Chereads / Suamiku Penguasa Kegelapan / Chapter 34 - Hidup Sepuluh Tahun dan Mati Sia-Sia (Bagian 24)

Chapter 34 - Hidup Sepuluh Tahun dan Mati Sia-Sia (Bagian 24)

Setelah mendengarkan cerita dari Zhang Xiao, membuat Ning Huanxin ingin mengatakan sesuatu, "Kakak Zhang, kedengarannya Dewa Sungai itu sangat hebat, pasti dia itu memiliki kekuatan yang membuat kalian semua menyembahnya. Tapi, mengapa kalian sekarang tidak menyembahnya lagi?" tanyanya.

Pertanyaan Ning Huanxin membuat Zhang Xiao agak tersentak, lalu dia menggenggam gelas yang ada di tangannya. Ning Huanxin tidak bisa melihat ekspresinya saat ini, karena dia terus menundukkan kepalanya. Tapi Ning Huanxin dapat melihat kalau saat ini, dia sedang mengepalkan tangannya dengan kuat. Bahkan Ning Huanxin bisa melihat urat pembuluh nadinya, karena kuatnya genggamannya. Saat ini, suasana hatinya benar-benar berubah drastis.

"Dewa Sungai?" kata Zhang Xiao kemudian terdiam sesaat, lalu tiba-tiba dia mengangkat kepalanya. Ketika dia mengangkat kepalanya, Ning Huanxin baru menyadari kalau kedua matanya saat ini sudah memerah. Entah itu sedang menunjukkan antara kemarahan atau kesedihan, membuat Ning Huanxin tidak bisa memastikannya.

"Gadis muda apa kamu percaya, bahwa di dunia ini mempunyai Dewa? Lal, ketika Dewa menerima sesembahan dan dupa yang dibakar dari seorang manusia yang berdoa kepadanya, bukankah seharusnya Dewa itu memiliki rasa belas kasihan kepada hambanya?" tanya Zhang Xiao. Jika memang dewa itu benar ada, harusnya mereka juga memiliki kasih sayang dan belas kasihan pada hambanya! batinnya seperti sedang menyambung perkataannya pada Ning Huanxin.

Sorot kedua mata Zhang Xiao terlihat penuh dengan kesedihan, dan sangat sakit baginya untuk mengingat hal itu kembali, "Sekitar dua puluh tahun yang lalu, sebuah masalah besar terjadi di desa ini. Sejak saat itu, tidak ada lagi yang berani untuk pergi berdoa ke Dewa Sungai. Bahkan, mereka yang sangat dekat dengan sungai itu pun juga tidak memiliki keberanian untuk pergi. Karena mereka pernah membuat kesalahan besar, yang membuat Dewa Sungai marah. Dan kamu pasti tahu, harga sebuah permintaan maaf dari murkanya seorang dewa sangatlah mahal. Bahkan, terlalu mahal untuk kehidupan seorang manusia." katanya.

Suara kepedihan dari seorang pria tua itu terus menggema di telinga Ning Huanxin, membuatnya memindahkan gelas berisi bir ke tangan satunya. Dia ragu untuk beberapa saat, lalu dia meminum bir yang ada di gelasnya, karena dia sudah mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun, ketika Zhang Xiao menyebut tentang masalah dua puluh tahun yang lalu. Tapi, saat membicarakan tentang Dewa Sungai, dia menyebut 'Mereka', bukannya 'Kami'.

Terlihat dari lubuk hati yang terdalam atau di benak Zhang Xiao, dia benar-benar berbeda dengan penduduk desa Zhangjia. Terlebih lagi, mungkin karena dia tidak setuju dengan apa yang terjadi puluhan tahun yang lalu itu.

Yang semakin membuat Ning Huanxin penasaran adalah, saat itu Li Yan bisa dibilang adalah perempuan tercantik di kedua desa itu. Lalu, pria seperti apa yang akhirnya mampu membuat seorang Li Yan melabuhkan hatinya? Yang membuatnya bersedia menghabiskan sisa hidupnya dengan pria itu, bahkan tanpa persetujuan dari orangtuanya? batinnya.

Seluruh penduduk desa saat itu sangat percaya dengan keberadaan dewa sungai, namun hanya Li Yan yang sama sekali tidak percaya dengan hal yang menurutnya konyol itu. Dari pemikirannya itu, bisa terlihat kalau dia sangat berbeda dengan gadis lain yang seumuran dengannya. Membuat Ning Huanxin berpikir, kalau sangat memungkinkan jika itu datang dari pengaruh pria itu, "Zhang Xiao, apakah kamu masih mengingat Li Yan?" kata Ning Huanxin. Dengan tiba-tiba, dia menanyakan sebuah pertanyaan yang berhasil membuat Zhang Xiao tersedak.

Pyar!!!

Gelas bir yang berada di tangan Zhang Xiao tiba-tiba terjatuh di atas meja, membuat seluruh bir yang ada di dalamnya tumpah ke seluruh meja. Matanya terbelalak, lalu dia menatap Ning Huanxin dalam-dalam.

Zhang Xiao tidak mengeluarkan satu katapun dari mulutnya, tapi ekspresi wajahnya sudah menjawab atas spekulasi dari Ning Huanxin, yang saat ini membuatnya terus menundukkan kepalanya. Lalu, dia menaruh gelas bir dengan baik, kemudian kembali menuangkan bir dan memberikannya ke Zhang Xiao.

Ning Huanxin memilih untuk tidak melanjutkan pertanyaannya, sebenarnya dia ingin menanyakan, apakah Zhang Xiao adalah pria yang disukai oleh Li Yan atau bukan. Dia hanya meletakkan gelas bir itu di depan Zhang Xiao, namun ketika melihat Zhang Xiao seperti itu, hal ini hanya membuatnya kehilangan gairah. Tapi, dia tetap bersuara, "Aku melihatmu pergi ke kuburannya, kotak pemerah pipi itu… Kamu kan yang membelinya?" tanyanya. Merek pemerah pipi itu adalah merek yang sudah lama, bahkan dia juga tahu kalau merek itu saat ini sudah tidak bisa dibeli lagi.

Tapi Zhang Xiao pernah memiliki merek pemerah pipi itu, mungkin dia telah membelinya bertahun-tahun sebelumnya, dan selalu menyimpannya. Atau mungkin perusahaan merek itu sebelumnya telah gulung tikar, lalu dia membeli banyak produk dari merek itu dan menyimpannya seorang diri. Tidak peduli banyaknya kemungkinan yang terjadi, tapi Ning Huanxin sangat yakin kalau dia lah yang telah meluluhkan hati Li Yan. Mereka berdua adalah dua sejoli yang saling mencintai dan sedang dimabuk asmara.

Jangan tanya seberapa rindunya Zhang Xiao saat ini, hari berganti hari, tahun berganti tahun, ribuan purnama yang telah dia lewati, bahkan tidak satupun dia tak merindukan Li Yan, "Dia sangat menyukai warna dari pemerah pipi itu!" katanya kemudian, akhirnya dia pun berbicara.

Dan Ning Huanxin pun beruntung menjadi seorang pendengar tentang cerita antara Zhang Xiao dan Li Yan, namun hanya dia seorang diri yang telah mendengar cerita ini...