"Hei, bangun!" Rong Shao berdiri di samping tempat tidur dan mendorong wanita yang sedang tidur nyenyak itu dengan satu tangannya.
"Jangan ganggu aku..." gumam Luo Anning. Ia berbalik ke sisi lainnya, dan melanjutkan tidurnya.
Rong Yan merasa kesal. 'Dasar wanita sialan ini!'
Ketika melihat wajah kecil Luo Anning memerah karena tidur terlalu lama, Rong Yan memiliki rencana buruk. Dia tersenyum, mengambil bantal, dan membekap wajah Luo Anning.
Karena tak bisa bernapas, Luo Anning terpaksa bangun dan melempar bantal itu. Setelah tahu bahwa Luo Anning sudah bangun, Rong Yan melepaskan bantal itu.
Begitu bisa menarik napas, Luo Anning pun duduk. Ia memegang dadanya dan menghirup oksigen sekuat-kuatnya.
Luo Anning sangat membenci Rong Yan, apalagi saat melihatnya tersenyum jahat seperti iblis. Luo Anning mengambil bantal dan membantingnya. "Apakah kau gila? Apa kau tidak tahu bahwa tindakanmu tadi bisa membunuhku?"
Luo Anning seketika mengingat kembali ke masa lalu, di hari yang gelap itu.
"Kenapa kau marah?" Rong Yan tidak menyangka bahwa Luo Anning akan semarah itu, dan seketika raut wajah Rong Yan berubah dingin.
"Iya, aku sangat marah. Keluar dari sini! Aku tak mau melihatmu lagi. "
Rong Yan mengangkat bahu dengan tak berdaya, lalu ia berkata, "Aku khawatir ini akan mengecewakanmu. Kau adalah istriku, jadi kau tak bisa menghindariku."
"Bukankah kau memiliki alergi? Bukankah kau tak suka jika ada wanita yang mendekatimu? Mengapa aku tidak?" Luo Anning menggertakkan giginya. Ia benar-benar ingin merobek senyuman di wajah Rong Yan.
"Karena kau adalah istriku. Bagaimana aku bisa meneruskan generasi berikutnya jika aku alergi denganmu?" Rong Shao berbalik dengan elegan dan berjalan menuju pintu. "Tadi, Kakek meneleponku dan meminta kita untuk pulang ke Mansion untuk makan malam. Kau punya waktu sepuluh menit untuk bersiap-siap."
Begitu Rong Yan meninggalkan kamar, ia tidak sengaja mendengar Luo Anning berteriak.
"Ah--! Rong Yan, kau adalah binatang buas, bajing*n, sampah--"
Satu setengah jam kemudian, sederet mobil Lincoln melaju perlahan dan masuk ke Mansion Rong yang megah.
Luas Mansion Rong mencapai beberapa ribu hektar, hampir sebesar gunung.
Rumah ini lengkap dengan fasilitas hiburan dan juga olahraga. Taman, rumput hijau, air mancur dan air terjun buatan didekorasi dengan indah.
Rasanya seperti berjalan ke gedung kerajaan yang mewah.
Mansion Rong yang besar ini memiliki ribuan pelayan. Bahkan jumlah pengawal berpakaian hitam, yang bertanggung jawab atas keamanan mansion, lebih banyak lagi.
Semua ini menunjukkan kemewahan dan kekuasaan pria terkaya se-Asia itu.
Setelah mobil Lincoln Rong Yan memasuki gerbang besi berukir emas, rombongan petugas berseragam tentara segera menyambutnya. Mobil Lincoln berjalan selama hampir dua puluh menit, sebelum akhirnya tiba di pintu rumah utama.
Pengurus rumah tangga di mansion ini, Zhang Bo, mengenakan tuksedo dengan arloji saku di dadanya. Ia mengenakan sarung tangan berwarna putih. Zhang Bo memimpin pelayan untuk menyambutnya.
Rong Yan keluar dari mobil, dan mengulurkan tangannya. Luo Anning tertegun, namun ia segera meletakkan tangannya di telapak tangan Rong Yan yang bersih, lalu ia melangkah keluar dari mobil.
"Selamat sore, Tuan Muda Rong dan Nyonya Muda. Kakek Rong dan Nyonya Rong sudah lama menunggu." Zhang Bo berkata sambil tersenyum.
Rong Yan mengangguk. Luo Anning membalasnya dengan senyuman ramah. "Zhang Bo, terima kasih telah membantu."
"Tidak, ini adalah tugas dan kewajibanku." Zhang Bo mengatakannya sambil memimpin mereka masuk ke dalam ruangan.