Mo Jiangye terdiam sambil berkata dalam hati, Dia ingin pergi sendirian? Tidak, aku tidak akan setuju.
"Memangnya ada apa?" tanya Mo Jiangye dengan suara lembut.
"Aku hanya ingin jalan-jalan sendirian, ketika akan pulang aku akan meneleponmu dan kamu jemput aku. Oke?" tutur Ye Erruo.
Mo Jiangye seketika mengerutkan bibirnya, dan yang bisa Ye Erruo lakukan saat ini hanyalah bernegosiasi dengannya. Sebenarnya Mo Jiangye ingin menolak, tapi entah kekuatan sihir apa yang membuatnya tak bisa menolak permintaan Ye Erruo.
"Aku ingin keluar membeli pakaian." kata Ye Erruo.
"Pakaian apa yang kamu inginkan? Aku akan mengirimkan semua model dan gaya pakaian yang terbaru ke kamarmu." kata Mo Jiangye.
Ye Erruo mengelus pakaian luar Mo Jiangye dan berkata, "Tapi aku ingin pergi sendirian."
Mo Jiangye seketika menatap tangan putih yang berada di dadanya, kemudian ia berkata dengan lembut, "Tapi kembalilah lebih awal."
Ye Erruo memegang dagu Mo Jiangye, lalu memberikan ciuman lembut seraya berkata, "Baiklah suamiku..."
Seketika jiwa Mo Jiangye bergetar dan matanya tiba-tiba melebar, dalam hati ia berkata, Dia memanggilku apa?
***
Keesokan harinya, setelah makan siang Mo Jiangye menugaskan seorang sopir untuk mengantar Ye Erruo dan beberapa pengawal untuk secara diam-diam mengawasinya. Meskipun ia berjanji untuk mengizinkan Ye Erruo keluar, tapi tetap saja dalam hatinya merasa gelisah. Sehingga, ia meminta pengawal mengawasinya secara diam-diam. Hal itu ia lakukan agar apapun yang Ye Erruo lakukan di luar, ia tetap bisa mengetahuinya.
"Nyonya, Anda mau pergi kemana?" tanya seorang sopir.
"Tuan Liu, panggil aku Xiaoruo atau Rourou saja." kata Ye Erruo.
Sopir yang bernama tuan Liu itu seketika melirik Ye Erruo melalui cermin, lalu ia berkata, "Baik Nona Xiaoruo."
"Pergi ke jalan Fanshi." kata Ye Erruo.
Alamat yang ia tunjukkan adalah alamat yang akan dituju, alamat itu adalah tempat ia dan Lin Jingxuan akan bertemu.
Saat sore hari, Ye Erruo memutuskan untuk pergi ke salon kecantikan untuk spa, perawatan rambut, membeli beberapa pakaian, makan dan minum teh. Seketika langit berangsur-angsur menjadi gelap, dengan segera ia menelepon Mo Jiangye.
"Kamu mau kembali? Aku akan menjemputmu." kata Mo Jiangye yang sedikit ada rasa emosi ketika menerima telepon dari Ye Erruo. Hal itu karena seharian Ye Erruo tidak ada di rumah, hal itu membuatnya tak bisa tenang. Dirinya takut apabila Ye Erruo janjian bertemu dengan orang yang tidak seharusnya ia temui, apalagi melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Sesungguhnya ia khawatir Ye Erruo akan menghilang, tapi untungnya menurut informasi yang telah disampaikan, tak ada yang tidak beres hari ini. Tidak ada sesuatu yang salah, sehingga ia tak sabar untuk ingin segera membawa Ye Erruo pulang.
"Tidak perlu, aku menghubungimu untuk memberitahu bahwa hari ini aku pulang agak malam. Sekarang jam 7, nanti jam 10 kamu jemput aku." pinta Ye Erruo.
"Masih belum membeli baju?" kata Mo Jiangye dengan gemas.
"Sudah beli, di sini ada rumah makan yang menjual lobster begitu enak. Aku ingin makan, lalu setelah selesai makan aku akan pulang." kata Ye Erruo.
Di ujung telepon, Mo Jiangye menatap dengan tatapan yang dingin, kemudian ia berkata, "Ingin makan? Dibungkus saja."
"Pulang setelah selesai makan saja ya? Makan lobster itu memerlukan suasana lingkungan yang bagus. Jika dibawa pulang maka tidak akan terasa suasananya." jawab Ye Erruo.
"Tidak boleh." kata Mo Jiangye.
"Kalau begitu jemput aku." pinta Ye Erruo.
"Oke." kata Mo Jiangye.
"Aku sangat ingin makan kue yang dijual toko yang tepatnya berada di jalan Chengzi. Ketika kamu datang, maukah kamu membawakan kue itu untukku?" pinta Ye Erruo.
Mo Jiangye mengerutkan kening, ia tahu bahwa dari Jalan Fanshi ke jalan Chengzi bagaikan dari ujung selatan ke ujung utara. Bahkan, butuh waktu dua jam untuk menempuhnya.
"Aku benar-benar ingin makan dan hanya ingin kamu yang membelinya. Aku di sini akan dengan sabar menunggumu, aku berjanji tak akan pergi kemana-mana. Kemudian kita makan lobster bersama, Oke?" Kata Ye Erruo memohon kepada Mo Jiangye dengan suara imut seperti kucing.
"Oke..." jawab Mo Jiangye.
"Baiklah aku akan menunggumu di sini." kata Ye Erruo.
"Iya.." Jawab Mo Jiangye.
Setelah itu, Ye Erruo mengirimkan alamat dan gambar kue yang ingin dimakannya, di sisi lain ia menunggu seseorang untuk datang.
Mata-mata yang ada di tempat pasti akan mengungkapkan pertemuan Lin Jingxuan dan Ye Erruo kepadaku, batin Mo Jiangye.