Ning Huanxin berpikir untuk sesaat, dengan suara yang pelan kemudian dia membicarakan, apa yang sedang dipikirkannya saat itu, "Anak yang ada di dalam kandungan Li Yan, apakah bukan anakmu?" tanyanya.
Mendengar perkataan Ning Huanxin, membuat Zhang Xiao yang sedari tadi menunduk, tiba-tiba mengangkat kepalanya. Lalu, dia memperhatikan Ning Huanxin dalam-dalam, seakan-akan mengiyakan perkataan gadis muda itu, kemudian dia pun langsung menganggukkan kepalanya.
Ternyata benar, bahwa anak yang dikandung oleh Li Yan pasti bukan anak dari Zhang Xiao. Karena sejak awal hingga akhir, itu hanyalah sebuah pikiran-pikiran yang belum tentu benar adanya. Dia sangat menyukai Li Yan, membuatnya menghargai Li Yan sebagai perempuan yang sangat dia cintai. Jadi, dia tidak mungkin membuat hati perempuan yang dicintainya hancur karena perbuatannya. Bahkan terkadang, dia membelikan Li Yan hadiah untuk menyenangkan hatinya.
Tapi, Li Yan saat itu yang masih muda, membuatnya mendambakan sebuah pertemuan kisah percintaan yang romantis. Dan dia, sama sekali tidak tahu kalau Zhang Xiao selama ini telah menyukainya.
※
Tahun itu, Zhang Xiao sempat membeli sebuah barang yang sama dengan harga yang paling mahal. Barang itu adalah sebuah kotak pemerah pipi dari merek terkenal Xi Xiu. Dia rela menyingkirkan uang sakunya selama satu semester, demi bisa membeli kotak pemerah pipi itu. Dia membelinya, karena berencana ingin menyatakan perasaannya kepada Li Yan.
Tapi di masa liburan itu, ketika Zhang Xiao pulang saat liburan, dan membawa sekelompok teman sekelasnya. Tiba-tiba Li Yan, perempuan yang selama ini selalu mengisi hatinya, diam-diam berkencan dengan salah satu dari teman sekelasnya itu.
Dia adalah seorang pria yang tampan, dan dibesarkan di dalam keluarga yang kaya raya, tindak tuturnya pun bagus. Keluarganya seolah-olah berhasil mendidik anak itu, hingga dia tumbuh dengan sempurna. Selain itu, dia juga seorang yang humoris, hal itulah yang membuat orang-orang disekitarnya sangat menyukainya. Termasuk perempuan-perempuan, mereka juga tergila-gila kepada pria itu.
Saat itu Li Yan masih sangatlah polos, namun hanya dengan beberapa ucapan manis saja, dia sudah sukses membuat Li Yan yang polos menjadi di mabuk asmara, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk saling mencintai. Zhang Xiao yang mengetahuinya hanya bisa terdiam, ketika melihat mereka dari jauh. Perasaannya berkecamuk, saat melihat perempuan yang dicintainya bersama dengan pria lain.
Zhang Xiao tahu, ini semua adalah kesalahannya, andai saja dia lebih awal menyatakan perasaannya, mungkin dia masih punya kesempatan itu, tapi sayang semua itu terlambat. Karena keberadaan Li Yan, teman sekelasnya itu tinggal selama sepuluh hari di desa Zhangjia, sebab sangat berat baginya untuk meninggalkan Li Yan.
Setelah peristiwa itu, Zhang Xiao memutuskan untuk kembali ke sekolah lebih awal, untungnya jarak antara sekolah dan rumahnya tidak terlalu jauh, hanya satu setengah hari perjalanan lalu sampai. Sebelum pergi, dia mengeluarkan kembali kotak pemerah pipi itu, lalu dia berpikir, Apakah aku harus memberikannya kepada Li Yan? Atau sebaiknya, aku menyerah saja? batinnya.
"Setelah Li Yan mengalami masalah, dia diam-diam menelponku." kata Zhang Xiao sambil menghembuskan napas berat. Terdengar suara, kalau dia sedang menggertakkan giginya, "Saat itu aku baru tahu, kalau Li Yan telah mengandung anak dari pria itu. Dia sangat takut, kalau seluruh penduduk desa tahu akan hal ini. Bahkan saat itu dia punya pikiran ingin menenggelamkan dirinya ke sungai. Dia menelponku dan menyuruhku untuk mencari pria itu agar melamarnya, lalu membawanya pergi dari desa Lijia." katanya.
Li Yan dengan segenap hati tetap setia menunggu pria yang dia cintai itu, dia percaya kalau pria itu akan kembali mencarinya, kemudian melamarnya. Karena dia sangat ingat, ketika di tengah dinginnya malam, pria itu dengan lembut membisikkan suatu janji, yang membuatnya bersedia memberikan seluruhnya kepada pria itu. Pria itu berkata kalau dia akan mencintai Li Yan selamanya, dia juga akan membawa Li Yan pergi melewati gunung yang besar. Lalu, bersamanya menghabiskan seluruh hidupnya, dan menjadikan Li Yan sebagai ratu di dalam hidupnya.
Tapi, gadis muda yang polos itu sama sekali tidak tahu, kalau itu hanyalah permainan pria. Ucapan-ucapan manis yang Li Yang terima hanyalah bualan semata. Ketika Zhang Xiao sudah menemukan temannya itu, ternyata dia sudah berkencan dengan perempuan lain, Ironisnya dia sama sekali tidak ingin tahu tentang kematian Li Yan.
Kemudian waktu terasa berlalu dengan cepat, di tengah malam itu Zhang Xiao hanya bisa kembali dengan menggunakan bis. Saat itu Li Yan sudah dikurung di dalam penjara, membuatnya mencari akal agar dia bisa secara diam-diam melihat Li Yan, akhirnya dari kejauhan dia bisa melihat pujaan hatinya itu. Di sebuah gubuk yang kumuh, terlihat Li Yan sedang berbaring dengan raut wajah yang murung, sedih, dan tanpa harapan. Lalu dari luar jendela dia melihat Zhang Xiao, seketika itu raut wajahnya berubah menjadi penuh harap.
"Kak Xiao, mana Feng Yuan? Apa Feng Yuan sudah datang menjemputku?" tanya Li Yan, Feng Yuan adalah nama pria sialan itu.
"Feng Yuan… Dia… Dia pulang ke kampung halamannya karena ada urusan penting, jadi aku tidak bisa menemukannya. Tapi Li Yan, kamu jangan takut! Aku bisa memikirkan cara untuk mengeluarkanmu dari sini, atau… atau kamu bilang saja ke orang lain kalau anak yang dalam perutmu itu adalah anakku. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa kepadaku! Aku bisa meminta orang tuaku untuk menyiapkan banyak seserahan, lalu memberikannya ke orang desa Lijia, mereka pasti tidak akan menyakitimu." kata Zhang Xiao dengan mudahnya.
Lagi pula, saat itu keluarga Zhang Xiao mempunyai status tinggi di desa Zhangjia, kondisi keuangan keluarganya pun bagus. Dia percaya, kalau dia tidak akan menyesal untuk mengeluarkan uang banyak. Lalu, dia akan memanggil paranormal untuk menyelesaikan masalah ini. Dengan begitu, hal ini bisa membuat penduduk desa percaya kalau amarah Dewa Sungai telah meredam.
Tapi Zhang Xiao dibuat kaget oleh ucapan Li Yan, "Tidak bisa! Tidak bisa seperti itu, aku tidak bisa merusak reputasimu." katanya. Ternyata dia menolak saran dari Zhang Xiao...