"Dasar kau, wanita sialan!" Rong Yan cepat-cepat menjauhi Luo Anning dan melompat dari tempat tidur.
Setelah melihat sosok Rong Yan melarikan diri, Luo Anning tertawa di atas kasur. Akhirnya dia tahu apa yang bisa membuat Rong Yan takut padanya, yaitu kontak fisik!
Dia sudah bisa membayangkan adegan-adegan seperti ini di masa depan.
Rong Yan membuka pintu kamarnya. Dia tertegun karena melihat wajah Zhang Bo kembali muncul di depan pintu.
Zhang Bo bertanya dengan hati-hati, "Tuan Muda Rong, bukankah tadi Anda mengatakan bahwa Anda ingin beristirahat dengan Nyonya Muda? Sekarang, Anda akan pergi ke mana?"
Sialan, Kakek Rong benar-benar mengirim Zhang Bo untuk memata-matai mereka sepanjang malam. Sepertinya dia tidak akan mengizinkan mereka keluar dari kamar itu.
"Bisakah aku turun untuk minum?" Rong Yan mengatakannya sambil menggertakkan giginya.
"Anda dan Nyonya Muda beristirahat saja. Aku akan pergi dan mengambilkan air untuk Anda," kata Zhang Bo. Dia langsung pergi ke bawah dan mengambilkan air.
'Sial!' umpat Rong Yan dalam hati. Dia berbalik dan duduk di sofa. Raut wajahnya menjadi dingin.
Sepertinya ia tidak bisa pergi dari kamar itu. Tidur di ranjang yang sama dengan Luo Anning? Dia benar-benar tidak bisa menerimanya. Apakah dia benar-benar harus tidur dengan Luo Anning malam ini?
Semakin Rong Yan memikirkannya, ia merasa semakin marah. Zhang Bo menuangkan air, masuk ke kamar dan meletakkannya di depan Rong Yan dengan penuh semangat. Kemudian, dia mengucapkan selamat malam dan cepat-cepat keluar. Tidak lupa, ia kembali menutup pintu kamar itu.
Luo Anning setengah duduk di ranjang dan melihat kemarahan Rong Yan. Ia melemparkan bantal di sebelahnya dan berkata, "Hei, ini bantalmu. Malam ini, tidurlah di sofa saja."
Bantal yang dilemparkan Luo Anning menghantam ke kepala Rong Yan, yang sedang minum. Bantal itu jatuh ke karpet, dan air minum Rong Yan pun tumpah ke badannya. Ia menoleh ke Luo Anning dan berkata dengan marah, "Luo Anning, kau cari mati ya!"
"Apa yang ingin kau lakukan? Kakek dan Ibu ada di lantai atas. Jika kau berani memukulku, Kakek dan Ibu tidak akan membiarkanmu pergi..."
Rong Yan berjalan ke arah Luo Anning dan mendorongnya perlahan lahan, hingga Luo Anning terjatuh dari ranjang.
Luo Anning berdiri sambil mengomel-ngomel.
Rong Yan tertawa terbahak-bahak. "Karena kau sendiri yang turun dari tempat tidur, jadi kaulah yang harus tidur di sofa malam ini."
Rong Yan mengabaikan mata kecil Luo Anning yang tampak marah. Dia berbaring dengan anggun di ranjang, kemudian mengulurkan tangannya untuk mematikan lampu. Hanya dua lampu dinding berwarna kuning yang tetap menyala.
Dasar bajing*n!
Luo Anning menggertakkan giginya. Dia berharap bisa memukul pria yang sedang berbaring nyaman itu dengan tinjunya.
Luo Anning hendak melakukan apa yang dia pikirkan. Ketika dia hendak melancarkan tinjunya, tangannya tiba-tiba digenggam erat oleh Rong Yan, dan tubuhnya telah ditekan ke tempat tidur.
Rong Yan tersenyum kecil. Ia duduk di perut bagian bawah Luo Anning dan menjepit tangannya. Ia memandang Luo Anning sambil tersenyum jahat. "Kau ingin memukulku, tetapi apakah kau memiliki kemampuan itu."