Chereads / Istriku Krisisku / Chapter 14 - Boneka (1)

Chapter 14 - Boneka (1)

Makan malam sudah siap. Jiang Peihua meminta mereka bertiga untuk mencuci tangan. Kakek Rong dan Luo Anning memutuskan untuk lanjut bermain catur setelah makan malam. Mereka pun meninggalkan papan catur dan pergi ke meja makan.

Setelah keduanya pergi, Rong Yan berdiri dan melihat papan catur yang masih belum selesai dimainkan itu. Dia mendengus, dan tidak sengaja merusak semua pion di papan catur. 

Siapa suruh kalian bermain, mengabaikan aku, dan bertindak tidak adil! 

Jiang Peihua sangat menyukai Luo Anning. Selain itu, Jiang Peihua memang orang yang mudah didekati, jadi tidak ada penghalang dalam hubungan antara ibu mertua dan menantu.

Sebaliknya, setelah Rong Yan menikahi Luo Anning, Jiang Peihua malah lebih mencintai Luo Anning daripada Rong Yan.

Hal inilah yang membuat Rong Yan tidak senang.

Di meja makan, Kakek Rong dan Jiang Peihua terus memasukkan hidangan ke mangkuk nasi Luo Anning hingga bertumpuk seperti bukit. Di sisi lain, di mangkuk nasi Rong Yan, tidak ada hidangan lain selain sayuran hijau. 

Keahlian koki Mansion Rong tidak perlu diragukan lagi. Luo Anning sangat menyukainya. Ketika dia sedang memakannya, dia merasakan tatapan dingin yang langsung tertuju ke arahnya. Ia menyadari bahwa itu adalah Rong Yan, yang kini tampak sangat kesal. 

Luo Anning terkejut. Ia akhirnya menyadari bahwa malam ini Rong Yan tidak bersikap seperti biasanya.

Dilihat dari perilakunya yang aneh sepanjang malam ini, Luo Anning menyimpulkan bahwa Rong Yan cemburu.

Rong Yan kesal karena diabaikan oleh kakek dan ibunya. 

Memikirkan hal ini, Luo Anning hampir tidak bisa menahan tawanya.

Tampaknya, Kakek Rong dan Jiang Peihua benar-benar mengabaikan perasaan Rong Yan. Luo Anning menggigit sumpitnya dan berpikir, 'Baiklah, karena aku telah merebut perhatian orang-orang kesayangannya, sekarang aku akan sedikit menebusnya.'

Sumpitnya menjangkau daging teriyaki favoritnya, mengambil sepotong dan menaruhnya di mangkuk Rong Yan. Rong Yan tertegun, dan Luo Anning tidak lupa berkata, "Makan yang banyak."

Rong Yan memandang daging teriyaki di mangkuknya itu. Mata Rong Yan menatapnya lekat-lekat, dan bibirnya tertutup rapat. Luo Anning mengira bahwa Rong Yan tersentuh. Ia menggaruk kepalanya dan berkata, "Jangan melihatnya saja, makanlah." 

"Anning benar-benar anak yang baik. Dia telah belajar menyayangi suaminya," canda Jiang Peihua sambil tersenyum.

"Bu... bukan seperti itu..." Luo Anning menatap Jiang Peihua dengan malu-malu. Ia terlihat seperti gadis genit.

Jiang Peihua dan Kakek Rong tertawa, "Lihat, lihat, Anning memang gadis yang pemalu. Hahaha..."

 ...

Rong Yan juga mulai meredam kekesalannya. Makan malam ini berakhir dengan tawa tiga orang itu.

Setelah makan malam, Kakek Rong dan Luo Anning berencana untuk meneruskan permainan catur yang tertunda karena makan malam tadi. Begitu duduk di depan papan catur, mereka melihat pion-pion berserakan di sekitar meja. 

Pelakunya sudah jelas. 

Kakek Rong langsung menegur Rong Yan, dan raut wajah Rong Yan seketika tampak semakin cemberut. 

Rong Yan tiba-tiba merasa bahwa statusnya dalam keluarga Rong telah sangat berubah.

Permainan catur mereka telah berantakan, sehingga Kakek Rong tidak ingin bermain lagi. Kakek Rong pun mengajak Jiang Peihua dan Luo Anning berjalan-jalan di taman.

Rong Yan kembali diabaikan.

Pada pukul sembilan malam, Rong Yan mengusulkan untuk kembali ke villa. Kakek Rong langsung marah dan berkata, "Kembali ke villa mana? Mau tidak mau, kau harus tinggal di sini malam ini. Kalian telah menikah selama 2 tahun. Inilah saatnya memberiku cicit."