Mendengar pernyataan Ning Huanxin, saat ini terlihat rasa tidak percaya dari kedua mata Ibu Zhang, "Kamu berbohong! Kalau kamu hanyalah seorang aktris, tidak mungkin kamu mengetahui masalah ini." katanya. Terlebih lagi, jurnalis awam pun tidak mungkin mengetahui kebenaran apa yang terjadi dua puluh tahun lalu! batinnya.
"Aku bertemu dia di mimpi." kata Ning Huanxin, di situasi seperti ini dia hanya bisa mengatakan yang sebenarnya. Karena, tidak ada waktu lagi baginya untuk menutupi apa yang selama ini dia ketahui. "Ibu Zhang, terserah anda memilih untuk percaya atau tidak, tapi aku benar-benar memimpikan dia. Di mimpi itu, perempuan itu berkata bahwa dia sangat sengsara, dia dan anaknya sangat terpuruk, dan aku hanya berniat untuk membantunya. Saat ini, aku baru bisa memiliki kesempatan untuk membantunya, jika anda ingin menceritakan padaku apa yang terjadi saat itu, silahkan!" lanjutnya.
"Apa yang kau bicarakan ini sungguhan?" tanya Ibu Zhang antara percaya dan tidak ketika mendengar penjelasan dari Ning Huanxin. "Kejadian saat itu… Itu sudah terjadi lama sekali, bahkan aku hampir melupakannya." katanya lagi. Tapi, perempuan itu seperti tidak ingin mengatakan yang sebenarnya. Lebih tepatnya dia tidak bisa mengatakannya, karena hal itu adalah sesuatu yang tabuh untuk diceritakan bagi Kota Zhangjia.
Mendengar ucapan Ibu Zhang yang masih terkesan menutupinya, Ning Huanxin hanya bisa menghela napas, "Baiklah, Ibu Zhang! Kapanpun anda ingin membicarakannya, anda bisa mencariku." katanya. Setelah selesai berbicara seperti itu, dia lalu bangkit dari posisi awalnya dan berbalik ke arah lari paginya. Melihat Ning Huanxin berlari semakin menjauh, Ibu Zhang langsung berbalik dan kembali fokus untuk membakar uangnya.
"Kak, semua masalah itu sudah berlalu sangat lama. Apa kamu masih tidak merelakannya? Kalau memang kakak benar-benar tidak bisa merelekan itu, maka temui saja aku di dalam mimpi, kak! Mengapa kamu harus mencari Ning Huanxin?" kata Ibu Zhang sambil menangis dalam dinginnya embun pagi. Suaranya terdengar semakin lirih bersama angin pagi yang berhembus.
※
Ning Huanxin saat ini sudah kembali ke penginapannya, lalu dia melihat para kru sudah mulai sibuk mempersiapkan segalanya. Hari ini mereka akan sangat sibuk, karena seharian mereka akan melakukan syuting di luar.
Melihat Ning Huanxin yang sedang berjalan kembali ke arah penginapan, Jiang Lixing langsung mempercepat langkah menuju ke arahnya. Di dinginnya pagi di Kota Zhangjia, tiba-tiba sebuah pertanyaan hangat terlontar dari pria dingin itu, "Kamu habis pergi dari mana? Apa flu mu sudah membaik?"
"Iya. Sudah lebih baik." jawab Ning Huanxin.
Ketika Jiang Lixing mendekat kepadanya, lagi-lagi Ning Huanxin mencium aroma parfum yang tidak bisa di deskripsikan olehnya. Parfum ini… Bukankah seperti aroma yang aku cium dalam mimpiku kemarin malam? batinnya. Dia yang memikirkan hal itu, seolah-olah tidak bisa memalingkan wajahnya dari Jiang Lixing. Tiba-tiba terdengar suara ponsel Jiang Lixing berdering, seketika itu langsung menyadarkannya.
Jiang Lixing langsung mengambil ponselnya dan mengangkat telepon itu. Waktu itu, ponsel yang digunakan bukanlah ponsel pintar seperti sekarang ini. Melainkan ponsel yang besar dan tebal, dan kalau dilihat dari sudut pandang manapun, terlihat sangat tidak menarik. Tapi dilihat dari pendapatan Jiang Lixing yang tinggi, ponsel yang dipakainya saat itu sudah termasuk ponsel yang bagus di masanya.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Jiang Lixing menutup teleponnya. Saat itu, Ning Huanxin tiba-tiba berjalan tepat di depannya. "Jiang Lixing, apa aku bisa meminjam HP mu untuk ku gunakan sebentar?" tanyanya.
"Bisa, tapi daerah pegunungan ini membuat sinyal ponselku tidak bagus, kamu coba cari tempat yang sinyalnya bagus, ya!" kata Jiang Lixing memberi saran. Tiap kalimat yang terlontar dari mulutnya selalu enak di dengar, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung memberikan ponselnya ke Ning Huanxin.
Ning Huanxin bolak-balik berpindah tempat untuk mencari sinyal yang bagus, hingga akhirnya dia menemukan tempat yang sempurna. Tanpa pikir panjang, dia langsung menekan nomor telepon yang dia ingat diluar kepalanya. "Tut… Tut… Tut…" Namun, tidak ada siapapun yang mengangkat teleponnya.
Kemudian, Ning Huanxin langsung menutupnya, lalu mencoba untuk menghubungi nomor lain yang dia ingat. "Tut… Tut… Tut…" Tetapi, masih saja seperti sebelumnya. Lagi-lagi dia menutup teleponnya, lalu dia menelpon lagi untuk ketiga kalinya, sayangnya lagi-lagi tidak tersambung. Setelah itu, dia meremas ponsel yang berada di genggamannya, tapi dia masih berusaha untuk tetap bersabar.
Nomor yang baru saja Ning Huanxin telepon adalah nomor kedua orangtuanya dan nomor telepon rumahnya. Kedua nomor itu sudah sejak sepuluh tahun lalu, dan belum pernah berubah. Tapi sekarang, semua nomor itu tidak bisa tersambung, tiba-tiba terbesit pikiran buruk di dalam dirinya. Perasaannya menjadi tidak tenang, karena dia tidak bisa menghubungi keluarganya sepuluh tahun lalu.
Lalu apa ini artinya, aku hanya bisa berkomunikasi dengan para kru dan masyarakat Kota Zhangjia di sepuluh tahun lalu saja? Jadi, aku tidak bisa berkomunikasi dengan orang yang memiliki hubungan denganku di sepuluh tahun yang akan datang? Terlebih lagi, aku mungkin saja tidak akan bisa meninggalkan Kota Zhangjia ini! batin Ning Huanxin dengan takut...