Chereads / Story of Naija / Chapter 20 - Horror tapi Gak Horror

Chapter 20 - Horror tapi Gak Horror

Naija kembali ke BK dengan memasang muka senyum palsu. "Tumben lama?" Tanya Atsu. "ah , habis dari toilet ," jawab Naija santai. "Yang bener? Mata kamu merah , kayak habis nangis ," timpal Mulheirs. "Ah iya kah? Tadi di bawah aku ketemu sama guru , bercandaan sampai aku ketawa lebar sampai menangis. Kenapa?" Tanya Naija. "Ku kira kau di sakiti ," ujar Mulheirs. Mereka mulai berbicara lagi , dari topik yang menyenangkan , hingga horror. "Kalau kejadian horror , ada yang udah pernah ngalamin?" Tanya Mulheirs. "Aku , aku pernah ," timpal Atsu. "Ceritakanlah ," kata Naija. "Kan waktu itu , pas malam Jumat Kliwon kali ya , lupa aku , nah aku kan sendiri di rumah. Keluargaku lagi pergi , kakakku kuliah , otomatis aku kalau mau apa-apa ya sendiri. Ntah mau Fly-food atau apapun itu. Kan kebetulan waktu itu , aku kebelet boker nih. Ya sudah , aku ke toilet. Pas lagi boker , eh listriknya padam. Mana gelap banget , lupa bawa hp , ya sudah aku terpaksa boker dalam keadaan gelap gulita. Setelah selesai boker , kan aku bersihin , ya kalian tau lah. Pas mau ambil sabun untuk bersihin , aku nyadar kalau jarak jambanku ke sabunnya agak jauh. Karena kondisi gelap , aku terpaksa bangun , jalan sama kedua tanganku ke depan , buat ngeraba dinding , sapa tau udah sampai lah ya. Ya terus , tiba-tiba kayak ada yang kasih aku sabun. Aku ambil tu sabun , sama bilang 'terimakasih' , dan kembali menyabuni ya itu. Setelah semua sudah beres , aku baru nyadar sama bilang , 'o iya , aku kan sendirian. Terus yang kasih sabun tadi siapa?' , dan , aku lari keluar kamar mandi. Dari situ , aku ga mau di tinggal keluarga lagi setiap malam hari ," ujar Atsu. "Wih , ngeri juga ," ujar Ditya. "Atsu di kasih sabun sama setan ," jawab Naija terkekeh. "Keren juga , setan kasih sabun. Ada lagi?" Tanya Mulheirs. "Aku aku ," ujar Radit. "Oke , ceritalah ," jawab Shiro. "Jadi kan , waktu malam Jumat Kliwon , aku kan sama Ibuku pulang dari supermarket. Kan malam tuh , lewat kuburan. Jalanan sepi. Aku sama ibuku berbicara sepanjang jalan. Tiba-tiba , di pinggir jalan tuh , ada cewek , dia cantik , pake pakaian putih. Tuh cewek nyamperin kita sama tanya lokasi Hotel Armato. Ibuku bilang arah-arah ke lokasi Hotel Armato. Setelah tu cewek pergi , Ibuku baru sadar kalau tu hotel udah hancur , tinggal sisa-sisa bangunan , dan di sana angker karena bekas pembantaian orang-orang yang disekap Belanda , dan bekas kuburan tua pula. Ya udah , Ibuku nyebut sama ngebut ," ujar Ditya. "Ah kurang horror ," protes Atsu. "Yang ngalamin malah lebih ke ibumu... ," ujar Naija. "Ada lagi?" Tanya Mulheirs. "Kurasa tidak ," jawab Shiro. "Kamu ga punya cerita horror , Shiro?" Tanya Naija. "Ada , tapi cuma tentang perbedaan suhu kamar , dan kurasa itu hal biasa sebagai kategori 'penampakan' ," ujar Shiro. "Naija?" Tanya Atsu. "Hah? Aku? Aku walau tu setan mau nampakin diri , aku tidak peka ," ujar Naija. "Wih , itu nada nantang ," jawab Ditya. "Naija , hati-hati ya nanti malam ," ujar Mulheirs nakut-nakutin. "Hah? Ya... ," jawab Naija dengan sedikit santai.

Saat di rumah , Naija sedang mengambil makanan. "Kok jadi takut ya.... ini karena kebanyakan cerita horror nih , sial ," ujar Naija. "Nenek??? Nenek dimana??" Tanya Naija. "Nenek di kamar , sedang merajut , Naija , " ujar Erika , Ibu dari Akira , Ayah Naija. "Ah , baiklah , nek ," jawab Naija. "Nenek , ada telur tidak? Naija mau goreng telur ," ujar Naija sambil berjalan ke dapur. Hening , tidak ada sahutan. "Hm , mungkin nenek tidak mendengarku. Maklum lah , sudah tua ," ujar Naija dalam hati. Ia segera ke arah kulkas yang tak jauh dari kamar Erika , neneknya. "Lah , kok , telurnya busuk semua? Ini akibat aku lupa memasaknya. Nenek , telur busuk ini , aku harus membuangnya , atau memendamnya??" Tanya Naija. Tetapi , tetap tidak ada sahutan dari Erika. "Aneh , jarak kulkas ke kamar nenek itu tidak begitu jauh , dan nenek masih tidak mendengarku? Setahuku , nenek kalau ku panggil dari area kulkas , ia selalu mendengar dan menyahut panggilanku. Apa aku cek saja?" Tanya Naija dalam hati. "Tapi , aku mau menyingkirkan telur-telur busuk ini dahulu ," maka Naija segera mengambil telur-telur yang sudah busuk , dan memendamnya di tanah sebelah , alias , kebun kosong. Setelah itu , Naija kembali ke rumahnya. "Nenek , boleh aku pergi untuk beli telur?" Tanya Naija yang kini jaraknya hanya selangkah menuju kamar neneknya , Erika , tapi , Erika tidak menyahutnya. Kini Naija mulai merasa aneh. "Apa-apaan , Nenek , aku ada tepat di dekat kamar , dan nenek tetap tidak mendengarku?? Apa nenek mau ku belikan alat bantu dengar?" Tanya Naija dengan kesal , dan tetap tak ada jawaban. "Aneh , dan , satpam juga tidak memberitau apa-apa.... aku harus cek ke dalam!" Ujar Naija. Ia langsung membuka kamar Erika , dan , ternyata kosong. Tidak ada Erika di dalam. Kasur juga rapi. "Apa-apaan?! Apa itu tadi penjahat?! Tapi , anjing polisi tidak menggonggong. Para satpam tidak berisik juga. Apa-apaan?!" Naija lalu keluar lagi , menutup kamar Erika , dan saat ia kesal , ia menemukan secarik kertas. "Eh? Apa ini surat? Baca ah ," ujar Naija.

"Naija , ini nenek. Nenek pergi sebentar , ikut arisan dan belanja bersama salah satu satpammu. Mungkin nanti jam 6 sore nenek sudah pulang. Kalau mau masak , atau membeli sesuatu , jangan lupa kunci pintu. Oke? Terimakasih ,

Erika Amarandari (Nenek) ~"

Naija pun bergidik ngeri. Jadi , tadi yang menyahut dirinya itu siapa? Naija memandang ngeri kamar Erika , dan terlihat , sesosok yang sangat mengerikan , menyeringai ke arahnya. Naija tak bisa berkata hal yang lain , selain teriak dan melarikan diri dari dalam rumahnya. Sejak saat itu , ia benci dengan cerita horror.