Ye Erruo mengambil sebuah foto yang diberikan oleh Ji Sichen, seketika sebuah seringai muncul di sudut bibirnya. Jika tidak pernah bersama dalam waktu yang lama, mungkin ia tak pernah tahu bahwa Gu Feirou telah melakukan operasi plastik. Selain itu, ia juga tahu mengenai apa saja operasi plastik yang dilakukan oleh Gu Feirou, Hmmm... Seperti inikah penampilannya dulu? batinnya.
Dalam foto tersebut tampak gigi yang tidak beraturan, hidung yang tidak mancung, bahkan tidak ada kelopak mata, bibir yang seperti sedikit bengkok, serta kulit yang hitam. Sukses sekali operasinya! batin Ye Erruo saat melihat satu persatu foto Gu Feirou secara berulang-ulang. Saat itu Gu Feirou yatim piatu seperti dirinya, sehingga ia dan Gu Feirou bermain bersama.
Ketika melihat Gu Feirou menggendong bayi kecil, wajah Ye Erruo menjadi dingin. Menurutnya, tangan Gu Feirou tidak cocok untuk menggendong bayi. Karena ia justru tampak seperti iblis yang telah membunuh janin dalam perutnya, "Kamu tangani masalah ini. Akhir bulan dia mengadakan konser, aku ingin membuatnya semakin memanas." katanya.
Ji Sichen tiba-tiba melirik Ye Erruo, lalu ia bertanya tanpa menanyakan persoalan pribadinya, "Sudah jam berapa? Kenapa Xiao Amei belum keluar?"
"Ayo tampil keluar..." teriak orang-orang yang tidak sabar menunggu penampilan Xiao Amei.
"Sekarang jam tujuh lebih lima puluh menit. Kurang sepuluh menit lagi." Kata Ye Erruo.
Suara yang ada dalam bar itu semakin riuh, tampaknya semua orang sangat menantikan penampilan Xiao Amei. Di sisi lain, waktu terus berjalan dan terasa semakin lama, hal itu membuat para tamu semakin tak sabar menunggu. Namun, tiba-tiba lampu di bar itu mati, seketika itu juga semua musik dimatikan.
"Sudah jam delapan... Sudah jam delapan... Ayo ayo..." kata orang-orang sambil berdiri dengan gembira.
"Xiao Amei sudah keluar..." sahut seseorang.
"Sssttt... Diam... Diam... Semuanya diam...." kata seseorang yang tak sabar menantikan pertunjukan Xiao Amei.
Namun, pada pukul 20:05...
"Kenapa masih belum keluar? Ini kan sudah waktunya." sahut seseorang.
"Diam!" seseorang lain menyahut.
Setiap Xiao Amei mulai bernyanyi, semua yang berada di bar tersebut selalu diam. Saat suara sudah tenang, seketika suara piano berbunyi, kemudian lampu putih menyorot seseorang yang ada di tengah panggung. Orang tersebut menggunakan selendang panjang, tampak bibir merah cerah terlihat sangat menawan. Ia duduk di tengah panggung dengan tenang, auranya memancar dan menyentuh setiap inci udara dalam bar tersebut.
Bibir merah Xiao Amei mulai terbuka, suara unik dan tajam mulai terdengar,
Waktu secara perlahan membuatku mengerti.
Tentang senyum dan air mata yang layak untuk dilakukan.
Suara halus Xiao Amei seketika mengunci jiwa semua orang, bahkan semua orang mulai duduk secara perlahan untuk mendengarkan nyanyiannya.
Membuka belenggu yang telah berdebu.
Masa lalu pelan-pelan muncul seperti kemarin.
Yang telah berjalan jauh.
Ada suka dan duka.
Ye Erruo menurunkan matanya, terlihat bulu matanya melengkung tebal, lalu tampak cahaya lembut menghantam kulit putihnya yang seperti salju. Selain itu, tubuh kurus yang dimilikinya membuat semua orang menginginkannya.
Berjalan di jalanan ini.
Tidak membuatku tersentak dan tersenyum.
Waktu perlahan-lahan mulai berjalan dan berlalu.
Ingin rasanya menyimpan banyak kenangan kemarin.
Aku ingin terbang dan terbang lebih jauh.
Ingin melihat seluruh dunia.
Aku yang sekarang tidaklah sama.
Aku adalah bunga yang unik.
Yang mekar bukan hanya demi buah.
Hanya ingin mekar.
Gu Feirou yang saat itu berada di bar seketika melebarkan matanya, Yang bernyanyi di situ jika bukan Ye Erruo, lantas siapa? Xiao Amei? Dia Xiao Amei? batinnya.
Plak plak plak plak...
Tepuk tangan meriah seketika mengguncang bar, diketahui bahwa Xiao Amei selalu bisa memberikan kejutan yang berbeda.
"Xiao Amei... Cantik sekali..." teriak semua orang yang ada di bar tersebut.
Ye Erruo tampak mengangkat bibirnya, mata cerahnya bagai penuh bintang yang tak terhitung jumlahnya. Ditambah lagi, senyumnya terlihat sangat indah, dan semua itu bagaikan kejutan yang membuat semua orang terhanyut.
"Wahhh... Senyumnya indah sekali..." sahut seseorang.
Gu Feirou menunjuk ke suatu arah, Kalau bukan Ye Erruo lalu siapa? Dia diam-diam telah menempati platform utama? Tidak mungkin!!! batinnya.