Ning Huanxin masih berdiri di depan pintu kamar 204, dia mengamati dengan serius, meskipun pintunya sama dengan pintu kamar 205, tetapi pintu kamar 204 ini terlihat sangat kotor. Kunci pintunya pun menurutnya sangat aneh, model kuncinya juga kuno klasik dan ada ukiran bertuliskan 'Kuil Baiyun' yang terdapat di atasnya.
"Kuno sekali!" kata Ning Huanxin kemudian.
Ning Huanxin tiba-tiba merasakan hawa berbeda, ketika dia menyentuh kunci itu, bulu kuduknya merinding. Dia merasakan sesuatu yang dingin sedang menyelimuti tubuhnya.
Dor!!!
Tiba-tiba ada seseorang yang memukul Ning Huanxin dari belakang. Saat itu juga berbalik dia langsung membalikkan badannya dan mendapati Kakak Zhang dengan senyum jahilnya sedang berdiri di belakangnya. Lalu Kakak Zhang berkata, "Huanxin ku, pagi ini kamu bangun pagi sekali! Apa yang kamu lakukan dengan berdiri di depan kamar 204 sambil membawa semangkuk mie itu? Kamu berencana makan bersama dengan hantu perempuan, hah?"
"Hantu perempuan?" tanya Ning Huanxin mengulangi kata-kata Kakak Zhang, dia menatapnya dengan rasa ingin tahu nya yang tinggi, lalu bertanya lagi, "Kak Zhang, Kak Zhang, kamu pasti tahu banyak hal! Memangnya ada apa dengan kamar 204 ini? Apakah kamar ini benar-benar berhantu? Kasih tahu aku, Kak Zhang!"
"Hahaha!" Saat itu juga terdengar tawa banyak orang yang sedang berada di lorong dan memperhatikan mereka berdua.
Kakak Zhang yang menyadari itu langsung menelan ludah dan membisikkan sesuatu di telinga Huanxin, "Huanxin sayang, saat ini aku banyak sekali urusan yang harus aku lakukan. Nanti malam, kamu datang ke kamarku saja dan aku akan kasih tahu semuanya! Kamu pasti penasaran, kan!" setelah mengatakan itu, lalu dia menepuk bahu Ning Huanxin dan pergi meninggalkannya dengan tawa yang mengiringi kepergiannya.
Nanti malam? Sampai malam nanti datang, sepertinya hantu perempuan itu tidak akan muncul, kan? Tidak! Semoga tidak ada hantu lain lagi! Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk Ning Huanxin berdiri. Dia segera mempercepat langkahnya menuju kamarnya. Lalu, mengusap-usap pundaknya sebelum memakan mie yang sedari tadi sudah dia buat.
Wah, mie ini sangat luar biasa! Katanya dalam hati, dIa sudah tidak memakan mie selama beberapa bulan ini. Sungguh kenikmatan yang luar biasa! batinnya lagi.
Dret… dret… dret…!
Saat Ning Huanxin sedang menikmati mie nya, tiba-tiba ponselnya bergetar, lalu dia melihat nomor tidak dikenal sedang menghubunginya. Lalu, dia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Siapa ini?"
Bahkan aku sudah membeli simcard baru di toko pinggir jalan, kenapa masih ada yang menghubungiku, padahal ini kan nomor baru? Sungguh ajaib sekali. Ning Huanxin berpikir sejenak, lalu mengangkat teleponnya.
"Cepat katakan kalau ada urusan, aku sedang makan mie nih!" katanya pertama kali ketika menerima telepon dari nomor tidak dikenal itu.
"Mie?" Terdengar suara pria tertawa di telepon itu. "Mie Seafood Italia? Atau jangan bilang, kamu sedang makan mie instan rebus?" lanjut pria itu.
"Bukan urusanmu!" kata Ning Huanxin sambil berpikir, andai saja dia bisa mengikuti sinyal telepon itu, pasti dia sudah mencekik pria ini sekarang.
"Aku tanya, apa kamu peduli Huanxin? Bukankah ini sebuah kawin lari? Apa kamu tidak mau menikah denganku? Aku bahkan belum mengatakan kalau aku ingin menikahimu. Katakan padaku sekarang kamu dimana, aku akan menjemputmu!" kata pria itu sedikit memaksa.
"Wow, pikiranmu sudah sejauh itu, tapi sejauh apa usahamu untukku! Kamu bilang ingin naik pesawat untuk jemput aku? Apa kamu tidak takut kita putus komunikasi, hah?" kata Ning Huanxin sambil menyeruput mienya, lalu dia melanjutkan kata-katanya, "Yang kamu lakukan hanyalah bermimpi. Hati-hati kalau lampu di rumahmu akan terbakar dan jatuh, mungkin itu akan membuatmu kehilangan ingatan..." kalimat ringan itu keluar dengan santai dari mulutnya
Pyar!
Belum selesai Ning Huanxin berbicara, tiba-tiba dia mendengar suara barang pecah diseberang teleponnya, lalu telepon itu pun terputus.
Emm, bola lampu itu tidak mungkin mengenai dirinya kan? Pikirnya, kemudian dia bertanya pada dirinya sendiri, "Bagaimana bisa perempuan sepertiku meramal seseorang?"
Ning Huanxin melempar handphonenya dengan asal lalu melanjutkan makannya, ketika dia melempar ponselnya ke kasur, tampilannya berkedip sebentar, lalu normal kembali. Hari ini Ning Huanxin harus kembali melanjutkan perannya. Dia juga kembali mengenakan kostum yang dikenakannya semalam. Setelah selesai makan dan membereskan sisanya, dia keluar kamar sambil membawa kostumnya itu.
Di mata para kru, Ning Huanxin termasuk seorang yang penyendiri, meskipun dia bisa sangat ramah kepada orang lain. Tetapi ketika persahabatan itu selangkah lagi lebih jauh, dia justru menolak orang itu untuk semakin dekat dengannya. Hal inilah yang membuatnya terlihat misterius.
※
Masih ada beberapa adegan yang harus dilakukan di kuburan ini. Langit masih terang, bulan juga masih belum menunjukkan akan kehadirannya, tetapi para kru sudah bersiap menyiapkan properti yang akan digunakan untuk syuting.
Ketika Ning Huanxin melihat sutradara tengah mengatur meja dupa dan menaruh beberapa sesaji di atasnya, dia memilih untuk tidak mengatakan sepatah kata pun. Tetapi ketika sutradara itu mempersembahkan dupa, terlihat semua orang yang sedang berada di sana begitu terpana saat melihat itu.
Sutradara itu sedang menancapkan empat dupa, lalu Ning Huanxin tiba-tiba langsung mengatakan, "Tiga buddha empat hantu", empat kata ini entah mengapa tiba-tiba muncul di kepalanya...