"Meskipun kamu tidak mengizinkanku untuk menyentuhmu, aku akan tetap menyentuhmu!"
Wei Chihan menundukkan kepalanya dan mencium Ming Yue'er.
Ming Yue'er mengepalkan tangannya yang terikat, ia menggigit bibir pria itu dengan keras hingga membuat bibir pria itu berdarah.
Bibir Wei Chihan benar-benar berdarah.
"Ugh~~" Wei Chihan mengerang kesakitan dan melepaskan ciumannya. Bibirnya yang tipis tampak berdarah.
Ming Yue'er menangis sambil menatap bibir pria itu berdarah.
"Anak nakal, mengapa kamu berani menggigit ku?" Tangan Wei Chihan yang dingin memegang erat leher wanita itu dan mengangkat wanita itu. Lalu matanya yang tajam menatap wanita itu dengan tatapan yang dingin.
"Jangan sentuh aku, kalau tidak aku akan menggigitmu! Pergi!" Ming Yue'er berseru dengan marah.
Jari-jari panjang Wei Chihan mengusap darah di bibirnya, kemudian ia memainkan ujung jarinya.
"Apakah kamu ingin mencicipi darah ini? Apakah rasanya amis atau manis?
Kemudian ujung jari Wei Chihan menyentuh wanita itu.
Ming Yue'er menyipitkan matanya, ia ingin menggigit jari pria itu, tetapi ia menyadari jika tangan pria itu menahannya.
"Apakah kamu masih ingin menggigitku? Aku tidak akan pernah menyakiti wanita, mengerti?" Ujar Wei Chihan seraya mencengkram leher wanita itu.
Ming Yue'er gemetaran dan ia merasa takut, ia dapat merasakan jika tangan pria itu mencengkram lehernya.
Namun Ming Yue'er berusaha untuk menahan dirinya.
"Kamu benar-benar tidak tahu malu!"
Wei Chihan melepaskan tangannya dan ia melihat wanita itu terengah-engah.
"Nona, kamu telah menggigitku, jadi hukuman apa yang perlu aku berikan padamu?" Pria itu berkata dengan suara yang rendah.
Ming Yue'er terus menangis dan menggelengkan kepalanya. "Wei Chihan! Aku mohon padamu, bunuh saja aku."
"Aku tidak akan membunuhmu, aku sudah merasa cukup puas untuk bersamamu. Jika aku membunuhmu, aku akan sedih sendiri." Ujar Wei Chihan sambil tersenyum keji.
Lalu pria itu mendekatkan dirinya pada Ming Yue'er.
Wei Chihan menundukkan kepalanya dan mencium Ming Yue'er. Tubuh Ming Yue'er sangat harum dan menawan baginya.
Kuncup bunga anggrek di atas pot bunga yang terletak di dekat ambang jendela tertiup angin malam.
Cahaya lampu mengenai kepala Wei Chihan, dan rambutnya tampak berantakan.
"Sayang, kamu tampak sangat cantik dan menawan. Aku tidak segan untuk menghabiskan waktu bersamamu~"
"Kamu jahat." Ming Yue'er berkata dengan nada yang dingin.
Jari-jari Wei Chihan mengusap wajah Ming Yue'er dengan lembut.
"Mengapa kamu membuatku marah lagi?"
Wei Chihan merenung sejenak lalu berkata, "Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa membuat seseorang marah itu bentuk dari cinta. Sayang, bukankah itu berarti kita berdua saling mencintai?"
"Apakah kamu tidak mempunyai rasa malu?" Ujar Ming Yue'er dengan nada dingin.
"Ha ha ha~" Wei Chihan tertawa terbahak-bahak. "Jangan khawatir, masih ada lebih banyak orang yang lebih tidak tahu malu daripada diriku."
Ketika Wei Chihan menyentuh telapak tangannya, ia memperhatikan jika jari-jarinya ternoda oleh darah.
Wei Chihan tertegun sejenak, lalu ia mengerutkan sedikit alisnya dan merasa kebingungan.
"Mengapa kamu berdarah?"
Ming Yue'er dalam seketika merasa malu dan linglung.
"Darah? Sepertinya aku sedang datang bulan." Ming Yue'er bergumam sambil menangis.
Ketika Wei Chihan mendengar kata datang bulan, jantungnya berdegup kencang.
"Apa? Kamu datang bulan?" Wei Chihan berkata dengan suara yang dingin.
Kemudian lelaki itu menatap Ming Yue'er dengan tatapan yang tajam dan dingin.
Sekalipun ia tidak melukai wanita itu lagi, wajahnya tiba-tiba menjadi muram. Ia tiba-tiba menjadi merasa ingin muntah dan tidak nyaman.