Mendengar perkataan Ning Huanxin, Zhang Xiao yang hanya duduk di sofa kemudian tertawa, "Itu semua buku khusus kedokteran forensik. Kalau kamu tidak mengerti, itu wajar gadis muda." katanya.
"Ohh..!" kata Ning Huanxin sambil menganggukkan kepalanya, ketika mendengar ucapan Zhang Xiao, Benar juga katanya! batinnya. Dia sama sekali tidak memahami tentang buku-buku ini, tapi dia tahu kalau buku-buku ini adalah buku milik orang-orang profesional. Tentang, 'Anatomi Manusia' lah, 'Sistem Embriologi' lah, dia sama sekali tidak paham. Tapi, dari semua buku-buku itu, ada dua buku berbeda yang paling menarik perhatiannya, yaitu 'Toksologi Forensik' dan 'Analisis Obat Narkotika'. Hah, narkotika? batinnya lagi.
Sepertinya Zhang Xiao sangat tertarik tentang hal ini, terlihat sangat jelas karena jenis buku itu yang paling banyak di dalam rak buku tersebut. Dari yang paling lama hingga edisi terbaru, dia memiliki semuanya, dan pasti buku-buku itu sudah berkali-kali dibaca olehnya.
※
Jam makan siang pun tiba, saat ini Zhang Xiao sedang memasak dua hidangan lezat, ditambah dengan minuman segar dari bir. Tidak disangka, ternyata dokter tua ini selain ahli dalam hal kerapian dan kebersihan rumah, dia juga mahir dalam memasak.
Ning Huanxin masih berpikir tentang buku-buku itu, tapi Wang Nianping terus memberikan sinyal kepadanya, untuk tidak melupakan maksud mereka datang menemui Zhang Xiao. Dan bukan Ning Huanxin namanya, jika hanya sebatas sinyal saja dia tidak bisa menerimanya.
Karena itu, Wang Nianping yang sekarang memegang kendali untuk mengobrol dengan Zhang Xiao. Kedua pria itu, merupakan orang-orang yang berpendidikan dan memiliki pengalaman yang luas. Obrolan mereka semakin dalam, sehingga mereka merasa seperti 'Mengapa kita tidak bertemu lebih awal'.
Ning Huanxin pun juga menjalankan tugasnya, dia memiliki bagian untuk memberikan Zhang Xiao minum hingga mabuk. Setelah mereka minum sepanjang hari, akhirnya tiga botol bir yang mereka bawa, kini hanya menyisakan setengah botol. Saat ini, dia sudah mabuk, matanya pun terlihat sudah melayang kemana-mana, hampir mirip seperti sedang melihat cuaca.
Wang Nianping akhirnya menggunakan kesempatan ini untuk bertanya kepada Zhang Xiao. Dengan tetap berhati-hati dan bersuara pelan, dia membuka suara tentang apa yang terjadi di Kota Zhangjia, "Kakak Zhang, sebenarnya apa yang telah terjadi di pemakaman, yang berada di luar desa kita? Tidak mungkin sebelumnya penduduk di desa itu mati kelaparan, iya kan?" tanyanya.
"Mati kelaparan?" kata Zhang Xiao yang saat ini mabuk, dia justru tertawa ketika mendengar pertanyaan Wang Nianping, "Desa kami dulunya punya Dewa Sungai yang selalu menjaga kami! Bagaimana bisa mati kelaparan? Hahaha..." katanya.
"Dewa Sungai?" tanya Wang Nianping, dua kata itu benar-benar mampu membuatnya semakin penasaran dengan Kota Zhangjia ini. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya baginya, ada orang yang menyebut Dewa Sungai, "Kakak Zhang, memangnya Dewa Sungai itu apa? Apa dia mempunyai sebutan lain?" tanyanya lagi.
Senyuman Zhang Xiao terlihat sedikit berubah, ketika dia menyebutkan Dewa Sungai. Mungkin karena dia paling banyak minum, atau mungkin saja karena beberapa hal yang sudah terpendam di dalam hatinya selama bertahun-tahun, tapi tidak bisa dia ungkapkan.
Pada detik berikutnya, Zhang Xiao akhirnya membuka suara, dokter itu mulai menceritakan satu per satu apa yang terjadi pada kotanya. Dimulai tentang sungai yang berada di luar kota Zhangjia itu, hingga cerita ratusan tahun yang lalu tentang desa Zhangjia dan desa Lijia yang menyembah Dewa Sungai.
Ketika Zhang Xiao menceritakan hal ini, membuat tatapan kedua mata Wang Nianping berbinar-binar. Menyembah Dewa Sungai? Ini… Ini benar-benar luar biasa! Andai cerita rakyat ini dijadikan alur sebuah film, lalu hingga film itu dirilis dan menjadi trending sejagat raya, bukankah itu sangat menakjubkan? batinnya. "Kakak Zhang, aku ada urusan mendadak yang mengharuskan aku pergi." katanya kemudian.
Wang Nianping adalah seorang sutradara yang kreatif dan banyak inovasi, ketika sebuah ide cemerlang memasuki pikirannya, sesegera mungkin dia harus menulisnya atau membuat sebuah catatan agar dia tidak lupa. Sama seperti saat ini, baginya sebuah inspirasi tidak membutuhkan manusia, tapi manusialah yang membutuhkannya. Dia ingin segera kembali ke tempat syuting, untuk bertemu dengan sutradara dan kru lainnya agar bisa membicarakan ide briliannya...
Wang Nianping tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Dia segera bangkit dari duduknya dan bersiap untuk kembali. "Ning Huanxin, kamu kembali tidak?", tanya Wang Nianping. Tapi Ning Huanxin justru masih duduk di tempatnya, "Kakak Wang, kau balik duluan saja. Aku masih menemani Kakak Zhang untuk minum beberapa lagi."
Ning Huanxin sudah mengetahui lebih awal masalah dewa sungai itu. Dia datang kemari pun bukan untuk menanyakan hal itu, tapi ada hal lain yang lebih penting untuk ditanyakan kepada Zhang Xiao.
"Baiklah, aku balik dulu."
Wang Nianping kembali dengan perasaan gembira, semangat, bercampur jadi satu. Yang ada di pikiran Wang Nianping saat ini hanyalah ide-ide baru, sebuah karya darinya yang akan mendobrak industri perfilman. Tapi dibalik itu semua, ide cemerlang yang Wang Nianping cetuskan justru akan membuat semua kru menderita.
Saat ini, di ruangan itu hanya menyisakan Zhang Xiao dan Ning Huanxin. Ning Huanxin menuangkan segelas bir lagi untuk Zhang Xiao. Setelah Zhang Xiao meneguknya, barulah dengan hati-hati Ning Huanxin membuka suara.