Chereads / Suamiku Penguasa Kegelapan / Chapter 17 - Hidup Sepuluh Tahun dan Mati-Sia (Bagian 7)

Chapter 17 - Hidup Sepuluh Tahun dan Mati-Sia (Bagian 7)

Namun akhirnya, Ning Huanxin mengambil satu buku yang berjudul 'Panduan Dasar Menjadi Aktor' dan kembali ke atas kasurnya. Menurutnya, menjadi seorang aktor atau aktris benar-benar suatu pekerjaan yang sangat menghipnotis. Setelah membaca buku beberapa saat, lalu matanya mulai terasa mengantuk, dan tidak membutuhkan waktu yang lama, dia sudah tertidur dengan pulas.

"Dingin sekali!" kata seseorang.

"Sakit sekali!" kata seseorang yang lain

Dalam mimpinya, Ning Huanxin mendengar suara perempuan yang selalu terngiang di telinganya. Lalu dia melihat ke sekelilingnya, tempat ini begitu hitam dan gelap gulita, udaranya pun sangat lembab. Kemudian, yang sangat mengganggu adalah bau di sini busuk sekali. Apa tempat ini… ada di bawah tanah? batinnya.

"Mengapa kamu tidak datang menolongku? Aku dan anakku selalu menunggumu! Selalu menunggumu! Apa kamu tahu?" kata seseorang.

"Kamu dimana? Kamu sebenarnya pergi ke mana?" Suara perempuan itu semakin lama semakin terdengar putus asa. Setiap kata yang dia ucapkan terdengar sangat frustasi, hingga pada akhirnya suara itu semakin menjadi-jadi.

Lampu di dalam kamar Ning Huanxin saat ini sudah mati, namun gorden di dalam kamar itu belum tertutup. Membuat cahaya rembulan masuk melewati jendela dan menyinari wajahnya yang saat ini sedang tidur. Tapi dia sama sekali tidak bisa tidur nyenyak. Berkali-kali alisnya bergerak naik dan turun, wajahnya berkeringat seakan-akan saat ini, dia sedang mimpi buruk. 

Di saat itu pula, angin tiba-tiba bertiup dengan kencang, gorden di dalam kamar itu pun tiba-tiba tertutup karena tertiup angin. Dan seketika itu juga gorden itu menutupi seluruh permukaan cermin yang ada di dalam kamar itu. Tiba-tiba ada aroma yang memasuki kamar Ning Huanxin, dia yang masih tertidur seketika mencium aroma ini. Kedua alisnya berkerut dan membentuk guratan kecil di keningnya. Sepertinya aku mengenali ini… batinnya, masih memejamkan kedua matanya.

Dalam mimpi tersebut, akhirnya suara perempuan yang sedang putus asa itu menghilang. Lalu, Ning Huanxin hanya mencium suatu aroma yang dia kenali, kemudian tiba-tiba dia merasa nyaman akan aroma itu. Hal ini dibuktikan dari wajahnya yang menunjukkan perasaan sangat nyaman. 

Di hari keduanya, Ning Huanxin terlihat bangun tidur sangat awal. Dia teringat, bahwa kemarin malam tidurnya sangat tidak nyenyak. Dengan nyawa yang belum penuh, dia begitu bingung melihat kamarnya. Lalu, dia mengusap kedua matanya sambil melihat lampu di kamarnya yang redup, kemudian melihat gorden yang terbuka itu, kini telah tertutup. 

Apa kemarin malam aku sendiri menutup gordennya? batin Ning Huanxin. Dia masih dibuat bingung oleh dirinya sendiri, lalu dia menoleh melihat bukunya yang masih sama pada posisinya semalam, yaitu di atas kasur. Buku itu pun dikembalikan ke tempatnya, dengan sangat malas dia melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu. Hari itu masih sangat pagi dan udara di kota kecil ini terasa begitu segar.

Ning Huanxin akhirnya memutuskan dan memanfaatkan udara segar ini, untuk berlari pagi menyusuri kota. Setelah jauh berlari, akhirnya dia keluar dari kota kecil ini. Ternyata tidak jauh dari kota kecil ini dia melihat sebuah tanah lapang, tempat itu berada tidak jauh dari lokasi kota kecil yang ditempatinya sekarang. Tapi, entah mengapa masyarakat di kota itu sangat tidak peduli dengan keadaan di luar kotanya.

Ning Huanxin terus melanjutkan lari paginya, lalu dia teringat obrolannya dengan Wang Nianping. Di sini, sepuluh tahun lalu tidak ada sebuah kota, yang ada hanyalah dua desa kecil. Di mana penduduk salah satu desa itu semuanya meninggal dan hanya menyisakan satu desa, namun sepuluh tahun yang akan datang, desa itu telah berubah menjadi suatu kota kecil. Pasti yang dimaksud itu adalah Kota Zhangjia, yang dulunya bernama Desa Zhangjia.

Di pagi musim gugur yang segar ini, embun pagi tidak berhentinya menetes. Angin yang bertiup semilir, membuat pagi ini menjadi lebih dingin. Ning Huanxin tidak menyadari bahwa dia sudah berlari hingga mendekati ke pemakaman. Dari kejauhan, dia melihat kepulan asap dan sosok yang tidak bisa dilihat dengan jelas. Lalu dia membatin, Pagi-pagi begini, tidak mungkin ada orang yang sedang membakar uang kan?

Ning Huanxin berinisiatif untuk melihatnya, lalu dia mempercepat langkahnya untuk bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di sana. Ketika dia mempercepat langkahnya, sosok itu tiba-tiba sudah tidak ada. Yang tersisa hanyalah tumpukan uang yang sudah menjadi abu dan sekotak pemerah pipi. Pemerah pipi itu terbuat dari kotak metal, mereknya terlihat seperti sudah lama dan kuno. Meskipun kotak itu sudah hitam karena terbakar, tetapi dia masih bisa melihat motif dan nama toko yang tertera di kotak itu. Kotak ini akan diberikan kepada siapa ya? batinnya lagi.

Ning Huanxin mengangkat kepalanya, kemudian melihat tanah lapang yang berada di depannya. Ini… Bukankah ini tempat insiden Gu Yu dan Luo Yingxin sepuluh tahun kemudian? batinnya sambil mengingat.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tiba-tiba, terdengar suara dingin seorang perempuan yang seperti mengintrogasi dari belakang badan Ning Huanxin. Kemudian, dia membalikkan kepalanya pelan-pelan, ternyata di sana hanyalah Ibu Zhang yang sedang membawa keranjang kecil. Dia berdiri di belakang badan Ning Huanxin dengan memasang raut wajah penasaran.

Ibu Zhang terlihat menutupi keranjangnya dengan sebuah kain berwarna biru, tiba-tiba angin meniup salah satu sisi keranjang itu yang membuat kain birunya sedikit terbuka. Ning Huanxin dapat melihat kalau di dalam keranjang itu terdapat uang berwarna keemasan…