Karena penduduk desa Lijia terserang oleh wabah penyakit yang aneh dan misterius, jadi membuat penduduk desa Zhangjia berpikir, bahwa mereka telah mendapat murka dari kemarahan Dewa Sungai. Meskipun menurut Ning Huanxin asal mula dari semua ini adalah dari kebodohan, tapi ketika melihat penduduk Kota Zhangjia saat ini. Mereka percaya, bahwa semua yang terjadi saat itu, mereka sama sekali tidak melakukan sebuah kesalahan.
Di situasi seperti ini Ning Huanxin tidak tahu, bagaimana caranya untuk menenangkan Ibu Zhang. Sejak dia meninggalkan kamarnya, saat ini Jiang Lixing juga sudah kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Lalu, orang-orang yang ada di dalam penginapan pun juga tidak banyak jumlahnya. Jadi, dia memutuskan untuk keluar dari penginapan itu sendirian. Dia berjalan sendiri untuk menyusuri jalanan sambil memikirkan apa yang telah dia dan Ibu Zhang bicarakan.
Desa Zhangjia belasan tahun yang lalu, sekarang telah berubah menjadi sebuah Kota Zhangjia. Penduduknya pun juga banyak, banyak perkembangan yang telah terjadi di dalam kota ini selama sekian tahun.
Ning Huanxin percaya tentang kebenaran suatu jiwa, tapi dia sama sekali tidak percaya bahwa ada penunggu di dalam sungai itu. Tapi dia berpikir, Apa penyebab sebenarnya yang membuat penduduk desa Lijia terserang penyakit aneh itu? Dan apa yang membuat penduduk desa Zhangjia sampai kehilangan akal sehatnya, sampai-sampai mereka tega membakar seluruh penduduk desa Lijia? Apakah hanya karena ketakutan kepada Dewa Sungai? Atau mereka takut kalau akan terjangkit penyakit itu juga? batinnya, banyak sekali pertanyaan yang ada di pikirannya saat ini.
Ning Huanxin terus berjalan, tanpa menyadari bahwa dia telah sampai di suatu hotel di kota tersebut. Tiba-tiba dia melihat seseorang yang tidak asing baginya, yaitu Wang Nianping. Lalu, dia berusaha berteriak untuk memanggil Wang Nianping, "Sutradara Wang!"
Kemudian, Wang Nianping mendengar ada seseorang yang memanggilnya, membuat pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Ternyata yang memanggilnya adalah Ning Huanxin, dengan wajah yang dingin, dia lalu berkata kepadanya, "Aku sudah memberitahumu berulang kali, aku hanyalah asisten sutradara. Kamu panggil aku Kakak Wang saja itu sudah cukup." Dia merupakan orang yang rendah hati dan profesional, terlebih ketika dia bersama dengan para kru, maka semakin terlihat bahwa orangnya sangat sederhana.
"Kakak Wang..." kata Ning Huanxin sambil tidak mampu menahan tawanya, dia merasa geli ketika memanggil pria yang sepuluh tahun lagi menjadi seorang sutradara hebat itu, dengan sebutan kakak. "Mungkin anda saat ini bukan seorang sutradara yang hebat. Tapi nanti, anda pasti menjadi sutradara yang hebat itu. Bahkan, produksi film anda akan menjadi salah satu film terbaik dalam industri perfilman." katanya lagi.
Mendengar ucapan Ning Huanxin, membuat Wang Nianping justru tertawa, "Kamu ini masih muda, wajar saja ucapanmu ini manis sekali!" katanya.
"Anda ini kenapa! Semua yang aku ucapkan adalah sungguhan, bukan hanya sekadar memujimu!" kata Ning Huanxin sambil melihat ada sesuatu yang aneh dari Wang Nianping. Dia melihat kalau Wang Nianping sedang membawa sebotol bir, lalu dia kembali memperhatikan Wang Nianping. Sepengetahuan yang dia miliki, Wang Nianping bukanlah seorang yang suka minum bir. Kualitas minumnya pun bisa dibilang buruk, terlebih ketika sedang melakukan syuting, Wang Nianping biasanya tidak akan minum bir.
Ning Huanxin yang ragu-ragu akhirnya bertanya kepada Wang Nianping, "Kakak Wang, apa yang anda lakukan? Mau pergi minum bir?" Wang Nianping yang mendengar pertanyaan itu, kemudian memperlihatkan senyum misteriusnya. "Aku akan memberikan ini kepada seseorang. Sebotol bir ini akan mengembalikan sebuah cerita dan aku akan mendapatkannya kembali!" katanya.
"Hah?" tanya Ning Huanxin penuh kebingungan setelah mendengar perkataan Wang Nianping, hal itu justru membuatnya mempunyai perasaan aneh di dalam dirinya. Tiba-tiba dia teringat, kalau dirinya dan Wang Nianping pernah membicarakan masalah orang yang dikubur hidup-hidup itu. Wang Nianping juga berkata, kalau dia tahu masalah itu. Atau mungkin apa yang dia tahu ketahui lebih dari apa yang aku tahu? Atau jangan-jangan, dia mengetahui seluruh ceritanya lalu menggunakan sebotol bir untuk mengembalikannya seperti semula? batinnya.
"Kakak Wang, sebenarnya aku juga suka mendengarkan sebuah cerita. Ajak aku juga dong!" kata Ning Huanxin sambil memiringkan kepalanya dan mengeluarkan senyum imutnya. Perempuan ini mulai merayu Wang Nianping, dia juga bersikap manja agar Wang Nianping bisa luluh.
Wang Nianping memperhatikan sikap Ning Huanxin, "Gadis cantik, memangnya kamu bisa minum bir?" tanyanya, karena sebenarnya dia bukanlah orang yang mahir dalam minum bir. Bahkan dia tidak yakin dengan dirinya sendiri, apakah dia akan mabuk atau tidak. Tapi jika ada orang lain yang bersamanya, harusnya ini akan menjadikan dirinya lebih banyak minum.
"Percayalah aku ahlinya dalam hal ini! Aku adalah Ning Huanxin, berapapun gelas yang akan kuminum, aku tidak akan mudah mabuk!" kata NIng Huanxin. Karena Wang Nianping membicarakan tentang bir, sekalian saja dia menyombongkan dirinya. Lalu, Dia meregangkan pundaknya dan wajahnya saat ini seperti sedang mengatakan. 'Oke aku bisa'.
"Hebat! Kalau begitu tunggu aku sebentar." kata Wang Nianping sambil memberikan botol bir itu kepada Ning Huanxin. Dengan cepat dia kembali ke hotelnya dan membawa lagi dua botol bir di masing-masing tangannya. Dia yang melihat hal itu hanya terdiam, Sepertinya aku salah sudah berbicara seperti itu! Orang ini… Wang Nianping! Dia sungguh keterlaluan, bagaimana bisa dia menganggap ini serius! batinnya.
"Ayo!" kata Wang Nianping yang membawa dua botol bir, lalu memanggil Ning Huanxin untuk membawanya. Pria itu hampir sama sekali tidak menyadari ekspresinya, yang saat ini rasanya sudah seperti ingin kabur dari dirinya. Tapi akhirnya, dia memutuskan untuk tetap pergi bersama Wang Nianping...