Kesal melihat itu, Lisa pun langsung melempar buku disamping tempat tidur kearahnya. "Aw, dasar wanita barbar." umpat Alex kesal.
"Awas kau ya berani mencium ku seenaknya lagi." balasnya tajam dan langsung dibalas dengan decak kesal.
**
Setelah selesai, keduanya pun turun untuk sarapan pagi bersama.
"Aku akan pergi keluar sebentar, temanku masih ada disini dan dia mengajakku bertemu." ucap Lisa disela makan nya.
"Hmm? Baiklah. Jangan pulang lama-lama. Kita akan pergi ke airport jam 12 sekalian makan siang di sana."
"Iya baik, aku mengerti. Kau tidak berkeliling mencari 'pemandangan segar'? balas Lisa sambil menekankan kata pemandangan segar sambil menaik turunkan kedua alisnya menggoda Alex.
"Ckc, jangan memandangku seperti itu playgirl. Statusmu dimata publik itu sama jeleknya denganku. Tidak boleh saling meledek jika memiliki julukan yang sama. Pamali hukumnya." balas Alex dengan seringai senyum misteriusnya.
"Cih, ada apa dengan senyummu itu? Sudahlah, aku pergi sekarang yah." sambil me-lap mulutnya dan hendak berdiri.
"Jangan berkunjung ditempat ramai pengunjung. Ingat, kau itu public figure yang baru menikah kemarin. Namamu masih melejit di awang-awang sana." balas Alex santai.
"Iya iya aku mengerti, Darling. Kau tidak perlu khawatir." balasnya sambil mengedipkan sebelah matanya genit ke arah Alex.
"Cih. Jangan panggil aku Darling. Panggil aku husband. Inget derajatku lebih tinggi dibandingkan darling-darlingmu yang ada disegala penjuru itu."
Menengok ke arah Alex dengan cepat, ia memandang curiga lalu merasa ingin menggodanya, "Apa kau bilang? Ahhh jangan katakan padaku kalau kau sudah MEN YU KAI KU?" ledeknya sambil terkikik geli.
Mendengar ledekan itu, mata Alex melotot tajam ke arah Lisa. Sungguh. Jika ia bisa, ia ingin sekali melempar Lisa ke jurang saat ini juga.
Berdiri dengan cepat lalu meraih dagu Lisa, "Jangan mencari gara-gara denganku yah, atau aku akan melemparmu ke kamar agar kau tau rasa!"
Sebelum Lisa mengatakan sesuatu, Alex kembali berucap, "Sudah sana pergi. Apa kau tidak jadi pergi? Hmm?" sambil melepaskan tangannya dari dagu Lisa, ia berjalan ke arah dapur.
Lisa masih terdiam shock, wajah Alex terlalu dekat dengannya tadi. Bahkan nafasnya bisa terasa olehnya. 'Si sialan itu!!' batinnya kesal.
"Kenapa kau masih disini?" ucap Alex yang mengejutkan Lisa.
Menengok ke belakang, lalu mengeryitkan alisnya "Sebentar lagi. Aku masih menunggunya datang." balas Lisa sedikit gugup.
Alex pun mengangguk dan membawa segelas wine ditangannya itu ke atas menuju teras balkonnya.
Menyesapnya pelan. Wine benar-benar mampu membuat pikirannya sedikit rileks setelah sikapnya yang tidak terkendali tadi pada Lisa.
'Untung tadi tidak sampai kelepasan mencium bibir nya yang menggoda itu. Bisa panjang ceritanya kalau Lisa sudah mengamuk.' ucapnya dalam hati.
Bertengkar dengan Lisa benar-benar menguras tenaga. Alex benar-benar akan mengontrol dirinya agar tidak mencari perkara dengan si wanita barbar.
Itu pun karna ia yang tiba-tiba ingat dengan kontrak nikah nya bareng Lisa. Poin Lisa yang ke empat. 'Bersikap romantis boleh dilakukan jika diperlukan.'
Mendengus sebal, ia merasa terlalu fokus dengan Lisa akhir-akhir ini. Memperdulikannya, memperhatikannya, bahkan takut padanya? Tunggu. Takut padanya?
Alex yang sedang menyender santai lantas menegakkan duduknya dan kembali berfikir.
Takut padanya? Benar juga. Ia bahkan takut mencium bibir wanita itu. Padahal selama ini, bahkan ada begitu banyak bibir yang rela disodorkan padanya.
Tapi kan alasannya adalah supaya ia tidak bertengkar dengan Lisa? Apakah ini termasuk dalam kategori takut?
Kedua alis Alex pun menyatu karna mengkerut. Ia tanpa sadar mengibas-ngibaskan tangannya diatas kepala seakan mengusir segala banyak pikiran yang menjadi liar dikepalanya itu.