Dengan segala rayuan yang dilakukan oleh Ning Huanxin, akhirnya Wang Nianping mengijinkan dia untuk ikut bersamanya minum bir. Lalu, Wang Nianping kembali ke hotelnya untuk mengambil lagi dua botol bir. Dia yang melihatnya, tidak bisa berkata apa-apa, kini mereka sudah mempunya tiga botol bir.
Sejak mereka berjalan, Wang Nianping tidak mengatakan apapun tentang siapa orang yang akan dia temui. Tapi Ning Huanxin tahu, siapa orang yang akan ditemui Wang Nianping sebentar lagi, pasti tidak lain dan tidak bukan dia adalah Dokter Zhang.
Wang Nianping pernah mengatakan bahwa dia tahu tentang masalah itu, karena dia diberi tahu oleh seorang dokter forensik. Dan sekarang, satu-satunya dokter forensik yang memiliki komunikasi dengan kru film adalah Zhang Xiao, seorang dokter forensik dari Kota Zhangjia. Bisa dibilang dia adalah satu-satunya dokter forensik yang berasal dari Kota Zhangjia.
Sebagai kota yang berada di pegunungan terpencil dan jauh dari perkotaan, Kota Zhangjia termasuk kota yang sedikit terjadi kasus kriminal. Tidak heran, kalau di kota ini hanya memiliki satu kantor kepolisian lokal. Dalam kesehariannya pun, penduduk di kota ini juga hidup dengan santai.
Terlebih tentang dunia kesehatan forensik, masyarakat semakin diam dengan urusan itu. Tapi, semua orang telah mengakui kehebatan akan kemampuan dari Zhang Xiao. Di hari-hari biasa, dia juga mau datang untuk memberikan sebuah diagnosa. Dia juga terkenal dengan kehebatannya, yang bisa memadu-padankan antara pengobatan barat dan pengobatan Tiongkok.
Tidak membutuhkan waktu lama, bagi Wang Nianping dan Zhang Xiao untuk lebih mengenal satu sama lain. Cukup satu hari baginya untuk mengetahui lebih banyak tentang Zhang Xiao. Namanya sutradara hebat tetaplah sutradara hebat, dia lalu mencari tahu segala hal tentang ZHang Xiao. Bahkan demi mendapat informasi, pria itu sering mengobrol bersama penduduk setempat. Tidak heran, jika dia tahu segala hal tentang Zhang Xiao. Bahkan, bar yang sering dikunjungi Zhang Xiao untuk sekadar minum bir.
"Aku yakin Zhang Xiao pasti orang yang punya banyak cerita." kata Wang Nianping sambil berjalan. Dengan suara yang pelan, dia lalu berbicara kepada Ning Huanxin, "Dengar-dengar, tidak hanya kemampuan medisnya yang bagus, tapi Zhang Xiao juga lulusan dari sekolah ternama. Ketika dia masih muda, kondisi keluarganya terbilang mampu. Zhang Xiao yang memiliki postur tinggi dan tampan, ditambah kemampuannya di bidang medis yang tidak perlu diragukan lagi. Dengan kondisi seperti itu, seharusnya saat itu dia mampu untuk menetap di kota besar seperti Yanjing atau kota maju lainnya, untuk melebarkan sayapnya sebagai dokter forensik. Tapi di dalam benaknya, dia justru memilih untuk kembali ke kota Zhangjia, tapi selama dua puluh tahun lebih dia bekerja sebagai dokter forensik di kota ini. Tetaplah menjadikannya sebagai dokter forensik yang tidak berpenghasilan banyak, apa hal ini tidak membuatmu sangat penasaran?"
Seorang pria lulusan universitas ternama dua puluh tahun lebih yang lalu, pemikiran macam apa yang ada di kepalanya? Sungguh orang yang berdedikasi tinggi! Tidak salah lagi, Zhang Xiao pasti orang seperti itu! Benar-benar tidak diragukan lagi profesionalitas darinya! batin Ning Huanxin.
Sebenarnya Ning Huanxin juga pernah bertemu dengan Zhang Xiao, meskipun dia terlihat tua, tapi aura, pesona, dan wibawanya membuatnya terlihat seperti masih muda. Benar-benar tidak menunjukkan bahwa dia sudah berkepala lima, kalau dipikir-pikir ketika dia masih muda, dia pasti sudah menjadi seorang pria sempurna idaman bagi para perempuan yang melihatnya. Bagaimanapun, sudah dua puluh tahun lebih dia menghabiskan hidupnya di kota ini. Wajar bila dia sering minum, untuk menghapus kesedihannya walau hanya sesaat. Namun, pasti ada yang tidak beres dibalik semua ini.
※
Setelah berjalan beberapa saat, Ning Huanxin dan Wang Nianping akhirnya sampai di rumah Zhang Xiao, kebetulan dia tinggal seorang diri di rumah ini, orang tuanya telah meninggal dan dia pun juga masih belum menikah. Dalam rumah ini juga terdapat ruang praktek, dimana dia biasa bekerja, ruang praktek itu terlihat tertata sangat rapi dan bersih. Dengan perlahan, Wang Nianping dan Ning Huanxin mendorong gagang pintu rumahnya. Lalu, mereka mendapatinya sedang duduk santai di depan perapian, dengan kursi rotannya. Hari ini, dia berada di rumah karena sedang istirahat dari pekerjaannya.
Baru saja Wang Nianping memasuki ruangan itu, dengan senyumnya yang lebar dia menyodorkan bir yang ada di tangannya, "Kakak Zhang! Coba tebak apa yang aku bawa untukmu? Bir ekstrak bunga zaitun!" katanya.
Zhang Xiao membuka matanya, senyuman lebar langsung menghiasi wajahnya ketika melihat Wang Nianping datang. Lalu, dia mendapati seorang gadis muda yang datang bersama Wang Nianping, membuatnya memperhatikan Ning Huanxin untuk sesaat.
"Halo kakak Zhang!" kata Ning Huanxin, secara langsung dia menyapa Zhang Xiao dengan senyum manis khas dari dirinya, "Aku datang bersama Kakak Wang untuk minum bersama kalian, kakak tidak keberatan, kan?" tanyanya kemudian.
"Haha, kamu terlalu polos gadis muda. Silahkan masuk!" kata Zhang Xiao sambil membawa dua orang itu masuk ke dalam rumahnya. Tidak jauh beda dengan ruang prakteknya, rumahnya juga sangat bersih. Hanya saja, rumahnya jauh lebih rapi dan bersih, benar-benar bukan seperti tempat tinggal seorang pria tua lajang.
Saat itu belum memasuki jam makan siang, jadi Zhang Xiao hanya mengobrol santai dengan dua orang itu di ruang tamunya yang luas. Ning Huanxin yang tidak tahu harus mengobrolkan apa, akhirnya bangkit dari duduknya, dia memutuskan untuk melihat-lihat isi rumah Zhang Xiao, lalu dia melihat ada rak buku disana. Banyaknya buku yang tertata rapi membuatnya tertarik untuk melihat beberapa, namun tiba-tiba pandangannya terhenti ketika melihat beberapa buku.
"Kakak Zhang, apakah kamu tipe orang yang suka membaca buku? Sepertinya buku di rumahmu lebih banyak, dibandingkan dengan buku yang telah aku baca beberapa tahun ini hahaha." kata Ning Huanxin sambil merasakan situasi aneh merasuki dirinya. Dengan suara pelan dia pun berkata lagi, "Tapi, buku-buku ini sepertinya agak rumit, aku sama sekali tidak paham dengan buku-buku ini..."