Karena ditekan oleh posisi duduk Rong Yan yang memalukan itu, Luo Anning pun marah, "Dasar kau bajing*n, lepaskan aku. Turun dari badanku!"
"Kenapa aku harus mendengarkanmu?" Rong Yan duduk dengan tenang sambil tersenyum menggoda.
Luo Anning berhenti melawan dan berkata baik, "Rong Yan, sekarang sudah larut malam. Tolong turun dari badanku. Aku mau istirahat, aku tidak punya waktu untuk menemanimu bermain-main."
"Kau pikir aku ingin menemanimu bermain-main?" Rong Yan berkata dengan nada dingin.
Luo Anning tak menanggapinya.
"Kalau kau mau pergi dan tidur di sofa, maka aku akan melepaskanmu."
Luo Anning menggertakan giginya dan berkata, "Tidak mungkin!"
Rong Yan tersenyum tanpa malu. "Karena kita belum sepakat, maka aku harus menggunakan caraku sendiri."
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Tidak ada. Aku cuma mengikatmu saja dan tidurlah di sofa."
Dasar licik!
Luo Anning diam-diam memaki Rong Yan di dalam hati. Dengan wajah yang tampak tak berdaya, ia berkata, "Baiklah, aku akan tidur di sofa. Lepaskan aku."
Rong Yan menatapnya untuk waktu yang lama, lalu menggelengkan kepalanya. "Aku baru saja memberimu kesempatan, tapi kau justru membuangnya sendiri. Sekarang, aku tidak mempercayaimu."
Jadi Rong Yan akan mengikatnya?
Dasar bajing*n yang kejam dan licik!
Rong Yan menahannya dan menariknya turun ke tempat tidur. Luo Anning terpaksa turun dari ranjang dan mengikutinya ke lemari. Ia dan melihat Rong Yan menarik beberapa dasi. Luo Anning berusaha melepaskan diri dari tekanan Rong Yan begitu dia mendapat kesempatan.
Rong Yan berbalik dan ingin menahannya lagi, tetapi Luo Anning berhasil melepaskan diri darinya. Luo Anning meraih dasi yang akan mengikatnya.
Mata Rong Yan berkedip. Ia langsung menghindar dari serangan Luo Anning, namun Luo Anning terus menyerangnya.
Mata Rong Yan menyipit, memiringkan kepalanya, dan menggenggam pergelangan tangan Luo Anning dengan satu tangan. Satu tangan Luo Anning terjepit, tetapi tangan satunya lagi terus menyerang wajah Rong Yan. Kesabaran Rong Yan semakin berkurang, dan dia langsung melempar Luo Anning ke atas ranjang dengan sepenuh tenaga.
"Sudahkah cukup bermainnya? Jika masih belum cukup, aku tidak keberatan untuk menemanimu bermain-main lagi." Rong Yan menggertak dengan nada sedikit marah.
Luo Anning terdiam. Ia menyadari bahwa keahlian pria ini memang hebat seperti yang dia katakan.
Saat melihat wajah Rong Yan yang suram, Luo Anning tiba-tiba memikirkan rencana yang bagus. Luo Anning tersenyum lembut padanya, dan berkata dengan lembut, "Sayang, sudah cukup bermainnya. Aku sangat lelah sekarang, mari kita tidur."
Rong Yan tertegun setelah mendengar kata-kata Luo Anning.
Tubuh Rong Yan kaku, dan dia menatap Luo Anning. Tangan Luo Anning yang kecil masuk ke dalam baju tidur Rong Yan dan meraba tubuhnya.
Sebenarnya, Luo Anning hanya bercanda karena ia ingin membuat Rong Yan marah dan tidur di sofa. Tetapi, semakin dia meraba, Luo Anning semakin kecanduan.
"Luo Anning, apakah kau ingin mati?!" Rong Yan memegang tangan Luo Anning dan berkata dengan keras.