Ming Yue'er diikat hingga ia tidak bisa bergerak, lalu hawa dingin terasa di sekujur tubuhnya.
"He~" Tatapan tajam Wei Chihan menatap wanita itu sambil menyeringai.
"Pertanyaan yang terakhir!"
"Tidak usah bertanya lagi!" Ming Yue'er berseru. "Wei Chihan! Tidak peduli apa yang kujawab, kamu akan terus mengatakan jawabanku salah, dan kamu tidak akan mempercayaiku!"
"He, he, he~" Wei Chihan tertawa terbahak-bahak, lalu ia mengarahkan pedangnya ke wanita itu.
"Kamu benar, aku tidak mempercayai apapun yang kamu katakan padaku karena kamu licik. Jadi aku lebih baik melihatnya sendiri~"
Pedang pria itu terhenti di dada wanita itu, lalu ujung pedangnya mengarah pada leher wanita itu.
"Aku suka melihat tubuhmu~"
"Kamu benar-benar tak tahu malu." Ming Yue'er berseru dengan marah, ia bisa merasakan sentuhan dingin dari mata pedang pria itu di dadanya.
"Aku bukannya tidak tahu malu, aku hanya ingin berbicara padamu dengan serius~" Wei Chihan berkata dengan nada yang dingin.
Ming Yue'er menghirup hawa dingin, lalu ia menahan nafas. Setelah itu ia memalingkan wajahnya dan menutup matanya.
Kemudian pria itu mengarahkan pedangnya ke bawah...
Lalu terdengar suara pakaian yang dirobek. Potongan kain pakaiannya tersebar di seluruh lantai, seperti kelopak bunga yang berjatuhan.
Tiba-tiba tatapan tajam Wei Chihan dipenuhi oleh rasa tertarik, dan ia berhenti menggerakkan pedang yang berada di tangannya. Tatapannya tertuju pada wanita itu.
"Kurang ajar~sudah cukup kamu melihatku~" Ming Yue'er menangis dan ia merasa sakit hati.
"Masih belum cukup."
Wei Chihan mendekatinya langkah demi langkah, lalu ia menatap Ming Yue'er dengan seksama seolah melihat sesuatu yang langka.
Tatapan pria itu menjadi semakin dalam dan pikirannya menjadi lebih rumit.
Pikiran Wei Chihan kembali tersadar, lalu pedang di tangannya terjatuh ke lantai dengan keras.
Lalu ia melangkah maju dan membalikkan badannya. Ia menaruh kedua lengannya di kedua sisi tubuh wanita itu, dan menatap wanita yang sedang menangis itu.
"Kenapa? Apakah kamu tidak senang jika aku melihatmu?"
Ming Yue'er dapat merasakan suhu tubuh Wei Chihan yang panas, namun kedua tangan wanita itu masih diikat dan jari-jarinya tidak dapat digerakkan.
"Wei Chihan, kamu adalah orang yang menyebalkan!" Ming Yue'er berkata dengan marah.
"He, he~" Wei Chihan terkekeh tidak setuju. "Jadi mau bagaimana lagi? Kamu sudah membuatku marah, jadi kamu jangan membuatku marah lagi."
"Minggir kamu!" Kata Ming Yue'er dengan marah.
Pipi Ming Yue'er memerah karena malu. Sejak ia kecil sampai beranjak besar, tidak ada seorang pria pun yang menyentuhnya selama sembilan belas tahun ini. Bahkan Kakak He hanya pernah memegang tangannya saja.
"Aku tidak akan pergi. Semakin kamu membenciku, aku menjadi semakin menyukaimu. Aku akan selalu berada di sisimu dan terus menemanimu. Perasaan ini benar-benar luar biasa~" Wei Chihan menggoda wanita itu dengan penuh minat.
"Kamu benar-benar kejam." Wanita itu menangis, tetapi ia masih bisa menatap pria itu dengan berani.
"Sebenarnya aku tidak merasa begitu jijik. Jika kamu mau memahami diriku, maka kamu akan menyadari jika aku sebenarnya adalah seorang pria baik."
"Aku tidak mau, kamu benar-benar tidak tahu malu!"
"Mengapa kamu menangis dan marah seperti itu?" Wei Chihan mengangkat tangannya dan menyeka air mata wanita itu dengan lembut.
Ming Yue'er memalingkan wajahnya dan menghindari sentuhan pria itu. "Jangan sentuh aku. Pergilah, bunuh saja aku jika kamu bisa."
"Aku tidak bisa membunuhmu karena aku akan sakit hati, dan aku juga tidak ingin meninggalkanmu~" Wei Chihan berkata dengan suara yang dalam, lalu tangannya menyentuh rambut di dahi wanita itu dengan lembut.