Chereads / Suamiku Penguasa Kegelapan / Chapter 18 - Hidup Sepuluh Tahun dan Mati Sia-Sia (Bagian 8)

Chapter 18 - Hidup Sepuluh Tahun dan Mati Sia-Sia (Bagian 8)

Ibu Zhang yang sedang berjalan, tiba-tiba sangat kaget ketika melihat Ning Huanxin berjongkok di tepian pemakaman. Lalu, dia sampai mengerutkan dahinya karena melihat tanah yang Ning Huanxin pijak penuh dengan sisa abu. Membuatnya semakin susah untuk memahami situasi saat ini.

"Mengapa kamu berada di sini?" tanya Ibu Zhang.

"Aku… Aku hanya lari pagi lalu melewati tempat ini." jawab Ning Huanxin, lalu berdiri dari posisi awalnya. 

Saat itu Ibu Zhang melihat kotak pemerah pipi yang sedang dipegang Ning Huanxin, seketika itu juga raut wajahnya berubah, dan dia langsung menggenggam kedua tangan Ning Huanxin. "Kamu… Mengapa kamu mempunyai merek pemerah pipi ini? Ini adalah merek yang paling perempuan itu sukai, barang yang paling dia sukai! Lagi pula… Merek pemerah pipi ini, sudah sejak lima tahun yang lalu sudah tidak diproduksi lagi!" katanya.

"Perempuan itu? Ibu Zhang, apa anda mengetahui cerita orang yang dikubur di pemakaman ini?" tanya Ning Huanxin, lalu dia memperhatikan keranjang yang sedang dibawa oleh Ibu Zhang, kemudian kembali memperhatikan wajah rumit perempuan di depannya ini.

"Tidak, aku tidak tahu!" kata Ibu Zhang, karena mendengar pertanyaan Ning Huanxin yang semakin tidak jelas, dia langsung meninggalkannya dengan memasang wajah yang tidak enak.

"Anda berbohong! Anda datang kemari untuk menyembah dia kan? Aku baru saja melihat seorang pria datang kemari, dia datang ke sini juga untuk menyembahnya. Dan pria itu meninggalkan kotak pemerah pipi ini di sini!" kata Ning Huanxin yang sangat penasaran. Dia tidak ingin lagi memberikan Ibu Zhang kesempatan, untuk berpikiran jernih.

Tidak disangka, setelah mendengar kalimat terakhir Ning Huanxin, Ibu Zhang langsung berbalik dan tiba-tiba dari dalam matanya terlihat sedikit kilatan harapan, "Pria? Kamu melihatnya? Dia siapa? Bagaimana ciri-cirinya?" tanyanya.

Setelah dua puluh tahun lebih, apakah dia akhirnya menunjukkan keberadaannya? Ketika keponakan perempuannya meninggal, dia pun tidak memberi tahu siapa pria itu. Tapi kemudian… batin Ibu Zhang. Namun, dia tidak ingin mengingat lagi apa yang terjadi setelah itu. Baginya itu adalah mimpi buruk, mimpi buruk bagi semua orang. Lagi pula, itu sudah dua puluh tahun lebih berlalu.

Sebenarnya apakah aku mengenal pria itu atau tidak, apakah masih ada arti bagiku? Mungkin saja selama dua puluh tahun, pria ini sebenarnya tidak meninggalkan kota Zhangjia! kata Ibu Zhang dalam hati, pikirannya penuh dengan misteri yang belum terungkap, Atau mungkin selama ini dia sedang menunggu hukuman yang akan menimpanya… batinnya lagi. 

"Nona Ning, kekuatan energi negatif di sini terlalu kuat, kamu seharusnya tidak berada di area ini. Sekarang kembalilah!" kata Ibu Zhang. Saat itu, dia sudah bisa mengendalikan emosinya, hal itu terdengar dari nada bicaranya yang lebih tenang. Dia membungkukkan badannya, lalu mengambil koin emas yang berada dalam keranjangnya itu.

Hari ini, Ibu Zhang berpikir kalau semua aib nya terungkap. Tahun pertama dimulainya ritual penyembahan itu, dia seperti tidak berani melihat dirinya sendiri yang sedang membakar uang kertas untuk dijadikan sesembahan. Tapi, di kemudian hari, masyarakat di kota itu bersikap seperti kacang yang lupa pada kulitnya, mereka seakan-akan melupakan jati dirinya. Mereka semua melupakan 'Dia' dan semua yang terjadi di masa itu. Seiring berjalannya waktu, Ibu Zhang mulai sering berkunjung untuk berdoa. Dibalik semua itu, karena dia merupakan kerabat terakhir di muka bumi ini dari perempuan itu.

Melihat Ibu Zhang yang tanpa ekspresi di depan tumpukan sisa kertas yang dibakar, membuat Ning Huanxin tidak meninggalkannya. Dia justru ikut membungkukkan badannya di sebelah Ibu Zhang. "Ibu Zhang, anda pasti sering ke sini untuk melihat dia, kan? Mengapa anda tidak meletakkan batu nisan di sini untuk dia dan anaknya? Sungguh menyedihkan, apabila mereka menjadi arwah yang tidak tenang." katanya.

Anak… batin Ibu Zhang, setelah mendengar ucapan Ning Huanxin, tangannya terlihat bergetar. Perempuan separuh baya itu melihat ke arahnya lalu berkata, "Kamu ini sebenarnya siapa? Apakah kamu seorang jurnalis? Kota kami tidak menerima jurnalis siapapun."

Tempat ini merupakan tempat yang bagus dan memiliki daya jual yang tinggi untuk melakukan syuting film. Yang terpenting adalah ketua grup setuju dengan segala hal, masyarakat pun juga mendapatkan keuntungan. Sebenarnya, ketua masyarakat Kota Zhangjia sangat melarang adanya orang luar yang masuk ke dalam kotanya.

Terutama kru film atau media massa, namun pada dasarnya setiap kru film yang datang ke kota ini, sebelumnya selalu ditunjukkan apa yang sudah pernah terjadi di kota ini. Selain itu, di tanah lapang yang berada di luar kota ini seringkali terjadi hal-hal yang tidak terduga. Namun, masyarakat setempat memilih untuk diam, tetapi banyak media massa yang mencoba untuk mewawancarai atau mengungkap kebenaran tentang 'Pemburu Setan' di sini. Hal-hal seperti itulah yang mampu mengganggu penunggu di kota tersebut. Karena itu, ketua masyarakat kota Zhangjia tidak pernah menyetujuinya.

Melihat wajah Ibu Zhang yang memerah dan suaranya yang terdengar meninggi, membuat Ning Huanxin hanya tersenyum, "Aku bukan jurnalis, aku benar-benar hanya seorang pemeran cameo!" katanya dengan tenang...