"Jarang berkumpul dan jarang bertemu?" Rong Linyi mengulang kata-kata Mu Chengfeng dengan serius.
"Ya!" Mu Chengfeng mengangkat jarinya, "Apa kau tahu kenapa? Faktanya, selama ini Nona Su tinggal di keluarga Song. Dia selalu bertemu dengan suaminya setiap hari, tapi mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Selain itu, dia juga benar-benar mampu melupakan pria itu dari benaknya. Kecuali…
… kecuali perkara impotensi.
"Apa kau pernah terpikirkan soal itu?" Mu Chengfeng mengepalkan jarinya-jarinya dan melanjutkan, "Kau adalah sosok pria ideal di dalam benaknya. Dia adalah wanita yang bisa kau sentuh tanpa harus merugikanmu."
Kalian berdua memang pasangan yang telah ditakdirkan untuk bersama!
Rong Linyi menutup matanya. Dalam sekejap, ia kembali membuka mata. Pada saat itu, tidak ada emosi apa-apa di matanya. Sehingga, tatapan semacam itu selalu berhasil membuat aliran darah sesiapa menjadi beku.
"Kalau aku menyentuhnya, kira-kira seberapa cepat diriku bisa terbebas dari obsesi kebersihanku?" Pria itu bertanya kepada Mu Chengfeng.
Mendengar itu, hati Mu Chengfeng seakan tersentak. Ternyata, obsesi Rong Linyi masih jauh lebih besar daripada yang pernah dibayangkan sebelumnya.
"Jika kau ingin segera menghilangkannya, seharusnya itu tidak akan lama." Naga bicaranya terdengar sedikit canggung. "Yang jelas, semua itu tergantung pada seberapa cepat kau ingin sembuh."
"Jadi, ternyata kembali lagi pada diri sendiri." kata Rong Linyi dengan nada dingin.
Tentu saja….
Mu Chengfeng khawatir kalau pria itu masih tidak bisa menerimanya.
"Kau bisa mencobanya dalam beberapa bulan atau beberapa tahun mendatang," Mu Chengfeng terpikirkan tentang wanita yang sedang terbaring lemah di ruangannya, yang membuatnya sedikit tidak sabar. "Tapi…"
"Tapi apa?" Rong Linyi kembali mengangkat alisnya.
Mu Chengfeng menghela nafas: "Linyi, Nona Su adalah obat terbaik bagimu. Jadi, kuharap kau tidak akan pernah melukainya setelah sembuh…"
Pada mulanya, pria itu ingin berkata "jangan pernah tinggalkan dia", namun Mu Chengfeng juga paham bahwa itu akan terdengar naif dan sama sekali tidak realistis.
Jadi…
"Pikirkan baik-baik."
Rong Linyi bangkit berdiri dan mulai membersihkan pakaiannya.
Itu terdengar seperti lelucon. Bagaimana tidak, wanita itu memang obat terbaik untuknya. Jadi, bagaimana mungkin dia tega menyakitinya?
Mulai sekarang,
"Aku hanya akan memberinya…" katanya sambil membuka pintu.
"... kemuliaan tertinggi."
…..
Kali ini, Rong Linyi kembali membawa Su Xiaoyun berjalan di taman samping sungai. Saat itu masih siang.
Sementara itu, di dalam vila, di sana bukan hanya terdapat Bibi Chen, melainkan juga para pelayan wanita lain yang terlihat mondar-mandir dan sedang membersihkan vila tersebut. Namun, kala itu, Bibi Chen sedang memerintahkan beberapa pelayan untuk menata ulang kamar tuan muda di lantai atas, jadi ia tidak berada di lantai satu.
Bagaimanapun juga, Rong Linyi selalu cerewet perihal kebersihan. Maka dari itu, setiap harinya, semua lantai harus dibersihkan sampai mengkilap. Bahkan, tidak boleh ada debu sedikitpun di sudut-sudut ruangan maupun tempat-tempat yang tersembunyi. Jika tidak, maka para pelayan yang sudah dibayar mahal itu akan diberhentikan.
Lalu, ketika menyaksikan Rong Linyi dan Su Xiayoun masuk ke dalam gerbang bersama-sama, maka hampir semua pelayan wanita itu mulai menghentikan pekerjaan mereka masing-masing, sembari mengamati wanita tersebut.
"Sebaiknya kau mandi, lalu berganti pakaian, dan makan." Rong Linyi mengacuhkan tatapan para pelayan wanitanya dan hanya mengatakan itu kepada Su Xiaoyun.
Kemudian, ia memalingkan muka dan mengeluarkan perintah kepada salah seorang pelayan wanitanya, "Carikan pakaian yang bersih untuknya."
Su Xiaoyun sendiri sudah paham terhadap sikap suaminya yang "eksentrik" tersebut.
Jadi, ia pun membatin, "Aku sudah berada di luar untuk waktu yang lama, hingga akhirnya terkena banyak polusi. Jadi, aku harus segera berganti pakaian sesaat setelah tiba di rumah."
Saat menyaksikan Rong Linyi naik ke atas tangga dan pergi meninggalkannya, saat itu Su Xiaoyun pun segera berjalan ke arah kamar pelayan di lantai pertama dengan patuh.
Kala itu, para pelayan yang lain mulai mengamati Su Xiaoyun, sambil menghembuskan nafas lega.
"Siapa yang bilang kalau dia adalah istrinya?" kata seorang pelayan dengan nada menghina. "Ternyata dia sama seperti kita, dia berada di sini untuk menjadi seorang pelayan."
"Apa kau tidak tahu kalau dia adalah istrinya?" seorang pelayan wanita lain mencibirnya, "Tapi memang, bagaimana mungkin wanita semacam itu berhasil mencuri perhatian Tuan Muda?"