"Itu fans. Mereka memang suka gemas jadi kadang seperti itu." Alex hanya mengangguk mengerti mendengar itu.
Lisa pun mulai mengenakan kacamata yang ada diatas kepalanya tadi dan keduanya mulai sibuk dengan urusan masing-masing.
**
Perjalanan mereka ditempuh selama kurang lebih 15 jam. Karna menggunakan pesawat pribadi, maka mereka tidak perlu melakukan transit antar negara.
Didalam pesawat pun aktivitas yang menggunakan jaringan internet tetap bisa aktif tanpa hambatan. Maklum, ini adalah pesawat pribadi Alex saat berkunjung ke negara lain untuk berbisnis.
Saat Lisa menutup laptopnya dan menengok kedepan memandang Alex yang mulai perlahan demi perlahan masuk ke alam mimpi di sofa empuk itu, ia pun berdiri dan pindah duduk ke samping jendela.
Walaupun ia termasuk dalam jajaran model kelas atas, namun ia tidak pernah berfikir akan duduk di dalam pesawat pribadi yang juga miliknya sekarang.
Benar toh? Ya walaupun Alex bukanlah suami 'beneran' untuknya seumur hidup, namun mereka masih tetap sah dimata hukum dan agama.
Jadi tak apa kan menganggap apa yang menjadi milik suaminya adalah miliknya juga? Ya setidaknya itu masih boleh dilakukannya selama setahun kedepan.
Menengok lagi kebelakang memandang Alex yang sudah tidur disofa, ia pun meminta pramugari sebuah selimut dan bantal untuknya.
Setelah diterimanya selimut dan bantal itu, ia berdiri menghampiri suaminya lalu membenarkan posisi tidur Alex dengan bantal dikepala dan menyelimutinya sampai sedada.
Lisa pun kembali duduk di dekat jendela tadi dengan wine yang dia minta ditangannya. Menyesapnya perlahan, ia mulai berfikir kenapa takdir membawa nya pada Alex.
Sangat lucu memang jika bertemu dengan orang yang hampir mirip denganmu. Rasanya seperti bercermin saat melihat Alex. Bahkan ia bisa memprediksikan dirinya akan seperti Alex jika ia dilahirkan sebagai seorang pria.
'Alex.. Ckc, memang wajar kalau dia menjadi playboy. Karna jika tidak, mungkin putri khayangan akan bermunculan untuk membawa nya kelangit.' batinnya geli sambil tersenyum jail.
Saat otaknya mulai memikirkan hal konyol lainnya mengenai Alex, handphone nya berbunyi dan pesan dari sang asisten pun muncul.
๐ฅ : Darling, besok kau sampai disini? Aku punya sebuah kabar bagus untukmu.
๐ค : Hm? Apa itu?
๐ฅ : Dengar-dengar kau mau menemui si tukang berlian, sekalian bertemu denganku saja kalau begitu.
๐ค : Ya ya kau atur saja. Tapi jika harus menunggu sampai besok, kau harus pastikan kabar itu beneran bagus untukku.
๐ฅ : Yes darling, i really know you will like it.
๐ค : You know me so well darl.
๐ฅ : As always darling. Take care and see you tomorrow.
Ia pun mematikan layar handphone nya dan kembali memandang awan putih diluar sana.
"Not sleep?" ucap Alex dengan suara sedikit serak. Menengok belakang ke arah suara itu, "Baru aku berencana membangunkanmu. Sini, sudah waktunya makan siang."
Alex pun mengangguk dan berjalan dari sofa menuju kursi sebelah Lisa. Keduanya pun memilih menu dan makan siang bersama.
"Kapan kau akan kembali kerja?" ucap Lisa disela makannya. "2 hari lagi. Banyak pekerjaan yang harus diurus." , "Konfersi pers akan diadakan 3 hari lagi. Kau jadi ikut?"
"Tentu. Aku akan menemanimu. Jam berapa acaranya?" , "Sebelum jam makan siang. Setelah selesai kau bisa langsung kembali kerja, kita bertemu di tempat acara saja kalau begitu."
"Jangan. Apa kata orang nanti kalau mereka lihat kita pergi terpisah? Aku akan menjemputmu saja."
"Kau hanya buang-buang waktu kalau harus bolak balik begitu. Aku bisa pergi dengan Erik nanti."
"Aku bilang akan jemput ya akan jemput. Menurut oke?" balasnya to the point. "Ya ya baiklah. Titah sudah diucapkan, bisa apa aku ini?" ledeknya santai. "Cihh.." balas Alex mencela.
Keduanya pun menikmati makan siang dengan santai dan penuh canda tawa.