hp Arra tidak berhenti berdering, mengingatkan Acara Reuni sekaligus Amal yang diadakan sekolah SMA mereka.

"Oke" balasnya singkat melangkah menuju kamar mandi bersiap untuk hadir di acara reuni sekolah yang pasti akan banyak drama

"Hah… haruskah kita memakai seragam lagi? Aku pikir kita masih pantas" kata Lily saat mereka memasuki gerbang sekolah dan memarkirkan mobilnya

"Apa dia datang?" Tanya Arra ragu untuk turun dari mobil

"Dia? Maksud kamu, Irhas?" sahut Lily membuat Arra mengangguk

"Come on, dia lama di luar negeri. Tidak mungkin hanya karena acara reuni dia pulang kesini" jelas Lily yang melihat wajah Arra gugup

"Ya"

"Hai Arra, Lily… kalian akhirnya datang juga" Sapa Daniel mantan ketua Osis yang juga kini sebagai ketua panitia reuni ini

"Wah ramai sekali, kamu memang Hebat!!�� Puji Lily pada Daniel, mereka ngobrol sambil menuju Aula tempat acara reuni itu di selenggarakan

"Arra" panggil seseorang laki-laki yang kini berdiri di belakang mereka bertiga membuat langkah Arra terhenti seketika, suara yang akrab ini sudah lama tidak dia dengar. Seseorang yang selalu menemaninya dalam tangis dan tawa

"Henry?" Sahut Arra dan berhambur langsung memeluknya sahabatnya sejak SMP yang terpisah karena dia pindah ke luar kota bersama keluarganya. Lily yang melihat itu juga ikut memeluk mereka

"Ya Trio BaPer kembali bersatu" Gumam Daniel tersenyum lalu meninggalkan mereka

Jam sudah menunjukan pukul 12.30 acara sudah hampir selesai, kini mereka sedang menikmati hidangan makan siang. Setelah lama mengamati keadaan dan memastikan bahwa laki-laki yang dulu telah menyakitinya benar-benar tidak hadir Arra sangat lega.

"Kamu akan pindah ke kota ini lagi?" Tanya Arra pada Hendry yang kini tengah memberikan segelas jus padanya

"Aku ditarik ke kantor pusat menjadi kepala editor"

"Wow selamat, pastikan kamu tidak kehilangan HP lagi agar kita tetap bisa seperti dulu" Sela Lily tersenyum

"Kita harus sering-sering hangout seperti dulu, aku rasa beberapa tahun ini aku merasa waras dan perlu kembali menjadi gila seperti dulu" kata Hendry membuat mereka tertawa

"Kita akan menjadi gila, asal kamu sekarang bisa mengimbangi kegilaan kami yang telah naik level" Sahut Arra dan berdiri

"Aku mau ke toilet dulu" Sambungnya dan melangkah ke luar ruangan

Arra melangkah santai sampai langkah dia terhenti karena berhadapan langsung dengan orang yang tidak ingin dia temui, benar-benar tidak pernah ingin dia temui. Sejenak mereka saling menatap tanpa ada reaksi apapun lalu Arra dengan tegas melangkah melewatinya tanpa mengucap sepatah katapun.

Arra berpikir hatinya bisa kuat, tidak selemah dulu tapi kenyataannya berbeda. Bahkan Arra gemetar setelah memasuki toilet, membasuh wajahnya dengan air mencoba menenangkan hatinya.

"Dia masih seperti dulu" gumamnya pelan menatap wajahnya ke cermin setelah dirasa semua terlihat baik dia melangkah keluar, tidak disangka sudah ada seseorang yang menunggunya di luar toilet

"Kita harus bicara" ucapnya terdengar seperti perintah

"Tidak perlu. Aku tidak tahu jika hari ini kamu akan datang, jadi anggap saja kamu tidak pernah melihatku" kata Arra tanpa menatapnya dan melanjutkan langkahnya

"Apa kamu tidak mendengar kata-kataku" katanya dingin menahan emosi

"Apa aku harus menuruti semua kata-katamu?" Tanya Arra memutar tubuhnnya dan langsung menatap matanya

"Kamu bilang pergi maka aku harus pergi, kamu bilang lupakan maka aku harus lupakan dan ketika kamu bilang datang maka aku harus datang?" Kata Arra arogan menaikan sedikit dagunya mencoba membuktikan dia tidak lemah lagi

"Kita hanya bicara, tidak lebih"

"Bukankah sekarang ini kita sedang bicara, aku rasa kita bukan seperti seorang kenalan yang harus berbincang akrab mengenang masa lalu. Aku bukan temanmu dan kita tidak pernah berteman" Bantah Arra lalu memutar badannya melangkah pergi

Setelah melihat wajah itu, Arra enggan kembali ke Aula acara. Dia berjalan menjauh mengitari ruang perpustakaan tapi ruangan tersebut terkunci karena hari ini adalah hari libur sekolah. Lalu dia menginjakan kaki dijalan setapak menuju tempat parkir sepeda motor yang terletak di gedung belakang sekolah, melewati lapangan basket dan duduk di kursi penonton sendirian.

Menatap langit cerah menerawang jauh mengingat kenangan yang memenuhi otak dengan memory-memory yang tak bisa di uraikan satu-persatu.

Kini perlahan Arra mendorong pintu ruang kelas yang menjadi kelas terakhir disekolah ini. Melangkahkan kaki masuk perlahan, disinilah semua cerita dimulai. saat Arra lebih sering menghabiskan waktu untuk memandangi seseorang secara diam-diam yang dengan tenang duduk dibangku sudut belakang.

Irhas...

Ya.... itulah namanya, cowo super tenang yang pernah Arra temui.

***

~Flashback

5 tahun yang lalu ~~

" Arra " panggil Lily temen sebangku Arra yang kini telah berdiri diambang pintu menyuruhnya untuk keluar kelas, Arra berjalan perlahan menghampirinya, mencoba menangkap sesuatu yang hendak dia tunjukkan padaku.

" Hmmm" respon Arra setelah tak bisa mengerti maksudnya.

" Ada Steve" kata Lily kemudian dengan senyum genit.

Ya. Lily memang sangat menyukai Steve, anak lak-laki super cool yang ada di sekolah, bahkan Arra rasa dia sangat BuCin. Arra hanya tersenyum merespon tingkah Lily yang selalu over acting untuk mencari perhatian Steve.

"Lil ingat, Steve ga suka cewe' centil " bisik Arra pelan dan lebih memilih duduk dibangku dan secara diam-diam memandangi Irhas.

Sebenarnya ada tugas yang lebih penting yang harus Aku lakukan dari pada memandangi Irhas secara diam-diam atau menarik perhatian Steve yang tidak berguna. Arra mengeluarkan setumpuk buku pelajaraan.

Inilah pekerjaan yang lebih penting itu, aku harus bisa menjadi yang pertama karna aku harus mendapatkan Beasiswa untuk kuliah ke Jepang.

"Arra" suara itu terekam jelas di memory Arra, suara yang sangat Arra kenal tapi jarang dia mendengarnya.

Arra menengok pelan, sembari memastikan apa benar dia yang memanggil.

"Ah.. dia tersenyum manis" Pikir Arra meleleh

"Boleh aku tanya sesuatu?" ulangnya lagi, saat Irhas hanya mendapati Arra terdiam.

"Ya.... ada apa?"

" Apa benar, kamu yang menulis puisi yang sekarang tertempel di MaDing?" tanyanya perlahan

"Owh, kenapa dia menanyakan itu!" keluh Arra dalam hati

" Arra " panggilnya lagi

"Ya ya maaf, aku tidak konsentrasi" Arra cuma tersenyum kecut,

"Oh" respon dia singkat

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa, Terima kasih"

"Aaaahhh senyum itu lagi, aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa kalau dia sudah menampakkan senyum itu" keluh Arra dalam hati

Kejadian itu adalah pertama, Arra dan Irhas duduk sebangku.