Ning Huanxin telah melihat semuanya dengan mata kepalanya sendiri, dengan sangat yakin dia meminta Jiang Lixing untuk kembali ke kota Zhangjia. Mau tidak mau Jiang Lixing akhirnya menuruti permintaannya dan membawanya kembali ke Kota Zhangjia.
Hari ini para pemain sedang istirahat dari syuting, semua orang terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Banyak orang yang mengabadikan kenangannya di kota ini, dengan menggunakan kameranya masing-masing. Terlebih lagi Kota Zhangjia memiliki sejarah ratusan tahun, banyak bangunan kuno yang memiliki arsitektur bersejarah di bangun di sini. Jadi, sangat cocok untuk di foto dan dijadikan sebagai kenangan yang indah.
Ketika Jiang Lixing pergi untuk memarkirkan mobilnya, Ning Huanxin terlihat sudah turun dari dalam mobil. Perempuan itu berlari secepat mungkin, dan langsung memasuki ruangan paling dalam di penginapan itu. Ibu Zhang lah yang tinggal di ruangan itu, meskipun selama beberapa tahun masyarakat Kota Zhangjia mengisolasi kotanya dari dunia luar, tapi mereka juga bisa tetap mandiri. Di luar kota Zhangjia, terdapat sebuah ladang persawahan yang besar, kebanyakan penduduk kota itu bergantung pada persawahan semacam ini untuk tetap bertahan hidup.
Tapi keluarga Ibu Zhang berbeda, selain menjadi kepala adat, keluarga suaminya merupakan keluarga terkaya di kota itu. Jadi, setelah dia ditinggal pergi oleh suaminya karena sakit, dia sudah mendapat warisan yang bisa dibilang cukup banyak. Salah satunya termasuk mengurus penginapan ini, karena itu dia tidak perlu seperti orang lain yang harus bekerja keras banting tulang, demi melanjutkan hidup.
Beberapa tahun terakhir, kru film yang datang ke tempat itu untuk melakukan syuting juga semakin banyak. Lagi pula, Ibu Zhang berbeda dengan penduduk Kota Zhangjia yang lainnya. Ketika penduduk lain menolak orang-orang dari luar untuk datang, dia justru dengan ramah dan bersedia menyewakan ruangannya untuk mereka. Dengan cara seperti itu, kamar-kamar itu pun tidak harus kosong sepanjang tahun, jadi dia juga bisa mendapat pendapatan dari penginapan yang disewakannya itu, seperti kata pepatah, 'Sekali dayung dua pulau terlampaui'.
※
Tok… tok… tok…!
"Ibu Zhang! Ibu Zhang!" kata Ning Huanxin sambil terus mengetuk pintu kamar Ibu Zhang. Setelah beberapa ketukan, dia baru membukakan pintunya untuk Ning Huanxin, saat ini dia sedang memasang wajah waspada. "Ibu Zhang, ada hal serius yang ingin aku bicarakan dengan anda." katanya lagi, nada bicara Ning Huanxin saat ini terdengar lebih serius.
Tapi, Ibu Zhang yang mendengar ucapan Ning Huanxin justru langsung menolaknya mentah-mentah, "Kamu tidak perlu bertanya lagi kepadaku. Tidak ada lagi yang bisa aku bicarakan denganmu." katanya.
Saat Ibu Zhang ingin menutup pintu kamarnya kembali, tubuhnya yang ramping Ning Huanxin dengan cepat langsung membuatnya bisa masuk ke kamarnya. Tangan Ibu Zhang saat itu kalah cepat dengannya, saat ini wajah Ibu Zhang langsung memerah, ekspresinya seketika itu juga berubah menjadi gelisah dan marah.
"Apa yang sebenarnya ingin kamu ketahui!" bentak Ibu Zhang.
"Aku ingin tahu sebuah kebenaran. Tahun itu, sebuah kebenaran akan kematian saudaramu dan kematian seluruh penduduk desa Lijia yang meninggal karena kebakaran!" kata Ning Huanxin, dia menekankan setiap kalimat yang diucapkannya, membuat Ibu Zhang semakin terdesak, Dengan sedikit memaksa, kedua matanya langsung tertuju mantap ke arah Ibu Zhang.
"Kamu… Bagaimana kamu mengetahuinya?" tanya Ibu Zhang sambil mundur beberapa langkah. Perempuan paruh baya itu masih melihat Ning Huanxin dengan tatapan penuh rasa tidak percaya.
Ning Huanxin menarik napas panjang, "Aku melihatnya!" katanya, lalu dia mulai menceritakan semua yang sudah dia lihat dari awal di sungai itu. "Aku sudah melihat masa lalu. Aku melihatmu dan saudara perempuanmu di sungai itu sedang mengadakan sebuah upacara. Aku juga melihat ada orang yang sengaja membakar sebuah desa. Ah! Desa itu bernama desa Lijia, iya kan? Aku melihat orang yang membakar desa itu… mereka adalah orang dari kota kalian! Kota Zhangjia!" katanya menjelaskan.
"Hentikan!" ucap Ibu Zhang, seketika itu wajahnya langsung memucat. Karena, sudah dua puluh tahun lebih setelah kejadian itu, tapi sampai saat ini terkadang dia masih memimpikan lokasi kebakaran itu. Entah saat dia sedang tidur di siang atau malam hari, dia masih memimpikan saat-saat paling menyedihkan di dalam hidupnya itu.
"Kamu serius telah melihatnya?" tanya Ibu Zhang, setelah mendengar penjelasan Ning Huanxin, akhirnya dia mulai percaya kepadanya, "Kalau kamu sudah melihat semuanya, mengapa kamu masih datang mencariku?" tanyanya kemudian.
"Aku terus melihatnya secara berkelanjutan, aku selalu berpikir telah melewatkan bagian yang terpenting. Tapi aku yakin, aku percaya kalau anda mengetahui bagian itu. Seluruh penduduk Kota Zhangjia pasti mengetahuinya, benar kan?" tanya Ning Huanxin, ekspresinya saat itu terlihat lebih bersemangat, karena dia telah menemukan sebuah titik terang.
Ibu Zhang memperhatikan tatapan perempuan muda itu, akhirnya perlahan-lahan dia mengangguk, "Baiklah, masalah itu sudah terlewat terlalu jauh. Menceritakannya kepadamu pun juga tidak akan menambah informasi apapun!" katanya.
Bertahun-tahun berlalu, perempuan paruh baya itu selalu menyimpan kisah itu di lubuk hatinya yang terdalam. Hatinya sangat pilu, tapi dia juga tidak bisa menceritakan kisahnya kepada siapapun. Terlebih lagi, penduduk Kota Zhangjia lebih memilih untuk melupakan masalah ini. Perasaan terdalam Zhang Yunshu, semakin menambah rasa tidak nyaman bagi siapapun yang mengingatnya...